Jumat, 29 Mei 2009

MASIH ADA CINTA


Pagi buta yang cerah dengan berbalut embun menusuk tulang.Aku beranjak dari singgasana yang mengantarku dalam mimpi.Mataku belum sempurna untuk melihat dunia,hawa tubuhku yang masih dingin tergeletak ke sebuah singgasana mimpiku.Bagaimana cara untukku membasuh ragaku dan mengguyur tubuhku,sedangkan aku belum siap untuk menerima kejadian yang entah nanti akan terjadi.Kehiupanku sudah takdir untukku,bagaimanapun aku siap menjalani semuanya.
Pagi yang cerah berganti mendung.Setetes air tumpah ke bumi,matahari yang akan menyambutku telah dijerat oleh kemelut awan putih,dingin telah merasuk kedalam tubuhku,darah membeku.Sirnalah sudah cerah yang menyambut pagiku.Berganti suram menyambut hariku,apa hidupku akan seperti kesuraman dunia yang kini didepan mataku?entahlah……….
Aku harus bergegas memandikan tubuhku yang kecil,setelah semua siap,aku langsung mengegas motorku untukku tancapkan ke sekolah,walaupun langit mendung aku tetap harus pergi ke istana ilmu,mantel khan ada.Langkah demi langkah telah kuikuti,akhirnya sampailah aku ditempat ku menuntut ilmu untuk masa depan ku.
“Hai van!muram banget si mukamu,sudah jelek tambah jelek loh!”Ledek Winky yang juga mengagetkanku.
“Hai juga,langitnya aja muram,masa manusianya nggak ikutan muram si,?”Jawab aku sedikit sewot.
“Ya udah deh maaf,aku ke kelas dulu yah!”Kata Winky sembari menepuk pundakku.
“Ya…”Jawabku singkat.
Entah kenapa hariku begini,padahal hatiku sedang terisi seseorang,diapun mungkin terisikan aku.Aneh….kenapa dia juga belum kelihatan,mungkin aku sedang bahagia,tapi kenapa kelihatannya aku borring banget yah.Nanti kupikir.
Langkahku telah didepan pintu kelas,ih..wouw,ternyata kelas sebelah adalah kelas XII BHS 3,berarti dia ada di sebelah kelasku?,bagus kalau begitu,wajahku yang kata Winky suram,pasti bisa jadi cerah,walaupun gerimis masih mengguyur tanah tercintaku.Cuma aku dan Tasya yang ada dikelas,padahal sudah siang,yang berangkat Cuma dua orang?pada kemana si,.
Tasya adalah sahabatku,dia baik,pengertian,pokoknya perfect deh buat jadi sahabatku.Lama-lama banyak juga yang berangkat,tak kirain pada nggak berangkat,jadi,nggak pelajaran gitu…he….
“Sya,tau nggak aku lagi deket sama siapa?”Tanya aku
“Sama aku,tuh kamu lagi di deketnya aku,ya kan?”Jawab Tasya sambil menyedot jus alpukat kesukaannya.
“Hih….bukan gitu maksudnya,aku tuh lagi deket sama someone,cowok gitu,sekarang anaknya ada disebelah kelas kita” Jelasku
“Bagus kalu gitu,jadi kamu nggak janda terus..eh..jomblo maksudnya,he….”
“tapi kan belum pacaran,doain aja lah biar cepet!”
“tapi…….anaknya siapa”
Belum sempat kujawab pertanyaan Tasya,Winky nyerobot untuk ngomong dulu.Biasa anak aneh..
“Woy,..dah seger ini cay!”Tanya Winky sok romance.
“Ya judahlah secara Vana lagi Falling in love”Jawab Tasya sembarangan,
“Jatuh Cinta??nggak salah tuh,emank loe bisa jatuh cinta,ouw…..i know,I know,jatuh cinta sama aku lagi pastinya?”Tanya Winky Narsis.
“Ogah!masa seorang Vana jatuh cinta sama elo!”Jawabku sewot.
“Udah ah,cabut yuk,PR matem belum aku kerjain”Kata Tasya sambil meninggalkan kantin.
“Eh…eh..loe berdua ntar dong,winky belum selesai ngomongnya!”Teriak Winky,aku dan Tasya tidak sama sekali mempedulikannya.
Mentaripun akhirnya muncul dengan senyuman indah,kecerahan pasti akan datang tanpa menghitung detikan jam.Sampainya didepan kelas,aku melihat sesosok lelaki yang rupawan,yang semakin menambah kecerahan dihatiku.Ternyata dia,yang semalaman sms-an sama aku sampai tengah malam.”Hai va..dari kantin ya?”Tanya dia sebelum aku masuk kedalam kelas.”Eh..hai juga,iya tadi baru nemenin Tasya makan”Jawabku malu-malu.
“Oh ya,nanti pulang sekolah ada acara nggak?”
“Ehm…nanti aku mau kumpul OSIS,kenapa Yog?”
“Yach…tadinya aku mau ngajak kamu jalan,ya mumpung hari sabtu,kan sekalian malam mingguan,tapi kamu ada acara,jadi,kapan-kapan aja lah”
Sejenak aku terdiam,hatiku berkata ‘yach..padahal Yogi udah mau ngajak aku jalan,OSIS-OSIS,kenapa kamu ada!’
“Kenapa Va?”.Tanya Yogi sedikit mengagetkanku.
“eh..enggak,enggak kenapa-kenapa kok,e…Yog,tapi nanti aku nggak lama kok,kalau kamu mau nunggu aku gimana?ya..paling jam 3-an sudah selesai,tapi,kalau kamu enggak mau nunggu juga nggak pa-pa.Eh…kan kamu yang ngajak aku jalan,kok aku yang ngotot ya?”
“Ada apaan tuh…mau ya diajak aku jalan?,oke deh jam berapapun kamu selesai pasti aku tunggu.”
“Bener?”
“Ya jelas dong,apa si yang enggak buat Vana.”
“Ya ampun,makasih ya Yog,upz…aku ke kelas dulu ya?sampai nanti”
“ok,,,dag…”Kata Yogi serambi elambaikan tangan.
Akhirnya kesampaian juga,nggak sabar aku menunggu saat-saat itu.
“Va,Va…”
“Eh….Vana,jangan ngelamun terus,kerjain tuh soalnya”Kata Tasya membangunkan lamunanku.
“Ah…Tasya,enak nih ngelamun”
Teeeet…Teeeeet…
“Hore!!!!!!!!”Sorak anak satu kelas semua,ya jelas pada seneng,matematika gitu,nyebelin banget!
“Jadi kumpul Osis kan?”Tanya Tasya
“Aduh..gimana ya?aku ada janji nih,oh kayan gini aja,kamu bilangi yak ke ketua OSISnya si Winky,Ehm…Vana ijin gitu,ada janji!”Kata aku langsung lari keluar kelas.
“Woy…Van!”Teriak Tasya sambil mengejarku.
BRUG!!!!
Aku terjatuh,setelah menabrak seseorang di depanku,eh..ternyata Winky lagi,Winky lagi.
Bosan aku tiap hari isinya Cuma ketemu sama dia.
Ah..peduli,aku langsung lari,tanpa menghiraukan teriakan Winky.
Ternyata Yogi sudah menungguku diparkiran.Aku siap!
“Kok,cepet banget kumpul OSIS-nya Va?”
“Iya dong,ya sudah yuk,kita let’s go aja,tapi,mau kemana Yog?”
“Ah..udahlah ,nanti juga tahu kok”
Di perjalanan aku dengan Yogi ngobrol seputar kehidupan kita masing-masing.Sampailah sudah,ternyata Yogi mengjakku ke taman yan begitu indah.
Setelah lama ngobrol,Yogi seperti ingin mengucapkan satu kata yang sepertinya susah untuk diucapkan.Apa ya kira-kira?cinta?
“Eh..Va,sekarang kamu jomblo apa?”
“Iya,nggak tau nih,belum ada yang mau kali sama aku”
“Masa anak cantik seperti kamu nggak ada yang mau,khayal banget”
“Ya ampun,memang belum takdirnya aja kali Yog”
“Ada kok yang mau sama kamu?”
“Siapa Yog?”
“Coba deh Tanya,pasti mau kok sama kamu?”
“Maksud kamu?tanya sama siapa Yogi?”
“Ya sama siapa lagi,nih yang lagi sama kamu”
“Memang mau?kan kita kenalnya juga belum lama.”
“Ya enggak pa-pa lah,namanya juga cinta Va”
“Masa ngomongnya kaya gitu,nih maksudnya lagi nembak aku?”
“Iya,.”
“Ngomong yang jelas dong,yang detail,masa nembak orang kaya gitu”
“Tapi Va,kamu maksud kan”
“Yang jelas dong”
“Ah…seperti guru aja si kamu Va,minta penjelasan sama muridnya,tapi langsung dijawab ya Van?”
“Iya dong,kan cita-citaku jadi guru,cepetan”
“Oke deh,aku sayang sama Vana,aku mau sama Vana,gitu khan van?”
“Bagus,gitu dong,itu baru namanya cowok gentle”
“Terus?”
“Jawabannya besok ya,sudah sore nih.”
“Ya udah lah nggak pa-pa”
Setelah sampai rumah,aku terpikir oleh kata-kata Yogi tadi,sebenarnya aku mau banget jadian sama Yoi,tapi aku takut kalau Tasya sahabatkun nggak setuju,kaya dulu,waktu aku sama Winky.Hp-ku berdering ada sms ternyata.Dari Yogi.
‘Hai,yank,gy ngpain nih?’
‘Hai juga,lagi tidran di kmar,u lagi ngapain?’
“Lagi mikirin cayank,tapi sebel juga sama cynk”
‘Kenapa,?’
‘Di tipu sama cynk tadi,katanya mau jawab langsung dijawab,eh malah enggak.’
‘Maaf juga ya Ynk?’
‘iy gPp,tapi cynk synk kn ma ak?’
‘Ya jelas dong’
‘bener yank?ak jadi trbang nih’
‘sampai mana?’
‘didpan rumahnya cyank’
Selama seminggu begitulah aku dengan Yogi,jadian enggak,tapi Cuma HTS (Hubungan Tanpa Status).Setelah 8 hari.Aku bingung dengan perubaha sikap Yogi yang sebegitu cepatnya.Dia sekarang tidak pernah sms sama aku,teleponin aku.Aku harus sms dia.Setelah lama Yogi eggak membalas sms aku.
‘Kamu beneran sayank sama ak ga cih Yog?’
‘Telat!Knpa dulu kamu jwbe kaya gitu sama ak,ya udh,skarang ak udah ktmu ma yang laen’
BRUG!!!
Hancur banget hatiku,air mata lama-lama teruarai jatuh ke lantai.Sungguh aku menyesal kenapa aku tidak menjawab ‘ya’,padahal Tasya setuju banget aku sama Yogi,malah katanya cocok,Tasya bilang begitu baru kemarin,setelah Yogi dengannya.Aku piker kamu lebih pantas sama aku.
1 Bulan Kemudian.
Pelajaran bahasa jepang adalah pelajaran kesukaanku,tapi,hari itu menyebalkan,ya,mungkin aku masih teringat dengan Yogi,aku masih cinta sama Yogi,Yogi nggak akan tahu rasanya hatiku yang mungkin bisa mati tanpa Yogi,aku cinta,aku sayang sama dia,mungkin dia jadiin aku cewek cadangan dia.Aku benar-benar kecewa dengan apa yang dikatakan dia dulu,hubunganku yang nggak jelas hanya berlangsung beberapa hari.
“Hey,cemberut aja loeh,akum ngomong nih,tapi bukannay aku mau nambah kamu cemberut.”kata Tasya
“Ya ngomong aja Sya”
“Ehm….Yogi katanya sekarang sudah sama Rahel”
“Rahel kelas X.B?”
“Iya..tapi kok Yogi masih ngelihatin kamu ya?”
“Udahlah Sya,pasti aku bisa kok nglupain dia.Tenang aja”
Ya Allah,aku sungguh hancur,kenapa aku percaya sama omongan lelaki busuk seperti dia.Dia mencintaiku tidak dengan setulus hati,karena ,dia sangat cepat melupakan aku.Tapi..Andai aku masih punya kesempatan kedua aku pasti akan dengannya,dan dia akan mencintaiku tulus,dan aku akan menjaga Yogi,memeberi Yogi segenap cinta.Pasti masih ada cinta untukku.Tenanglah…kehidu[an cintakku belum akhir,pasti masih akan berlanjut.Aku akan mendapatkan yang lebih sempurna dari Yogi.
PENGARUH PSIKOLINGUISTIK PADA INTERAKSI
GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA

Psikolinguistik merupakan suatu pendekatan gabungan melalui psikologi dan linguistik bagi telaah atau studi pengetahuan bahasa, bahasa dalam pemakaian, perubahan bahasa, dan hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut yang tidak begitu mudah dicapai atau didekati melalui salah satu dari kedua ilmu psikologi dan linguistik secara terpisah atau sendiri-sendiri. Aspek keterampilan berbahasa yang terdiri dari menulis, membaca, berbicara, dan mendengarkan merupakan sesuatu yang harus diajarkan pada siswa. Karena dengan aspek tersebut dapat meningkatkan keterampilan siswa, dan pengetahuan atau pengalaman siswa baik dalam hal menulis, membaca, berbicara, dan menyimak. Selain itu juga dapat mengetahui bagaimana karakteristik siswa dalam penguasaan aspek tersebut.
Psikolinguistik apabila dihubungkan dengan berbicara mempunyai pengaruh yang sangat besar, karena psikolinguistik juga merupakan suatu ilmu yang menguraikan proses-proses psikologi pada saat berkomunikasi. Komunikasi antara dua pembicara dapat dikarakterisasikan sebagai pertukaran gagasan, pikiran, atau ide. Seperti halnya komunikasi yang terjadi antara guru dan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar mempunyai pengaruh yang penting dalam pembelajaran aspek berbicara. Dengan adanya komunikasi tersebut khususnya bagi guru, guru dapat mengetahui lancar atau tidaknya anak didiknya dalam berbicara serta dapat meningkatkan kepercayaan pada diri siswa dengan memperhatikan faktor psikologinya.
Komunikasi antara guru dan siswa ketika dalam keadaaan santai dapat dimungkinkan proses berbicaranya yang terjadi diantara mereka lancar, tetapi pada saat keadaan atau situasi yang resmi mungkin ada guru atau anak didiknya yang tidak dapat berbicara dengan lancar. Lancar atau tidaknya guru dalam berbicara sangat berpengaruh bagi siswa. Ketidaklancaran berbicara dapat disebabkan oleh faktor bawaan sejak lahir, atau karena rusaknya otak sehingga otak tidak dapat berperan, atau dapat dikatakan otak tersebut telah lumpuh sehingga cara berpikirnya lambat. Selain hal tersebut dapat disebabkan karena pengaruh lingkungan. Lingkungan yang tidak menunjang perkembangan linguistik dapat disebabkan lingkungan tempat tinggalnya yang kurang adanya kegiatan linguistik. Selain itu juga karena dialog antara seorang anak dan anggota keluarganya sangat kurang, serta tidak ada kesempatan untuk belajar berbahasa, sehingga membuat anak tidak berkembang.
Aspek berbicara yang merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa mempunyai peran yang penting dalam kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu, pembelajaran berbicara diajarkan dalam kehidupan sekolah. Kegiatan pembelajaran berbicara hendaknya dilaksanakan secara perlahan-lahan, karena setiap siswa mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Dalam kaitannya dengan psikoliguistik, guru hendaknya memperhatikan tingkat kemampuan siswanya dan memberikan teori yang relevan. Sehingga dengan hal ini guru mudah dalam menyampaikan materi apa yang harus diberikan pada siswa, dan siswa juga mudah dalam menerima materi. Cara belajar berbahasa termasuk berbicara harus berkembang terus-menerus yaitu dengan memanfaatkan metode pengajaran bahasa. Banyak para ahli yang berpendapat bahwa pengajaran bahasa harus didasarkan pada analisis bahasa secara ilmiah dengan bantuan disiplin ilmu, misalnya psikologi. Dengan bantuan ilmu psikologi, seorang guru akan lebih mudah untuk mengetahui karakteristik anak didiknya.
Guru yang lancar dalam berbicara dan dapat menyampaikan materi dengan baik akan memudahkan siswa untuk menangkap materi yang telah disampaikannya. Begitu juga, apabila siswa lancar berbicara, akan memudahkan guru dalam menyampaikan materi. Tetapi dengan syarat antara siswa dan guru harus menjiwai seperangkat kaidah yang sama dari suatu bahasa tertentu. Seperangkat kaidah yang serupa itu disebut tata bahasa yang merupakan teori bagaimana caranya suatu bahasa tertentu menghubungkan bunyi dan arti serta merupakan teori mengenai bahasa tersebut. Pemberian pengetahun tata bahasa seseorang tidak mencakup bagaimana sebenarnya dia mempergunakan pengetahuan tersebut dalam produksi dan komprehensi dalam pembentukan dan pemahaman kalimat-kalimat. Tata bahassa tidak menentukan proses informasi kemampuan-kemampuan otak manusia yang dibutuhkan pada saat berbicara.
Pembelajaran berbicara yang biasa diajarkan oleh guru terhadap siswanya di sekolah antara lain adalah berpidato, menceritakan kembali isi bacaan, diskusi, wawancara, bercerita, melaporkan sesuatu, menjawab pertanyaan, dan percakapan. Dengan materi tersebut, guru dapat mengetahui siswa mana yang malu dalam berbicara, yang sulit dalam proses berbicara, dan yang lancar dalam berbicara.
Siswa yang tidak dapat berbicara dengan lancar, walaupun dalam situasi santai dapat berbicara dengan lancar guru harus mengambil langkah yang cepat untuk mengatasi hal tersebut. Dengan dikuasainya ilmu tentang psikolinguistik pada diri guru, guru akan mudah dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh siswanya. Misalnya untuk siswa yang malu atau yang susah berbicara, dapat dipancing dengan berbicara dengan menjawab sejumlah pertanyaan mengenai dirinya, misalnya tentang nama, usia, dan tempat tinggal. Contoh lain adalah ketika guru menyuruh siswanya untuk berpidato dengan menggunakan teks, walaupun siswa tersebut dapat membaca dengan lancar, tetapi dalam pengucapannya sulit, guru harus dengan cepat mengatasi masalah tersebut. Karena apabila dibiarkan saja, hal ini dapat berlangsung secara terus-menerus. Oleh sebab itu, guru harus memberikan latihan kepada siswa secara terus-menerus, mulai dari latihan yang bersifat ringan sampai materi yang berat sampai anak tersebut lancar berbicara. Dalam hal ini, peran guru hanyalah membimbing siswanya agar lancar berbicara, dan siswa diberi kesempatan seluas-luasnya dalam memperlancar proses berbicaranya. Tetapi hal ini kembali lagi pada diri siswa, apakah siswa dapat menerima metode atau teknik yang diberikan oleh guru untuk memperbaiki proses berbicaranya atau tidak. Karena itu, dalam memperbaiki keterampilan berbicara pada siswa, guru harus memperhatikan faktor psikologi dan faltor eksternal, misalnya faktor lingkungan tempat tinggal siswa.
Siswa yang lancar dalam berbicara, dapat disebabkan karena berperannya otak, sehingga dapat berpikir secara cepat. Dengan adanya siswa yang lancar dalam berbicara, seorang guru dapat mengembangkan keterampilan siswanya dengan memperhatikan dari sisi psikologi yang terdapat dalam diri siswa. Hal tersebut dapat dilatih dengan menggunakan teknik atau metode yang tepat bagi siswa, sehingga dapat mencapai hasil yang memuaskan, yang mana hasil tersebut dapat berfungsi bagi dirinya, dan juga masyarakat sekitar. Guru dapat memberikan latihan tersebut dengan cara memberi tahu kepada siswa, bagaimana cara berbicara pada saat keadaan resmi dan tidak resmi, dan dengan siapa siswa berbicara. Karena gaya bicaranya seseorang menggambarkan tingkah laku seseorang. Lancarnya berbicara, dapat membuat siswa untuk tampil lebih percaya diri di hadapan umum.
BAB I
Kajian Teori

1.1 Bahasa
Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 1993:21). Bahasa merupakan suatu alat komunikasi bagi manusia. Tanpa bahasa pada hakikatnya kita tidak dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan. Segala macam pengertian, ide, konsep, pikiran, dan perasaaan kita lahirkan dengan bahasa. Ketidakmampuan berbahasa, berarti sesorang tidak mampu menyatakan pikiran dan perasaaan pada orang lain (Burhan, 1995:9).
Pemerolehan bahasa adalah suatu proses yang dipergunakan oleh kanak-kanak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis yang makin bertambah rumit, atau pun teori-teori yang masih terpendam atau tersembunyi yang mungkin sekali terjadi, dengan ucapan-ucapan rangtuanya sampai dia memilih, berdasarkan suatu ukuran atau tataran penilaian, tata bahasa yang paling baik serta yang paling sederhana dari bahasa tersebut (Kiparsky, 1968:194). Pemerolehan bahasa pada seseorang anak diperoleh sejak dini, agar komunikasi bisa berjalan lancar maka anak harus menggunakan bentuk bahasa yang bermakna bagi orang yang diajaknya dalam berkomunikasi. Sebaliknya anak juga harus dapat meningkatkan pemahaman bahasa yang digunakan oleh orang lain.
Seorang siswa SMP pada permulaan sekali dalam belajar bahasa akan mengikuti panah-panah ganda secara agak langsung. Anak-anak telah mempelajari satu sarana linguistik, yang mana akan bertindak menolong mereka melakukan tiga hal: memahami ujaran sekelilig mereka, menghasilkan ucapan-ucapan yang dapat dimengerti, dan mempelajari saraana-sarana ketatabahasaan lainnnya dalam bahasa itu. Dengan adanya hal tersebut, bahasa seorang anak dapat berkembang.
Perkembangan bahasa sebagai aspek universal berlangsung dalam suatu pola yang bertahap, meliputi:
a. Tahap Pralinguistik atau Meraban (0,3 sampai 1,0 tahun)
Tahap ini merupakan permulaan perkembangan bahasa, yang dimulai pada usia sekitar tiga bulan. Pada tahapan ini anak mengeluarkan bunyi ujaran dalam bentuk ocehan yang mempunyai fungsi komunikatif, anak mengeluarkan berbagai bunyi ujaran sebagai reaksi terhadap orang lain (orang dewasa) yang mencari kontak verbal dengan anak tersebut atau sebaliknyua (Monks, 1983:137)
b. Tahap Holofrastik atau Kalimat Satu Kata (1,0 smpaia 1,8 tahun)
Pada usia sekitar setahun, anak mulai mengucapkan kata-katanya yang pertama. Satu kata yang diucapkan oleh anak-anak ini harus dipandang sebagai satu kalimat penuh, mencakup aspek psikologis (intelektuaal, emosional), dan visional untuk menyatakan mau tidaknya terhadap sesuatu (Monks, 1989: 138)
c. Tahap Kalimat Dua Kata (1,6 samapai 2,0)
Pada tahapan ini anak mulai lebih banyak kemungkinan untuk menyatakan maksud dan berkomunikasi dengan menggunakan kalimat dua kata (Monks, 1989:139), dengan dua holofrase yang dirangkai cepat (Tarigan, 1986:266).
d. Tahap Perkembangan Tata Bahasa (2,0 sampai 5,0)
Pada tahapan ini mulai mengembangkan sejumlah sarana tata bahasa, panjang kalimat bertambah (walau bukan gejala utama), ucapan-ucapan yang dihasilkan semakin kompleks, dan mulai menggunakan kata jaak dan tugas (Tarigan, 1989: 267).
e. Tahap Perkembangan Tata Bahasa Menjelang Dewasa (5,0 sampai 10,0)
Tahap ini, anak mulai mengembangkan struktur tata bahasa yang lebih rumit, melibatkan gabungan kalimat sederhana dengan komplementasi, relativasi, dan konjungsi (Tarigan, 1986:267). Perbaikan dan penghalusan oleh anak-anak pada periode ini mencakup belajar mengenai berbagai pengecualian dari keteraturan-keteraturan tata bahasa (sintaksis) dan fonologi dalam bahasa terkait.

f. Tahap Kompetensi Lengkap (11,0 sampai dewasa)
Pada masa akhir kanak-kanak perbendaharaan kata terus meningkat, gaya bahasa seseorang mengalami perubaan, dan seseorang semakin lancar dan fasih dalam berkomunikasi dengan bahasa. Keterapilan dan performansi tata bahasa (sintaksis) terus berkembang ke arah tercapainya kompetensi berbahasa secara lengkap sebagai kompetensi komunikasi.
Agar dapat menemukan tata bahasa sesuatu bahasa maka kadah-kaidah bagi semua kalimatnya haruslah disusun berdasarkan sejumlah ucapan yang terbatas saja. Perangkat kalimat yang diturunkan oleh suatu sistem kaidah itu ditentukan secara unik. Satu tata bahasa tidak dapat menurunkan dua bahasa.
Secara linguistik, kalimat mengacu pada kesatuan ujaran yang mampu berdiri sendiri sehingga ucapan itu tidak berkontruksi lagi dengan ujaran lainnya. Jenis kalimat yang dikuasai oleh siswa SMP kelas VIII adalah kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal berdasarkan bentuknya terbagi menjadi kalimat nomina, verbal ajektiva, dan numerial. Berdasarkan intonasinya, kalimat dibedakan atas kalimat berita, kalimat tanya, kalimat perintah, kalimat seruan, dan kalimat emfatik. Kalimat majemuk dibedakan menjadi kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
Karya sastra yang harus dikuasai oleh siswa SMP kelas VIII antara lain adalah cerpen, novel, dan puisi. Bahasa yang digunakan dalam karya sastra merupakan bahsa umum seperti yang dimiliki oleh masyarakat pada umumnya. Bahasa umum lebih menonjolkan sifat pemebirtahuannya. Jadi kejelasannyalah yang dipentingkan, atau dengan kata lain bahasa umum lebih bersifat pikiran. Sering dikatakan juga, bahwa bahasa sastra bersifat konotatif sedangkan bahasa umum bersifat denotatif. Dapat disimpulkan bahwa titik berat perbedaan antara bahasa sastra dengan bahasa umum terletak pada efek yag ditimbulkannya dan bukan pada kelaian wujudnya.
Cerpen merupakan cerita yang disebabkan oleh ruang lingkup permasalahan yang ingin disampaikan oleh bentuk karya sastra. Jadi sebuah cerita pendek belum tentu dapat digolongkan ke dalam jenis cerpen, jika ruang lingkup permasalahan yang iungkapkannya tidak memenuhi persyaratan yang dituntut oleh cerpen.
Novel cakupan ruang lingkupnya lebih luas daripada cerpen. Novel dapat mengungkapkan seluruh episode perjalanan hidup tokoh ceritanya. Bahkan dapat pula menyinggung masalah-masalah yang kaitannya sudah agak renggang.
Karya sastra berbentuk puisi bersifat konsentrif dan intensif. Pengarang hanya mengutarakan apa yang menurut perasaan atau pendapatnya merupakan bagian yang pokok atau penting saja. Konsentrasi dan intensifikasi tersebut dilakukan pengarang bukan hanya terbatas pada masalah yang akan disampaikannya melainkan juga pada cara menyampaikannya.
Penguasaan kosakata pada siswa SMP harus dikembangkan berdasarkan materi yang ada di semester tersebut. Karena dengan adanya penguasaan kosakata tersebut, bahasa dapat berkembang secara terus menreus pada siswa SMP kelas VIII.

1.2 Psikologi
Menurut asal katanya, psikologi berasal dari dua kata Yunani psyche yang berarti jiwa, dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa. Ada beberapa ahli yang mendefinisikan arti dari psikologi. Menurut Clifford T. Margon, psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan. Sedangkan menurut Garden Murphy mengatakan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari respons yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya. Karena manusia harus dipelajari dalam kaitannya dengan perkembangan, maka psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia (Sarwono, 1992:16-17)
Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari perilaku individu dalam perkembangannya yang mencakup periode pada masa kanak-kanak, remaja, dewasa sampai usia lanjut.
Hurlock (1980:14) membagi rentang kehidupan manusia (fase-fase perkembangan), sebagai berikut:

a. Periode Pranatal
Merupakan metode yang paling singkat dari seluruh periode perkembangan, namun dalam hal periode ini penting atau bahkan yang terpenting dari semua periode. Ciri-ciri periode prenatal, yaitu:
 Pembawaan lahir, berfungsi sebagai dasar bagi perkembangan selanjutnnya, ditentukan pada saat ini. Hal ini bukan saja pada bawaan fisik dan mental melainkan juga pada jenis kelamin individu.
 Pertumbuhan dan perkembangan yang cepat.. Pertumbuhan dan perkembangan yang proporsional lebih cepat terjadi pada waktu ini daripada waktu lainnya sepanjang hidup.
 Kondisi dan lingkungan pralahir. Kondisi tubuh ibu yang baik memepertinggi perkembangan potensi bawaan sedangkan kondisi yang buruk dapat menghambat perkembangan atau mengganggu pola perkembangan berikutnya.
 Sikap orang-orang yang berarti dalam kehidupan anak, terutama anggota keluarga terbentuk pada waktu ini dan mempunyai pengaruh yang nyata terhadap perlakuan mereka terhadap anak tersebut selama awal tahun pembentukan kehidupan. Kalau sikap ini bersifat emosional, maka dapat merusak keseimbangan ibu dan mengganggu kondisi tubuh ibu yang sangat penting bagi perkemabangan normal dari individu yang baru terbentuk.
b. Bayi Neonatal
Sikap periode rentang kehidupan ditandai oleh gejala perkembangan tertentu yang membedakannya dari periode-periode yang mendahului atau yang mengikutinya. Ciri penting dalam bayi neonatal adalah
 Periode tersingkat dari semua masa perkembangan. Periode ini adalah saat di mana janin harus menyesuaikan dengan kehidupan di luar rahim ibu, di mana ia telah hidup selama kurang lebih sembilan bulan. Menurut kriteria psikologis penyesuaian ini berakhir pada saat bayi mulai menunjukan tanda-tanda kemajuan perkembangan perilaku. Pada umumnya untuk penyesuaian ini diperlukan waktu dua minggu atau lebih cepat, tetapi bagi yang sulit lahir atau yang lahir sebelum waktunya memerlukan waktu penyesuain lebih lama.
 Masa terjadinya penyesuaian yang radikal. Kelahiran merupakan suatu peralihan dari lingkungan dalam (rahim ibu) ke lingkungan luar sehingga bayi perlu menyesuaikan diri. Beberapa bayi mudah melakukan penyesuian, namun bagi bayi lain ada yang kesulitan dan mengalami kegagalan.
 Masa terhentinya perkembangan. Terhentinya perkembangan dan pertumbuhan merupakan hal yang normal, disebabkan karena bayi melakukan penyesuaian yang radikal pada lingkungan pascanatal. Setelah itu perkembangan dan pertumbuhan bayi kembali berlanjut.
 Pendahuluan dari perkembangan selanjutnya. Perkembangan bayi yang tampak pada waktu dilahirkan tidak dapat digunakan untuk meramalkan secara tepat bagaimana perkembangan individu di masa depan, tetapi perkembangan bayi yang baru lahir dapat memberi petunjuk tentang apa yang diharapkan akan terjadi pada perkembangan selanjutnya.
 Periode yang berbahaya. Secara fisik masa bayi neonatal berbahaya karena sulitnya mengadakan penyesuaian diri secara radikal yang penting pada lingkungan yang sangat baru dan sangat berbeda. Hal ini terbukti dengan tingginya tingkat kematian. Secara psikologis, masa bayi neonatal merupakan saat terbentuknya sikap dari orang-orang yang berarti bagi bayi.
c. Masa Bayi
Ciri-ciri penting masa bayi yang membedakannya dari periode-periode sebelum dan sesudahnya adalah sebagai berikut:
 Dasar yang sesungguhnya. Seluruh masa anak-anak terutama tahun-tahun awal dianggap sebagi masa dasar namun masa bayi merupakan periodE kehidupan yang sesungguhnya karena pada masa ini banyak pola perilaku, sikap, dan pola ekspresi emosi terbentuk.
 Pertumbuhan dan perubahan berjalan cepat. Perubahan dalam perbandingan tubuh disertai dengan pertumbuhan tinggi dan berta badan. Perkembangan intelek berjalan sejajar dengan pertumbuhan dan perubahan fisik.
 Berkurangnya keergantungan. Berkurangnya ketergantungan memungkinkan bayi duduk, berdiri, berjalan, dan menggerak-gerakkan benda-benda.
 Meningkatnya individualitas. Dengan meningkatnya individualitas maka setiap bayi harus diperlakukan sebagai individu. Tidak dapat lagi semua bayi diharapkan tumbuh berdasarkan makanan yang sama atau adanya jadwal makan dan tidu yang sama.
 Permulaan sosialisasi. Bayi menunjukkan keingina untuk menjadi bagian dari kelompok sosial dengan memprotes kalau dibiarkan sendiri selama beberapa waktu dan mencoba memperoleh perhatian dari orang lain dengan berbagai cara.
 Permulaan berkembangnya penggolongan peran seks. Ini dimulai sejak bayi dilahirkan.
 Permulaan Kreativitas. Pada bulan-bulan pertama bayi belajar mengembangkan minat dan sikap yag merupakan dasar bagi kreativitasnya kelak dan sebagian besar ditentukan oleh perlakuan-perlakuan orang lain terutama orang tua.
d. Awal Masa Kanak-kanak
Ciri-ciri yang terdapat pada masa kanak-kanak, yaitu
 Sebutan yang digunakan orang tua. Sebagian besar orang tua menganggap awal masa kanak-kanak sebagai usia yang mengandung masalah atau usia sulit dan usia mainan karena anak menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermain dengan mainan.
 Sebutan yang digunakan para pendidik. Para pendidik menyebut tahun-tahun awal masa kanak-kanak sebagai usia prasekolah yang merupakan masa persiapan anak baik secara fisik atau mental untuk menghadapi tugas-tugas pada saat mereka mulai bersekolah.
 Sebutan yang digunakan para ahli psikologi. Berdasarkan cir-ciri yang menonjol dalam perkembangan awal masa kanak-kanak sebutan yang digunakan adalah:
1. Usia kelompok, dimana anak belajar dasar-dasar perilaku sosial untuk penyesuaian diri pada waktu mereka masuk kelas satu.
2. Usia menjajah karena anak-anak ingin mengetahui keadaan lingkungannya, bagaimana mekanismenya, perasaanya, dan bagaimana ia bisa menjadi bagian dari lingkungan.
3. Usia bertanya. Salah satu cara dalam menjelajah lingkungan adalah dengan berrtanya
4. Usia meniru. Yang paling menonjol dalam periode ini adalah meniru pembicaraan dan tindakan orang lain.
5. Usia kreatif . Anak lebih menunjukkn kreatifitas dalam bermain selama masa kanak-kanak dibandingkan masa-masa lain.
e. Masa Kanak-kanak
Ciri-ciri dalam masa ini, yaitu
 Label yang digunakan orang tua:
1. Usia yang menyulitkan, masa di mana anak tidak lagi menuruti perintah, lebih banyak dipengaruhi teman sebaya daripada orang tua atau anggota keluarga yang lain.
2. Usia tindak rapi, masa dimana anak cenderung tidak mempedulikan ceroboh dalam penampilan dan kamarnya berantakan.
3. Usia bertengkar, masa dimana banyak terjadi pertengkaran antar keluarga dan suasana rumah tidak menyenangkan bagi semua anggota keluarga.
 Label yang digunakan para pendidik:
1. Usia sekolah dasar. Anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan penting tertentu.
2. Periode kritis dalam dorongan berprestasi. Masa dimana anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses atau sangat sukses. Perilaku berprestasi pada masa kanak-kanak mempunyai korelasi yang tinggi dengan perilaku berprestasi pada masa dewasa.

 Label yang digunakan ahli psikologi:
1. Usia berkelompok. Masa dimana perhatian utama tertuju pada keinginan diterima teman sebaya sebagai anggota kelompok terutama kelompok yang bergemgsi dalam pandangan teman-temannya.
2. Usia penyesuain diri. Anak menyesuaikan diri dengan standar yang disetujui kelompok.
f. Masa Puber
Ciri-ciri pada masa puber, yaitu
 Periode tumpang tindih karena kedudukan remaja berada di antara akhir masa kanak-kanak dan awal masa remaja.
 Periode yang sehat, berlangsung sekitar dua samapi empat tahun
 Adanya tahap prapuber (bukan lagi seorang anak tetapi juga belum remaja), tahap puber (kematangan seksual muncul), tahap pascapuber (ciri-ciri seks sekunder sudah berkembang dan organ-organ seks berfungsi secara matang).
 Pertumbuhan dan perubahan yang pesat meliputi perubahan dalam tubuh, perubahan dalam status termasuk penampilan, pakaian, sikap terhadap seks dan lawan jenis. Perubahan ini sering menimbulkan keraguan, perasaan mampu dan tidak aman, serta menimbulkan perilaku yang kurang baik.
 Fase negative, fase dimana individu mengambil sikap “anti” terhadap kehidupan atau kelihatannya kehilangan sifat-sifat baik yang sebelumnya sudah berkembang. Pada fase ini perilaku remaja mendadak menjadi sulit diduga dan seringkali agak melawan norma sosial yang berlaku.
g. Masa Remaja
Ciri-ciri pada masa remaja, yaitu
 Periode yang penting. Ada beberapa periode yang dianggap lebih penting daripada beberapa periode lainnya karena berakibat langsung terhadap sikap dan perilaku, dan ada yang dianggap penting karena berakibat jangka panjang.
 Periode peralihan. Dalam setiap periode peralihan, status individu tidak jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan.
 Periode perubahan, ada lima perunbahan pada masa remaja. Pertama, meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Kedua, perubahan-perubahan yang menyertai kematangan seksual membuat remaja tidak yakin akan dirinya, kemampuan-kemampuannya serta minatnya. Ketiga, perubahan tubuh, minat, dan peran yang diharapkan oleh lingkungan menimbulkan masalah baru bagi remaja. Keempat, perubahan dalam minat dan perilaku disertai pula perubahan dalam nilai-nilai. Kelima, sebagian remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan.
 Usia bermasalah. Masalah remaja sering sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun pemepuan. Ini disebabkan pada masa kanak-kanak masalahnya sebagian besar diselesaikan oleh orang tua atau guru sehingga remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah, dan remaja merasa mandiri sehingga ingin mengatasi masalahnya sendiri dan menolak banutan orang tua dan guru.
 Mencari identitas. Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih penting, kemudian lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-temannya dalam segala hal
 Usia yang menimbulkan ketakutan. Adanya anggapan bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak membuat orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja menjadi takut bertanggungjawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal. Ini menyebabkan peralihan ke masa dewasa menjadi sulit.
 Masa yang tidak realistik. Remaja melihat dirinya dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagiamana adanya, terlebih dalam hal cita-cita.
 Ambang masa dewasa. Remaja mulai bertindak dan berperilaku seperti orang dewasa, yaitu merokok, minum-minuman keras, dan menggunakan obat-obatan.



h. Masa Dewasa Dini
Merupakan periode penyesuian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Ciri-ciri yang menonjol pada masa ini yaitu,
 Masa pengaturan. Jika anak laki-laki dan anak perempuan mencapai usia dewasa berarti sudah saatnya untuk meneirma tanggungjawab sebagai orang dewasa.
 Usia Produktif. Menjadi orang tua merupakan salah satu peran yang paling penting dalam hidup orang dewasa. Bagi orang yang cepat mempunyai anak dan mempunyai keluarga besar pada awal masa dewasa atau bahkan pada tahun-tahun terakhir masa remaja kemungkinan seluruh masa dewasa dini merupakan masa sebaliknya.
 Masa bermasalah. Masalah-masalah masa dewasa dini yaitu masalah yang berhubungan dengan penyesuian diri dalam kehidupan perkawinan, peran sebagai orang tua, dan pekerjaan atau krarier.
 Ketegangan emosional. Ketegangan emosi umumnya nampak dalam bentuk keresahan. Apabila mereka tidak mampu mengatasi masalah-masalah mereka, mereka akan terganggu secara emosional.
 Keterasingan sosial. Masuknya seseorang dalam pola kehidupan orang dewasa, yaitu karier, perkawinan dan rumah tangga, membuat hubungan dengan teman-teman kelompok masa remaja menjadi renggang dan bersamaan dengan itu keterlibatan dalam kegiatan kelompok di luar rumah akan terus berkurang. Akibatnya orang akan mengalami keterpencilan sosial atau Erikson menyebutnya sebagai krisis keterasingan.
 Masa komitmen.
 Masa ketergantungan
 Perubahan nilai
 Penyesuaian diri dengan cara hidup baru
 Masa kreatif



i. Masa Dewasa Madya
Adapun ciri-ciri pada masa ini, yaitu
 Periode yang sangat ditakuti. Penyebabnya adalah banyaknya stereotip yang tidak menyenangkan tentang usia dewasa madya.
 Masa transisi. Transisi senatiasa berarti penyesuaian diri terhadap minat, nilai, dan pola perilaku yang baru.
 Masa stress. Penyesuaian secara radikal terhadap peran dan pola hidup yang berubah khususnya bila disertai dengan berbagai perubahan fisik dan psikologis seseorang dan menimbulkan stress.
 Usia yang berbahaya. Sebutan usia berbahaya ini berasal dari kalangan pria yang ingin melakukan pelampiasan untuk kemudian yang berakhir sebelum memasuki usia lanjut.
 Usia canggung. Pria dan wanita berusia madya bukan muda tetapi bukan juga tua. Meraka merasa bahwa keberadaan mereka tidak dianggap, oleh karena itu orang yang berusia madya sedapat mungkin berusaha untuk tidak dikenal orang lain.
 Masa nerprestasi. Masa evaluasi pada umumnya usia madya merupakan saat pria dan wanita mencapai puncak prestasinya, maka wajar apabila masa ini juga merupakan saat mengevaluasa prestasi tersebut berasdarkan aspirasi mereka semula dan harapan-harapan orang lain khususnya anggota keluarga dan teman.
 Usia madya dievaluasi dengan standar ganda. Satu standar bagi pria dan satu lagi bagi wanita walaupun cenderung mengarah ke persamaan peran antara pria dan wanita baik di rumah, perusahaan, peindustrian, profesi maupun dalam kehidupan nyata.
 Masa sepi. Masa ketika anakaak tidak lama tinggal bersama orang tua.
 Masa jenuh. Hampir semua pria dan wanita mengalami kejenuhan pada masa akhir tiga puluhan dan empat puluhan.



j. Masa Lanjut Usia
Ciri-ciri pada masa ini, yaitu
 Periode kemunduran. Kemunduran sebagian datang dari faktor fisik dan sebagian lagi dari faktor psikologis. Akibatnya orang menurun secara fisik dan mental dan mungkin akan segera mati.
 Perbedaan individual pada efek menua. Orang menjadi tua secara berbeda karena mempunyai sifat bawaan, sosio ekonomi dan latar belakang pendidikan, serta pola hidup yang berbeda. Bila perbedaan-perbedaan tersebut bertambah sesuai dengan usia, perbedaan-perbedaan tersebut akan membuat orang bereaksi secara berbeda terhadap situasi yang sama.
 Usia tua dinilai dengan kriteria yang berbeda
 Stereotype orang lanjut usia
 Sikap sosial terhadap usia lanjut. Karena kebayakan pendapat klise di atas tidak menyenagkan maka sikap sosial terhadap usia lanjut cenderung menjadi tidak menyenangkan dan mempengaruhi cara mereka memperlakukan orang usia lanjut. Akibatnya orang usia lanjut cenderung tidak lagi bermanfaat bagi kelompok sosial dan lebih banyak menyusahkan daripada sikap yang menyenangkan.
 Orang usia lanjut mempunyai status kelompok-minoritas. Status kelompok minoritas ini terutama terjadi akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap usia lanjut dan diperkuat oleh pendapat klise yang tidak menyenangkan tentang mereka.
 Menua membutuhkan perubahan peran. Perubahan peran ini sebaiknya dilakukan atas dasar keinginanan seseorang, bukan atas dasar tekanan yang datang dari kelompok sosial tetapi pada kenyataannya perubahan peran ini banyak terjadi karena tekanan sosial.
 Penyesuaian yang buruk. Karena sikap sosial yang tidak menyenangkan bagi orang usia lanjut maka banyak orang usia lanjut mengembangkan konsep ini yang tidak menyenangkan.
 Keinginan menjadi muda kembali sangat kuat. Status kelompok minoritas yang dikenakan pada orang berusia lanjut secara alami membangkitkan keinginan untuk tetap muda selama mungkin dan ingin dipermudah apabila tanda-tanda menua tampak.
Pendidik yang tidak mengetahui psikologi perkembangan tentunya akan mendapatkan kesulitan dalam mendidik anak. Dengan demikian psikologi perkembangan mempunyai kedudukan sentral dalam pendidikan karena masalah perkembangan pada dasarnya tidak terlepas dari masalah belajar dan pendidikan. Psikologi perkembangan berfungsi dalam membantu mendiagnosis masalah-masalah yang mungkin terjadi dalam perkembangan seseorang.
Perkembangan kepribadian peserta didik antara yang satu dengan yang lain berbeda-beda. Kepribadian merupakan susunan sistem psikofisik yang dinamis dalam diri suatu individu, yang menentukan penyesuaian individu yang unik terhaap lingkungan. Sistem psikofisik merupakan kekuatan motivasi yang menentukan jenis penyesuaian yang akan dilakukan tiap anak, karena tiap anak mempunyai pengalaman belajar yang berbeda, jenis penyesuaian anak adalah unik, dalam arti tidak seorang anak pun, bahkan juga kembar identik pun, akan bereaksi dengan cara yang persis sama. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian seorang anak khususnya siswa SMP antara lain sebagai berikut:
 Faktor bawaan
 Pengalaman awal
 Keluarga
 Sekolah
 Budaya
 Kondisi fisik
 Daya tarik
 Keberhasilan dan kegagalan

1.3 Sosial Budaya
Kebudayaan Indonesia termasuk dalam kebudayaan timur. System nilai budaya ini merupakan suatu rangkaian dari konsep abstrak yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga suatu masyarakat mengenai apa yang harus dianggap penting dan berharga dalam hidupnya. Dengan demikian suatu system nilai budaya itu biasanya merupakan bagian dari kebudayaan yang berfungsi sebagai pengarah dan pendorong kelakuan manusia. karena system nilai budaya itu hanya merupakan konsep-konsep yang abstrak, tanpa perumusan yang tegas, maka konsep-konsep itu biasanya hanya bisa dirasakan, tetapi sering tidak dapat dinyatakan dengan tegas oleh warga masyarakat yang bersangkutan.
Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari lingkungan sosialnya. Manusia terlibat dalam situasi sosial, dimana terdapat hubungan antar manusia yang satu dengan manusia yang lain yang dapat saling mempengaruhi (Walgito, 1978). Hubungan sosial individu telah dimulai sejak individu lahir dan berada di tengah-tengah keluarganya.
Etika pergaulan adalah ketentuan sopan santun yang dipakai oleh manusia untuk saling bergaul. Etika ini mempunyai hubungan yang sangat erat dengan tata susila dan adat istiadat. Ketentuan sopan santun ini meliputi berbagai segi dan bidang kehidupan kita sehari-hari dan kadang kadang suatu hal yang diangggap sopan disuatu daerah ternyata sangat tidak sopan di daerah lain. Hal ini disebabkan karena perbedaan dalam kehidupan sehari-hari serta latar belakang perkembangan dari kelompok masyarakat itu sendiri.
Dalam menentukan dan melaksanakan etika pergaulan baik di daerah dan negara sendiri sampai di-luar negeri sekalipun maka berikut ini ada beberapa saran yang memperluwes cara bergaul dan menambah rasa percaya diri.
1. Penampilan Diri
2. Kepribadian
3. Tata Busana
4. Tata Cara Pergaulan Umum
5. Cara Bertutur Kata
6. Tata Krama Andrawina
Kata etika, sering disebut pula dengan istilah etik, atau ethics (bahasa Inggris), mengandung banyak pengertian. Dari segi etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata Latin “ethicos” yang berarti kebiasaan. Dengan demikian menurut pengertian yang asli, yang dikatakan baik itu apabila sesuai dengan kebiasaan masyarakat. Kemudian lambat laun pengertian ini berubah, bahwa etika adalah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang dapat dinilai tidak baik etika juga disebut ilmu normatif, maka dengan sendirinya berisi ketentuan-ketentuan (norma-norma) dan nilai-nilai yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Etika merupakan cabang filsafat, yang mempelajari pandangan-pandangan dan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan, dan kadang-kadang orang memakai filsafat etika, filsafat moral, atau filasafat susila. Dengan demikian dapat dikatakan , etika ialah penyelidikan filosofis mengenai kewajiban-kewajiban manusia, dan hal-hal yang baik dan buruk. Etika adalah penyelidikan filsafat bidang moral. Etika tidak membahas keadaan manusia, melainkan membahas bagaimana manusia itu seharusnya bertingkah laku benar. Etika juga merupakan filsafat praktis manusia. Etika adalah cabang dari aksiologi, yaitu ilmu tentang nilai, yang menitikberatkan pada pencarian salah dan benar atau dalam pengertian lain tentang moral dan immoral.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbiatan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1988),etika dirumuskan dalam tiga arti, yaitu :
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Bertens mengemukakan bahwa urutan tiga arti tersebut kurang kena, sebaiknya arti ketiga ditempatkan di depan karena lebih mendasar daripada yang pertama dan rumusannya juga bisa dipertajam lagi. Pengertian etika juga dikemukakan oleh Sumaryono (1995), menurut beliau etika berasal dari istilah Yunani ethos yang mempunyai arti adat-istiadat atau kebiasaan yang baik. Bertolak dari pengertian tersebut etika berkembang menjadi studi tentang kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan manusia pada umumnya.selain itu, etika juga berkembang menjadi studi tentang kebenaran dan ketidakbenaran berdasarkan kodrat manusia yang diwujudkan melalui kehendak manusia. Berdasarkan perkembangana arti tadi, etika dapat dibedakan antara etika perangai dan etika moral.
1) Etika Perangai
Etika perangai adalah adat-istiadat atau kebiasaan yang menggambarkan perangai manusia dalam hidup bermasyarakat di daerah-daerah tertentu, pada waktu tertentu pula. etika perangai tersebut diakui dan berlaku karena disepakati masyarakat berdasarkan hasil penilain perilaku.Contoh etika perangai :
o Berbusana adat
o Pergaulan muda-mudi
o Perkawinan semenda
o Upacara adat
2) Etika Moral
Etika moral berkenaan dengan kebiasaan berperilaku yang baik dan benar berdasarkan kodrat manusia. Apabila etika ini dilanggar timbullah kejahatan, yaitu perbuatan yang tidak baik dan tidak benar. Kebiasaan ini berasal dari kodrat manusia yang disebut moral. Contoh etika moral :
 Berkata dan berbuat jujur
 Menghargai hak orang lain
 Menghormati orangtua dan guru
 Membela kebenaran dan keadilan
 Menyantuni anak yatim/yatim piatu.
Etika moral ini terwujud dalam bentuk kehendak manusia berdasarkan kesadaran dan kesadaran adalah suara hati nurani. Dalam kehidupan manusia selalu dikehendaki yang baik dan tidak baik, antara benar dan tidak benar. Dengan demikian, ia mempertanggungjawabkan pilihan yang telah dipilihnya itu. Kebebasan kehendak mengarahkan manusia untuk berbuat baik dan benar. Apabila manusia melakukan pelanggaran etika moral, berarti dia berkehendak melakukan kejahatan, dengan sendirinya pula berkehendak untuk dihukum. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara nilai moral dijadikan dasar hukum positif yang diciptakan oleh penguasa.
Seorang guru selalu memberitahu bagaimana etika yang harus dilakukan pada anak SMP. Dalam bersopan santun, seorang siswa harus menghormati semua warga sekolah, karena dengan lingkungan sekolahlah seorang siswa tersebut dapat bersosialisasi dengan baik. Dengan adanya peraturan atau tata tertib yang berlaku disekolah diharapkan semua siswa mempunyai tata cara atau kelakuan yang baik. Dalam hal berpakaian sebaiknya semua siswa menaati peraturannya. Karena apabila tidak mereka akan mendapat sanksi dari guru mereka. Dan sanksi tersebut dapat berakibat pada prestasi belajarnya.
Manfaat dari Etika adalah
1. Dapat membantu suatu pendirian dalam beragam pandangan dan moral
2. Dapat membantu membedakan mana yang tidak boleh dirubah dan mana yang boleh dirubah sehingga dalam melayani tamu kita tetap dapat yang layak diterima dan ditolak mengambil sikap yang dapat dipertanggungjawabkan.
3. Dapat membantu seseorang mampu menentukan pendapat.
4. Dapat menjembatani semua dimensi atau nilai-nilai yang dibawa tamu dan yang telah dianut oleh petugas.


BAB II
Teks Cerpen

Pertemuan Pertama
Itukah dia? Tubuhnya dibalut oblong biru murahan dipadu jins hitam dengan jahitan benang merah. Norak! Tinggi berkisar 165 cm dengan badan sedikit gempal, menyandar pada sisi etalase “Contempo” di pelataran pertokoan BIP (Bandung Indah Plaza). Kutinggalkan dengan tergesa Jalan Merdeka. Kupercepat jarum pada speedometer menunjuk angka 80. Bukan tanpa alasan kalau gas sepeda motor kutambah. Aku takut Herman memergokiku. T-shirt biru dan jins hitam yang melekat di tubuhku cukup untuk membuat Herman mengenaliku.
Belum aku melayang-layang ke alam mimpi, pintu kamarku ada yang mengetuk. Kata pembantuku, ada yang mencari aku. Siapa yang datang siang-siang gini? Ganggu acara tidur aja! Meski begitu, segera kubenahi dandananku. Kusisir rambutku. Kurapikan t-shirt biruku. Kulihat seorang pemuda duduk tertunduk di ruang tamu. Ternyata dia adalah Herman. Langkahku sempat terhenti. Bimbang. Kutemui atau tidak. Kalau kutemui, pasti akan menambah rasa kesal dan kecewa yang telah menumpuk di hati. Kalau tidak, kasihan dia sudah datang jauh-jauh dari Cianjur hanya untuk menemuiku.
Akhirnya ku mantapkan langkahku. Aku harus segera mengenalkan diri, akulah sahabat pena yang dia cari-cari. Dia langsung menyapaku dengan panggilan Evit. Dandanan Herman yang kampungan, tongkrongannya yang nggak level menjadi satu-satunya alasan untuk tidak mengenalinya lagi. Tangan Herman begitu dingin seperti tidak dialiri darah. Dia pasti grogi atau minder, setelah tahu sahabat penanya mirip cover girl. Memang wajahku lumayan. Semua orang mengakui itu. Ketertarikanku pada Herman kusimpan sendiri, tak pernah kuceritakan pada siapa pun. Dari surat-suratnya yang segar, lincah, aku berani taruhan, Herman orangnya supel, kece, wawasan berpikirnya luas sehingga layak menjadi cowokku. Herman yang kubayangkan bertubuh atletis, handsome, dan cukup menyenangkan. Dengan mimpi dan angan yang kurangkai sendiri, Herman memenuhi criteria cowokku. Tapi, ternyata mimpi dan anganku porak-poranda tatkala sosok Herman muncul di depanku.
Ternyata Herman tahu apa yang sedang saya pikirkan. Dia merasa kalau aku kecewa bertemu dengan dia. Dia datang dari jauh hanya untuk menemui janjinya. Di surat terakhirya aku meminta dia menemuiku langsung, dan dia menyanggupinya. Herman berkata bahwa, dia hari ini bolos. Dengan bus tadi pagi, dia tinggalkan Cianjur, hanya untuk memenuhi janji itu. Sebelum waktunya, dia sudah menungguku. Karena dia takut telat dan nantinya akan mengecewakanku. Tapi dia sedih. Ketika aku dan dia bertemu dan bertatapan, aku langsung pergi meninggalkan dia. Bibirnya yang gemetar, matanya yang sayu tapi dalam, nada suaranya yang datar dan dingin paparannya yang mampu menelanjangiku, telah membuat aku terpojok dengan rasa malu yang amat sangat. Tetapi, rasa aneh lebih mendominasi benakku. Kenapa dia tahu apa yang sedang ada dipikiranku. Apakah dia seorang paranormal yang dapat membaca pikiran orang? Herman berkata lagi, bahwa meskipun dia (Evit) tidak tahu warna jiwa Herman, Herman sudah menduga kalau dia tidak pantas untuk menjadi sahabat Evit lagi. Mulutku terkunci setelah mendengar kata-kata Herman yang begitu bijak dan dewasa dalam pemikirannnya. Aku tak mampu menatap wajahnya, bahkan untuk mengangkat kepala aku tak sanggup.
Kepergian Herman membuatku banyak merenungi kata yang terluncur dari mulutnya. Memang benar apa yang dikatakan Herman, aku hanya mengukur persahabatan dengan standar penampilan luarnya saja. Esok paginya setelah pulang sekolah dia berencana akan mengirimkan surat untuk Herman yang telah ditulisanya semalam, yang isinya tentang pemintaan maaf dan rasa terima kasihuntuk segala cercaannya, dan akan kusimpan pada benak kepedulian. Akan kujadikan sebagai pelajaran hidup.
Ketika akan berangkat sekolah aku melirik Koran Pikiran Rakyat, dan langsung mencari berita yang menariik. Kupelototi mataku menyimak berita kecelakaan lalu lintas. Tak kutuntaskan berita itu.Hrmankah korban tabrak lari itu? Pukul tiga ia tertabrak dan tewas seketika. Padahal beberapa menit kemudian ia hadir diahadapanku. Bulu kudukku berdiri dan aku merasakan ketakutan yang sangat. Keringat dingin berleleran di sekujur muka. Pemandanganku kabur, terasa pijakan kaki labil. Lalu…. tiba-tiba semua gelap. Gelap!
BAB III
Paparan Kritik
3.1 Bahasa
Bahasa dalam cerpen tersebut menggunakan bahasa yang sehari-hari yang dapat dipahami siswa SMP, jadi bahasanya cocok untuk siswa SMP kelas VIII. Bahasanya juga mengandung kata-kata yang puitis, jadi dapat dikatakan bahwa cerpen tersebut telah sesuai dengan aturan bahasa dalam karya sastra. Dengan adanya kata handsome yang merupakan kata dalam bahasa Inggris, dapat memperkaya kosakata pada diri siswa. Kalimat dalam cerpen tersebut padat dan ringkas, sehingga cerpen ini dapat dinikmati secara santai.

3.2 Psikologi
Cerpen yang berjudul “Pertemuan Pertama” ini secara psikologis dapat dipahami isinya. Evit yang selalu menyimpan sendiri ketertarikanya pada Herman dapat ditegaskan bahwa Evit sudah mulai menginjak masa pubernya, yang ditandai dengan adanya sikap suka terhadap lawan jenis. Setelah Evit bertemu dengan Herman, dia merasa menyesal. Karena Herman yang dibayangkannya tidak seperti kenyataannya. Bayangan Evit tentang Herman adalah bertubuh atletis, handsome, dan cukup menyenangkan. Tetapi pada kenyataanya Herman sangatlah sederhana. Dari kejadian ini para pembaca khususnya siswa SMP dapat mengambil kesimpulan bahwa kita tidak boleh terlalu berlebih-lebian dalam membayangkan sesuatu. Begitu juga setelah Evit mendengarkan kata-kata Herman yang bijak dan dewasa dalam pikirannya, Evit mulai sadar bahwa dalam mengukur sesuatu tidak boleh dilihat dari luarnya saja.
Kejadian yang dialami Evit terpengaruh oleh faktor kepribadian yang berada di lingkungan sekolah. Sebab teman-teman Evit yang selalu berpenampilan menarik, tidak seperti Herman. Karena pengaruh pergaulan Herman di tempat tinggalnya, Herman ketika bertemu dengan Evit, dia merasa minder. Jadi dapat disimpulkan bahwa penampilan seseorang itu dipengaruhi oleh faktor-faktor kepribadian. Setelah Herman tahu apa yang ada di pikirannya Evit, Evit mulai bingung, dia menduga bahwa Herman adalah paranormal. Adanya pikiran Evit yang seperti itu dapat ditegaskan bahwa siswa SMP memang suka berkhayal dan menebak sesuatu secara tidak logis. Bagi pembaca yang tertarik dengan kehidupan ini akan dapat mengambil banyak manfaat. Karena adanya sikap kekanak-kanakan yang masih dimilik siswa SMP, cara bepikir mereka secara perlahan-lahan akan berpikir ke arah yang lebih dewasa.

3.3 Sosial Budaya
Kehidupan Evit yang selalu terpengaruh dengan lingkungan sekolahnya, di mana teman-teman dia selalu berpenampilan modis, membuat dia tidak tertarik lagi pada Herman, karena ketika dia sudah melihat Herman, dia pun dengan cepat pergi meninggalkan Herman yag berpenampilan kampungan. Namun selang berapa lama kemudian, Herman datang ke rumah Evit. Dan disambut dengan perasaan yang tidak senang. Sesuai dengan sopan santun atau etika, seharusnya Evit ketika melihat Herman, dia langsung menemuinya .dan ketika bertamu ke rumahnya, Evit menyambutnya dengan senang hati.
Dari kejaadian ini Eviak dapat menghormati seseorang yang telah datag jauh0jauh hanya untuk menemui Evit.kehdupan teman-temannya yang selalu berpenampilan modis dan emnggunakan aksesoris yang lagi in tidaklah pantas untuk anak SMP. Jadi menurut sosial dan budaya, cerpen ini tidak pantas. Tetapi dari sisi lain, biarpun kedatangan Herman tidak disukai oleh Evit, Herman tetap menghormati Evit sebagai temannya.










BAB IV
SIMPULAN

4.1 Aspek Bahasa
Cerpen yang berjudul “Pertemuan Pertama” ini sesuai untuk siswa SMP kelas VIII. Karena bahasa yang digunakan adalah bahasa dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat dipahami. Dan dengan adanya kosakata dari bahasa Inggris, dapat menambah penguasaan kosakata pada siswa.

4.2 Aspek Psikologis
Adanya masa puber yang dialami oleh para tokoh cerpen ini adalah bacaan yang sesuai dberikan pada siswa SMP khususnya siswa kelas VIII. Dan dengan beberapa kejadian yang ada, dapat membuat para siswa untuk berpikir ke arah yang dewasa.

4.3 Aspek Sosial dan Budaya
Dilihat dari segi aspek sosial budaya cerpen ini terdapat sisi positif dan sisi negatifnya. Sisi positifnya adalah adanya sikap Herman yang masih menghormati sebagai sahabatnya, meskipun Evit tidak menerima kedatangannya dengan senang hati. Sedangkan sisi negatifnya adalah Evit yang tidak menghormati kedatangan Herman, karena penampilannya yang kampungan. Selain itu, juga adanya teman-teman Evit yang selalu berpenampilan modis dan menggunakan aksesoris yang sedang in. Dan hal tersebut tidaklah pantas bagi anak SMP.








DAFTAR PUSTAKA

http://fkip.uns.ac.id/~pspe/BAB II.etika. (16 Juni 2007, jam 08.19)

Koentjaraningrat. 2004. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.

Kentjono, Djoko. 1990. Dasar-dasar Linguistik Umum. Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Nurhadi, Dawud dan Yuni Pratiwi. 2002. Bahasa dan Sastra Indonesia Jilid 2 untuk SMP VIII. Jakarta: Erlangga.

Poerwadarminta, W.J.S. 1985. KBBI. Jakarta: Balai Pustaka.

Soeparwoto, dkk. 2004. Psikologi Perkembangan. Semarang: UPT UNNES Press.

Suharianto, S. 2005. Dasar-dasar Teori Sastra. Semarang: Rumah Indonesia.

Sutanto, Sunaryati. 1998. Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Tarigan, Henry Guntur. 1983. Psikolinguistik. Bandung: Angkasa.
ANALISIS KONTEKS WACANA NOVEL BOING ANAK REMBULAN KARYA THOBARI HR
Abstrak
Novel Boing Anak Rembulan buah karya Thobari HR merupakan sebuah wacana. Untuk mengetahui secara global isi wacana, kita dapat melakukannya dengan menganalisis suatu konteks. Konteks tersebut dapat berupa konteks fisik (topik peristiwa, tindakan pelaku, dan tempat peristiwa), konteks epistemis, dan konteks sosial. Berdasarkan hal tersebut terdapat rumusan masalah yaitu bagaimanakah konteks fisik (topik peristiwa, tindakan pelaku, dan tempat peistiwa), epistemis, dan sosial yang terdapat dalam wacana novel “Boing Anak Rembulan” karya Thobari HR. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan koteks fisik topik peristiwa, tindakan pelaku, dan tempat peistiwa), epsitemis, dan sosial wacana novel “Boing Anak Rembulan” karya Thobari HR. Penelitian ini bersumber dari data tekstual novel Boing Anak Rembulan yang diterbitkan oleh Pustaka Yunior, karena itu wujud data tersebut adalah teks-teks yang berada di dalam novel. Dalam menganalisis data yang sudah diperoleh pada penelitian ini digunakan metode heuristik. Prosedur kerja metode heuristik adalah dengan merumuskan hipotesis-hepotesis dan kemudian mengujinya berdasarkan data yang tersedia. Metode penyajian hasil analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode informal.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapatnya konteks fisik (topik peristiwa, tindakan pelaku, dan tempat peistiwa) sosial, dan epistemis dalan novel Boing Anak Rembulan. Topik peristiwa novel ini adalah kisah hidup perjalanan seorang anak yang dilaluinya dengan sabar dan tabah. Tempat peristiwanya adalah di Dusun Semin, Jogja, Wonosari, Wonogiri, Jl Pramuka Kampung Rawasari, Jakarta, Tepi pantai pelabuhan Tanjung Priok, Pasar, musola dekat pasar, Halaman pasar dekat musola, Penjara Cipinang, Kios koran anak rembulan, Pasar Ancol, Rumah Pak Hartono, SD Negeri I, Rumah Ibu Widyastuti, RS Dr Cipto Jakarta. Tindakan pelaku dalam novel ini adalah tindakan dari tokoh-tokoh lain yang mempengaruhi tokoh aku (Boing). Konteks epistemis novel ini adalah awal kehidupan Boing yang sangat memilukan dan berakhir dengan kebahagiaan meskipun telah ditinggal orang tuanya, karena dia telah terbiasa hidup sendiri. Di dalam novel ini terdapat enam konteks sosial. Konteks sosial ini dapat dilihat dari tuturan-tuturan yang diungkapkan oleh penutur.

Kata Kunci: konteks, fisik, epistemis, sosial, wacana, novel
PENDAHULUAN
Bagian pendahuluan dalam penelitian ini berisi latar belakang, permasalahan penelitian, tujuan penelitian, dan pokok-pokok kajian penelitian.

Latar Belakang
Novel merupakan jenis karya sastra prosa yang mengisahkan sisi utuh atas problematika kehidupan seseorang atau beberapa orang tokoh. Novel yang berasal dari bahasa Italia novella yang berarti sebuah barang baru yang kecil ketika membacanya memerlukan waktu yang berjam-jam bahkan dapat berhari-hari. Meskipun demikian, banyak orang yang masih suka dan rajin membaca novel, dengan alasan untuk hiburan dan memetik nilai-nilai moral dalam novel untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari. Seperti halnya, dengan novel Boing Anak Rembulan buah karya Thobari HR. Novel yang mengawali rangkaian dibukukannya kumpulan cerpil (cerita pilihan) yang pernah dimuat di tabloid Yunior ini, ditulis dengan menggunakan bahasa yang lugas, sehingga bahasanya sangat mudah untuk dipahami oleh masyarakat, baik anak kecil, dewasa, maupun orang tua. Hal ini disebabkan oleh penggunaan tuturan yang biasa dipakai oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari ketika mengungkapkan suatu pengalaman, kisah hidup, maupun permasalahan terhadap orang lain.
Buku novel Boing Anak Rembulan ini dapat dikategorikan sebagai suatu wacana. Wacana merupakan satuan kebahasaan yang unsurnya terlengkap, tersusun oleh kata, frase, kalimat, atau kalimat-kalimat, baik lisan maupun tulis yang membentuk suatu pengertian yang serasi dan terpadu, baik dalam pengertian maupun dalam manifestasi fonetisnya (Bambang Hartono 2000:18). Agar kita dapat memperoleh gambaran secara global tentang isi wacana, kita dapat melakukannya dengan cara menganalisis suatu konteks.
Konteks adalah segenap informasi yang berada di sekitar pemakaian bahasa, bahkan termasuk juga pemakaian bahasa yang ada di sekitarnya (Preston dalam Supardo 1988:46). Konteks mempunyai fungsi yang sangat penting di dalam pemakaian bahasa karena semua pemakain bahasa mempunyai konteks. Dalam pemakaian bahasa, konteks dapat menentukan makna dan maksud suatu ujaran (Bambang Hartono 2000:18).
Menurut Syafi’I (1990:126) konteks meliputi konteks fisik (tempat terjadinya pemakaian bahasa, objek atau topik yang disajikan dalam peristiwa itu, dan tindakan pelaku dalam peristiwa itu), epsitemis, liguistik dan sosial. Berdasarkan Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan menganalisis secara tajam konteks wacana novel Boing Anak Rembulan karya Thobari HR yang meliputi konteks fisik, epistemis, dan sosial. Peneliti hanya mengambil ketiga jenis konteks tersebut karena dianggap sudah dapat mewakili keseluruhan isi wacana.

Permasalahan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan pada penelitian ini adalah, bagaimanakah konteks fisik (tempat terjadinya pemakaian bahasa, objek atau topik yang disajikan dalam peristiwa itu, dan tindakan pelaku dalam peristiwa itu), konteks epistemis, dan konteks sosial yang terdapat dalam wacana novel Boing Anak Rembulan karya Thobari HR?

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan koteks fisik (tempat terjadinya pemakaian bahasa, objek atau topik yang disajikan dalam peristiwa itu, dan tindakan pelaku dalam peristiwa itu) , konteks epistemis, konteks sosial wacana novel Boing Anak Rembulan karya Thobari HR.

Pokok-pokok Kajian Penelitian
Dengan terungkapnya sejumlah konteks yang dikembangkan dalam wacana novel Boing Anak Rembulan akan diketahui beberapa hal-hal pokok penting dalam kajian penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
a. Analisis wacana novel dapat diketahui dengan cara menganalisis konteks fisik, epistemis, dan sosial.
b. Cara pengungkapan maksud yang beragam menunjukkan bahwa penulis novel mampu membuktikan bahwa bahasa indonesia produktif dan variatif. Pembuktian ini akan semakin memantapkan pada para peneliti bahasa bahwa bahasa indonesia mampu berkembang.

KAJIAN TEORITIS DAN LANDASAN TEORI
Kajian Teoritis
Penelitian mengenai analisis tentang konteks pada sebuah wacana selama ini telah banyak dilakukan oleh peneliti. Berikut beberapa penelitian terdahulu yang relevan denagn penelitian ini dan dapat dijadikan sebagai kajian pustaka.
Penelitian oleh Mutia Naily dengan judul ”Analisis Wacana Puisi Kembang Sepasang Karya Joko Pinurbo (Analisis Konteks, Aspek Gramatikal, dan Leksikal) menunjukkan bahwa analisis konteks puisi ini mencakup analisis konteks sosial budaya yang menggunakan perumpamaan kembang sepasang unutk menggambarkan hubungan anak dan ibu, serta lelaki dan perempuan yang sangat manusiawi dan hakiki. Juga mencakup analisis konteks situasi, yang difokuskan pada konteks fisik yang meliputi tempat: pojok halaman, waktu :dari kembang sepasang mekar sampai menjadi layu, dan objek atau topik: kembang sepasang. Analisis gramatikalnya meliputi pengacuan (pengacuan persona, demonstratif: pronomina demonstratif tempat dan pronomina demonstratif waktu), pelesapan, dan konjungsi. Analisis aspek leksikal yang terdapat dalam puisi ini, meliputi repetisi (repetisi anafora, mesodiplosis, dan penuh), antonimi (oposisi kutub, hubungan, dan hirarkial), kolokasi, dan hiponimi.
Penelitian Suminto berjudul Analisis Wacana Iklan Televisi Royco Rasa Terasi (Pertemuan Tradisi dalam Kemasan Urbanisasi). Suminto menganalisis aspek gramatikal, leksikal, dan konteks situasional. Analisis konteks situasional ini meliputi tiga hal yaitu, (a) penutur: sang announcer berperan sebagai penutur dalam menampilakn iklan kepada khalayak; (b) topik: memperkenalkan produk bumbu masak yang terbuat dari terasi; (c) setting: suasana kampung.
Nanik Herawati dengan judul penelitiannya Analisis Wacana Syair Lagu Anak-Anak Karya A.T Mahmud Kajian Eksternal dan Internal. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kajian ekternal ini diantaranya mencakup tentang konteks situasi yang meliputi konteks fisik, sosial, dan epistemis. Konteks fisik ini meliputi tempat terjadinya lagu ”Ambilkan Bulan” yang terjadi di luar rumah di tempat terbuka dengan langit yang cerah, sedangkan tempat terjadinya lagu ”Pelangi” adalah alam terbuka dan terjadi ketika setelah hujan turun dan cuaca kembali cerah. Alam bebas dengan pepohonan kemungkinan merupakan tempat burung benyanyi, yang secara fisik tidak digambarkan dalam teks lagu ”Burung Bernyanyi” Topik pembicaraan lagu ”Ambilkan Bulan” dan ”Pelangi” berdasarkan perilaku anak yang mengangumi keindahan alam, sedangkan topik ”Burung Bernyanyi” adalah mengenai suasana hati yang riang. Konteks sosial dalam lagu ”Ambilkan Bulan” memperlihatkan kenangan masa kanak-kanak A.T Mahmud, pada malam hari saat kan tidur dengan menggunakan lampu yang remang-remang, sehingga menjadikan bulan sbagai penerang. Lagu ”Pelangi” memperlihatkan peran pendidikan ,yang sejak kecil anak dididik untuk selalu mengagungkan Tuhan, sehingga membuat anak dekat dengan Tuhan, dan mencintai lingkungannya. Lagu ”Burung Bernyanyi” memperlihatkan suasana pedesaan dengan pepohonan yang rimbun yang memungkinkan tempat burung bernyanyi riang. Konteks epistemis pada ”Ambilkan Bulan”, adalah bahwa si penutur bercakap-cakap dengan ibunya tentang keindahan bulan. Dia menginginkan bulan tersebut dapat menerangi kamarnya yang gelap. Pada syair lagu ”Pelangi” dan ”Burung Bernyanyi” konteks epistemisnya tidak nyata, karena penutur hanya bertutur secara monolog.

Landasan Teori
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. pengertian konteks;
b. pengertian wacana, dan;
c. pengertian novel.

a. Pengertian Konteks
Konteks adalah segenap informasi yang berada di sekitar pemakaian bahasa, bahkan termasuk juga pemakaian bahasa yang ada di sekitarnya (Preston dalam Supardo 1988:46). Oleh karena itu, hal-hal seperti situasi, jarak, tempat, dan sebagainya menurut Preston termasuk konteks pemakaian bahasa. Menurut Halliday dan Hasan (1992:6) konteks adalah teks yang menyertai teks itu. Teks yang menyertai teks itu menurutnya meliputi tidak hanya yang dilisankan dan ditulis, melainkan termasuk pula kejadian-kejadian yang nonverbal lainnya dan keseluruhan lingkungan teks itu.
Hymes (1964) yang kemudian dikutip Brown (1983) mengemukakan bahwa ciri-ciri konteks mencakupi: penutur, mitra tutur, topik tuturan, waktu dan tempat bertutur, saluran atau media, kode (dialek atau gaya), amanat atau pesan, dan peristiwa atau kejadian.
Menurut Umum Bahasa Indonesia (1985:521) konteks adalah apa yang ada di depan atau di belakang (kata, kalimat, ucapan) yang membantu menentukan makna (kata, kalimat, ucapan, dsb).
Menurut Massofa dalam artikel yang berjudul Kajian Wacana Bahasa Indonesia, konteks adalah benda atau hal yang berada bersama teks dan menjadi lingkungan atau situasi penggunaan bahasa. Konteks tersebut dapat berupa konteks linguistik dan dapat pula berupa konteks ekstralinguistik. Konteks linguistik yang juga berupa teks atau bagian teks dan menjadi lingkungan sebuah teks dalam wacana yang sama dapat disebut konteks ekstralinguistik berupa hal-hal yang bukan unsur bahasa, seperti partisipan, topik, latar atau setting (tempat, waktu, dan peristiwa), saluran (bahasa lisan atau tulis), bentuk komunikasi (dialog, monolog, atau polilog). Pengguna bahasa harus memperhatikan konteks agar dapat menggunakan bahasa secara tepat dan menentukan makna secara tepat pula.
Konteks adalah aspek-aspek linguistik fisik atau sosial yang kait-mengkait dengan ujaran tertentu. Konteks dapat juga dikatakan sebagai pengetahuan yang sama-sama dimiliki pembicara dan pendengar sehingga pendengar paham apa yang dimaksud dengan pembicara ( Kridalaksana, 1993: 121 ).
Konteks yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah jenis konteks menurut Syafi”i (1990:126) , yaitu: (1) konteks fisik, yaitu konteks pemakaian bahasa yang meliputi terjadinya pemakaian bahasa dalam suatu komunikasi (lokasi), objek yang disajikan dalam peristiwa komunikasi (topik), dan tindakan atau perilaku dari para peran dalam peristiwa komunikasi itu; (2) konteks epistemis adalah latar belakang pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh pembicara maupun pendengar; (3) konteks linguistik adalah konteks yang terdiri atas kalimat-kalimat atau tuturan-tuturan yang mendahului atau mengikuti satu kalimat atau tuturan tertentu dalam peristiwa komunikasi; dan (4) konteks sosial merupakan relasi sosial dan latar setting yang melengkapi hubungan antara pembicara (penutur) dengan mendengar. Daalm penelitian ini, peneliti hanya menganalisis tiga konteks yaitu konteks fisik, epistemis, dan sosial. Peneliti hanya mengambil tiga knteks tersebut, karena dianggap sudah dapat mewakili isi dari wacana novel Boing Anak Rembulan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa konteks merupakan sesuatu yang menjadi sarana pemerjelas suatu maksud.

b. Wacana
Wacana merupakan satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks sosial. Satuan bahasa itu dapat berupa rangkaian kalimat atau ujaran. Wacana dapat berbentuk lisan atau tulis dan dapat bersifat transaksional atau interaksional. Dalam peristiwa komunikasi secara lisan, dapat dilihat bahwa wacana sebagai proses komunikasi antar penyapa dan pesapa, sedangkan dalam komunikasi secara tulis, wacana terlihat sebagai hasil dari pengungkapan ide/gagasan penyapa. Disiplin ilmu yang mempelajari wacana disebut dengan analisis wacana. Analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk tulis maupun lisan.
Penggunaan bahasa dapat berupa rangkaian kalimat atau rangkaian ujaran (meskipun wacana dapat berupa satu kalimat atau ujaran). Wacana yang berupa rangkaian kalimat atau ujaran harus mempertimbangkan prinsip-prinsip tertentu, prinsip keutuhan (unity) dan kepaduan (coherent).

Wacana dikatakan utuh apabila kalimat-kalimat dalam wacana itu mendukung satu topik yang sedang dibicarakan, sedangkan wacana dikatakan padu apabila kalimat-kalimatnya disusun secara teratur dan sistematis, sehingga menunjukkan keruntututan ide yang diungkapkan.
Menurut Harimurti (1984:204), wacana atau dalam bahasa Inggrisnya ialah discourse, wacana merupakan satuan bahasa yang lengkap, yaitu dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi ataupun terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh seperti novel, buku seri ensiklopedia dan sebagainya, paragraf, kalimat atau kalimat yang membawa amanat yang lengkap.
Wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat itu (Anton M. .Moeliono 1995:407). Dasar sebuah wacana ialah klausa atau kalimat yang menyatakan keutuhan pikiran. Wacana adalah unsur gramatikal tertinggi yang direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh dan dengan amanat yang lengkap dengan koherensi dan kohesi yang tinggi. Wacana utuh harus dipertimbangkan dari segi isi (informasi) yang koheren sedangkan sifat kohesifnya dipertimbangkan dari keruntutan unsur pendukungnya yaitu bentuk.
Menurut Asmah (1982:3) bahwa wacana tidak mempunyai satu-satu jenis kalimat yang berdiri secara utuh tanpa dipengaruhi oleh proses-proses kelahiran kalimat. Ini bermaksud bahawa kalimat yang selalu didapati dalam struktur dan sistem secara teratur. Asmah telah membedakan kalimat sistem dari ayat wacana. Kalimat sistem adalah kalimat atau tutur yang dikeluarkan dan diasingkan dari konteks wacana, sedangkan kalimat wacana yang juga disebut kalimat teks adalah kalimat yang betul-betul terdapat dalam wacana teks dan wacana lisan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, wacana didefenisikan sebagai: (1) ucapan, perkataan, tutur; (2) keseluruhan tutur yang merupakan satu kesatuan; (3) satuan bahasa terlengkap, realisasinya tampak pada bentuk karangan utuh seperti novel, buku, atau artikel, atau pada pidato, khotbah, dan sebagainya.
Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum. dalam bukunya “Dasar Analisis Wacana dalam Ilmu Bahasa” menyebutkan kata ‘wacana’ berasal dari bahasa Sansekerta vacana yang kemudian masuk ke dalam bahasa Jawa Kuna dan bahasa Jawa Baru yang berarti wacana; bicara; atau ucapan. Kata tersebut kemudian masuk ke dalam bahasa Indonesia.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan atau tertulis.

c. Novel
Salah satu karya sastra yang mengalami perkembangan pesat dewasa ini adalah novel. Novel menurut Soemarjo (1984:65) adalah cerita fiksi panjang yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan manusia, dalam hal ini seorang tokoh. Dalam The American College Dictionary (dalam Tarigan, 1985:164) dapat ditemukan bahwa novel merupakan suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang tertentu, yang melukiskan para tokoh cerita di dalamnya, gerak serta adegan kehidupan nyata yang representatif dalam satu alur atau suatu keadaan yang agak kacau.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2000:555) bahwa novel adalah tulisan berupa karangan prosa yang panjang dan menceritakan sebuah kisah. Clara Reeve (dalam Wellek dan Warren, 1990:282) novel adalah gambaran dari kehidupan dan perilkau yang nyata, pada jaman saat novel itu dianalisis. Dalam Tifa Penyair dan Daerahnya, Jassin memberikan pernyataan bahwa novel menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan orang yang luar biasa, karena dari kejadian itu terlahir suatu konflik, suatu pertikaian yang mengalahkan jurus nasib mereka (1985:75).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa novel merupakan suatu karya sastra yang mengisahkan sisi utuh kehidupan tokoh.


METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersumber dari data tekstual novel Boing Anak Rembulan karya Thobari HR yang diterbitkan oleh Pustaka Yunior cetakan pertama pada tahun 2002, karena itu wujud data tersebut adalah teks-teks yang berada di dalam novel tersebut. Adapun data-data tersebut berupa:
a. dialog antar tokoh;
b. pikiran tokoh tentang tokoh lain;
c. tindakan tokoh terhadap tokoh lain dan;
d. penggambaran suasana latar atau tokoh oleh pengarang.
Dalam menganalisis data dilakukan sejak awal penelitian dan berlanjut sampai penelitian ini selesai. Adapun untuk menganalisis data yang sudah diperoleh pada penelitian ini digunakan metode heuristik. Prosedur kerja metode heuristik adalah dengan merumuskan hipotesis-hepotesis dan kemudian mengujinya berdasarkan data yang tersedia(Leech 1983:40-44). Jika hipotesis tidak teruji, dibuatlah hipotesis baru. Seluruh proses ini terus berulang sampai akhirnya tercapai suatu pemecahan masalah yaitu berupa hipotesis yang teruji kebenarannya.
Sesuai dengan metode analisis heuristik Leech, maka langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data adalah sebagai berikut.
1. Transkripsi data
2. Memilih data yang di dalamnya terdapat konteks fisik, epistemis, dan sosial dengan ebrpijak pada teori yang ada.
3. menentukan konteks fisik, epistemis, dan sosial yang terdapat dalam data.
4. Menyajikan hasil analisis data.
Penyajian hasil analisis ini berisi mengenai segala hal yang ditemukan dalam penelitian. Menurut Sudaryanto (1993:145) metode penyajian hasil analisis data dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan metode formal dan informal. Metode formal adalah perumusan dengan tanda dan lambang-lambang. Metode informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa. Metode penyajian hasil analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode informal. Dengan menggunakan metode ini, penjelasan tentang kaidah menjadi lebih rinci dan terurai. Maka dari iu, rumusan yang tersaji relatif panjang. Pemilihan metode informal ini disesuaikan dengan karakter data yang memang tidak memerlukan adanya tanda-tanda atau lambang-lambang.

PEMBAHASAN
Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian ini, berikut dikemukakan hasil penelitan yang mencakupi konteks fisik (topik peristiwa, tindakan pelaku, dan tempat peristiwa), konteks epistemis, dan konteks sosial. Adapun temuan dan pembahasannya seperti berikut ini.

Konteks Fisik
Konteks fisik ini terdiri dari topik peristiwa, tindakan pelaku, dan tempat peistiwa. Berikut ini analisis aspek-aspek konteks fisik.
a. Topik Peristiwa
Topik peristiwa novel Boing Anak Rembulan ini adalah kisah perjalanan hidup seorang anak yang diijalaninya dengan penuh kesabaran dan ketabahan, meskipun dengan berbagai macam cobaan. Boing semasa hidupnya selalu mendapat kesulitan, tetapi kesulitan ini selalu diterimanya dengan hati yang sabar. Ketika lahir, dia tidak tahu ayahnya siapa. Kemudian diculik oleh Kusumo, yang ternyata Kusumo itu adalah ayahnya. Kusumo adalah penjahat kelas kakap, meskipun demikian Boing sangat disayang oleh Kusumo dan anak buahnya.
Pada suatu hari Boing diajak untuk melakukan tindak kejahatan di Pelabuhan Tanjung Priok, tetapi tindakan Bapaknya diketahui oleh polisi, sehingga bapaknya dan anak buahnya ditangkap oleh polisi. Dan Boing tidak, kemudian dia bertemu dengan Dado. Dan akhirnya nereka berteman, dan mencari uang dengan berjualan koran, dan membawakan belanjaan ibu-ibu yang belanja di pasar. Meskipun hidup Boing demikian, dia selalu berdoa kepada Allah agar menjadi anak yang baik dan dia tidak pernah mengeluh sedikitpun tentang hidupya. Sampai pada akhirnya dia diangkat sebagai anak oleh keluarga Pak Hartono. Karena keluarga Pak Hartono menganggap bahwa Boing adalah anak yang baik, selain itu Boing juga pernah menolong keluarga Hartono ketika tape recorder mobil yang dikendarai Bu Hartono yang saat itu sedang diparkir di dekat pasar diincar oleh pencuri. Boing lah yang menggagalkan niat pencuri tersebut. Setelah dianggap sebagai anak, dia disekolahkan. Dan setelah Pak Hartono tahu tentang latar belaakang Boing, keluarga Pak Hartono membantu Boing untuk mempertemukan Boing dengan keluarganya.
Akhirnya Boing dapat berkumpul dengan keluarganya, meski hanya dengan eyang Widyastuti (ibu dari bapaknya), dan ayahnya. Karena Ibu Boing menjadi TKW di Arab Saudi. Kemudian Bapak Boing meninggal akibat penyakit hepatitis. Setelah satu tahun tinggal di Jogja Boing mendapat kabar bahwa ibunya yang menjadi TKW meninggal di Arab Saudi. Meskipun begitu setiap selesai shalat dia selalu berdoa untuk kedua orang tuanya. Akhirnya Boing melanjutkan kehidupannya dengan Eyang Putri Widyastuti.

b. Tindakan Pelaku
Novel Boing Anak Rembulan ini mengisahkan tentang perjalanan hidup tokoh aku (Boing) yang lahir tanpa seorang bapak, yang kemudian hari diketahui bahwa bapaknya adalah Kusumo. Tindakan pelaku yang dilakukan oleh tokoh-tokoh lain yang mempengaruhi tokoh aku adalah orang-orang di sekitarnya, yaitu Suminten (Ibu Boing), Kusumo (Bapak Boing), Dado (teman Boing), Eyang Widyastuti (Ibu dari Kusumo), serta Pak Hartono dan Bu Hartono (Orang tua angkat Boing)
 Suminten: Orang yang melahirkan Boing. (Rabu pahing malam ketika bulan bersinar penuh lahir bayi laki-aki di dusun sunyi itu. Suminten yang semula ragu-ragu denagn kehadiran bayi itu, begitu menatap sosok laki-laki berkulit kuning, berhidung mancung, dan tampak gagah itu langsung jatuh hati, hal 12).
 Kusumo: Bapak Boing. Dia menculik Boing dari Suminten, dan membawanya ke Jakarta, sampai pada akhirnya Boing hidup sendiri karena Kusumo di penjara. (“Astahgfirullah halaziim…,” desis Sigit sambil mengelus dada. “Aku tertipu. Boing pasti diculik Kusumo ke Jakarta. Aduh, tega-teganya dia menipuku. Katanya hanya ketemu sebentar karena kangen, ternyata dia menculik,’’ gumamnya, hal 34. Mas Sigit, tolong turun di sini. Tunggu kami sebentar saja. Kami akan beli baju di toko itu” kata kuumo sambil menunjuk toko yang besar. Digandeng Pak Kusumo da Om Anton, aku menuju toko. Sambil menanyakan kepaa penjaga toko jalan keluar toko itu, kami bukannya belanjat tapi langsung keluar lewat pintu belakang. Sambil berjalan cepat, kedua orang secara bergantian menggendongku mencari jalan yang mungkin tidak diketahui Sigit, hal 33.)
 Dado: Teman Boing yang telah membantu Boing untuk mencari uang sendiri karena pada waktu itu Boing di Jakarta yang kemudian berpisah dengan bapaknya (“Baik, kalau begitu. Sekarang kalau mau ikut cari sarapan, cari kertas bekas di tong sampah,” Ajak Dado lagi, hal 52. Kami juga mendapat uang tambahan kalau ada orang yang minta tolong membawakan barang belanjaan di pasar, hal 54). Dado juga telah membuat Boing lebih mengerti arti sebuah hidup (Setelah cukup lama bergaul dengan Dado, aku jadi tambah pengalaman dan mendalami arti hidup, hal 54). Selain itu dia telah menolong Boing (Dado mau menolongku karena dia merasa hidup sendirian di Jakarta, hal 54).
 Pak Hartono dan bu Hartono: Orang tua angkat Boing. (Sekarang aku resmi jadi anak angkat Pak Hartono dan Bu Hartono, hal 103). Mereka juga telah mempertemukan Boing dengan keluarganya. (“Mbak Suminten, kedatangan kami ke Semin pertama silaturahmi, kedua saya ingin mempertemukan Boing dan ibunya terutama memintakan maaf Pak Kusumo atas perbuatan-perbuatannya pada masa lampau, termasuk ketika awalnya membuat Mbak Suminten marah, kemudia menculik Boing. Dia sedang sakit keras di Jakarta” kata Pak Hartono. Hal 130). Selain itu mereka juga telah menyekolahkan Boing. (Sulit mencari orang sebaik kelurga Pak Hartono. Di Jakarta. Yang serba individualis jarang ada yang mau memikirkan nasib orang lain. Apalagi ada orang yang ingin menyekolahkan anak jalanan. Padahal pemerintah sudah menganjurkan agar keluarga-keluarga mampu dapat membentu anak miskin agar menikmati pendidikan melalui Gerakan Nasional Orang Tua Asuh/GNOTA, hal 104).
 Eyang Widyastuti (Ibu dari Kusumo): Orang yang telah menyekolahkan Boing sewaktu Boing baru pindah dari Jakarta (Seminggu setelah kematian Bapak, Eyang mencarikan sekolah untukku, hal 147) dan memberikan seluruh warisannya untuk Boing (Di notaris aku diminta menandatangi surat penyerahan seluruh warisan Eyang Kakung dan Eyang Putri, hal 147. “Boing, mulai hari ini kamu satu-satunya cucuku dan menjadi pewaris seluruh kekayaan Eyang Kakung dan Eyang Putri kalau nanti Eyang sudah meninggal. Jadi, ini daftar kekayaan yang ada. Sementara Eyang simpan, dan nanti kalau Eyang sudah meninggal, semua ini milikmu” tegas Eyang, hal 147).

c. Tempat Peristiwa
Tempat terjadinya peristiwa dalam novel ini adalah:
 Dusun Semin Kabupaten Gunungkidul, yang merupakan tempat Boing dilahirkan (Kisah bermula dari Dusun Semin, nun jauh di Kabupaten Gunungkidul bagian timur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. di sanalah aku dilahirkan, hal 3), tempat tinggal Boing, ibu, beserta neneknya (Dusunku ibarat sudah jatuh tertimpa tangga, hal 5. Di Semin hampir separo jumlah wanitanya cantik-cantik, termasuk ibuku, hal 6. Nenek juga bercerita, dusunnya sering dijadikan tempat singgah para priyayi keraton, hal 6), pertemuan antara Boing dengan ibu dan neneknya setelah bertahun-tahun tidak bertemu (“Mbak Suminten, kedatangan kami ke Semin pertama silaturahmi, kedua saya ingin mempertemukan Boing dan ibunya terutama memintakan maaf Pak Kusumo atas perbuatan-perbuatannya pada masa lampau, termasuk ketika awalnya membuat Mbak Suminten marah, kemudia menculik Boing. Dia sedang sakit keras di Jakarta” kata Pak Hartono hal 130).
 Jogja : Tempat Suminten bekerja sebagai pembantu (Suminten, yang tidak sempat menamatkan sekolah dasar (SD), memberanikan diri meninggalkan desa menjadi pembantu rumah tangga di Jogja, hal 7).
 Wonosari: Tempat Boing dilarikan dari Wonosari untuk dibawa ke Jakarta oleh Kusumo dan Anton (Sigit yang memegang setir tenang saja karena gembira dapat mengajak sahabat-sahabatnya keliling melihat kota Wonosari. “Mas Sigit, tolong turun di sini. Tunggu kami sebentar saja. Kami akan beli baju di toko itu” kata kuumo sambil menunjuk toko yang besar. Digandeng Pak Kusumo da Om Anton, aku menuju toko. Sambil menanyakan kepaa penjaga toko jalan keluar toko itu, kami bukannya belanja tapi langsung keluar lewat pintu belakang. Sambil berjalan cepat, kedua orang secara bergantian menggendongku mencari jalan yang mungkin tidak diketahui Sigit, hal 33).
 Wonogiri: tempat Boing, Kusumo, dan Anton beristirahat setelah mereka berjalan kaki selama setengah jam. (Di Wonogiri kami bertiga istirahat di sebuah warung makan, hal 35)
 Jl Pramuka, Kampung Rawasari, Jakarta: tempat Boing dan bapaknya Kusumo tinggal (selama di Jakarta aku sudah pindah tempat lima kali. Yang terakhir, agak lama kami menempati rumah kontrakan di sekitar Jl Pramuka, Kampung Rawasari, hal 38).
 Tepi pantai pelabuhan Tanjung Priok: Tempat Boing membantu bapaknya untuk menunggu lemparan tas (“Mengambil tas yang tertinggal di sebuah kapal di Pelabuhan Tanjung Priok” jawab Pak Salim, hal 45. “Tiga orang naik perahu kecil itu, dua orang mengawasi dari darat, dan satu orang coba masuk kapal lewat pintu resmi. Boing berdiri saja di tepi pantai ini menunggu lemparan tas, kemudian membawa tas ke gudang itu!” demikian instruksi bapakku selaku komandan, hal 46).
 Pinggiran kios dekat pelabuhan: Tempat Boing menunggu bapaknya yang kemudian bertemu Dado (Aku tunggu berjam-jam Bapak tidak juga datang. Aku kedinginan dan berjalan menuju tempat yang terlindung. Akhirnya aku tertidur di pinggiran kios dekat pelabuhan hal 50) tiba-tiba ada seorang anak sebaya denganku menyapa ramah. Kami berkenalan. Dado namanya, hal 51).
 Pasar: Tempat Boing mencari uang (Ah, daripada menunggu dan termangu terlalu lama, aku ingin menjual jasa dengan membawakan barang ibu-ibu yang belanja di pasar, hal 62).
 Musola dekat pasar: Tempat Boing mengaji (Dari pergaulan dengan Dado dan ikut pengajian dekat pasar, aku makin bertambah ilmu. Pengajian di musola itu memang khusus untuk anak-anak gelandangan seperti aku dan Dado, hal 54).
 Halaman pasar dekat musola : Tempat Boing dan teman-temannya istirahat (setelah shalat Isya kami tidur sepeti biasanya di halaman pasar dekat musola, hal 56).
 Penjara Cipinang: Tempat Bapak Boing dipenjara dan setelah Boing tahu bapaknya dipenjara di Cipinang dia menenoknya (Akhirnya aku dapat informasi, penjara Bapakku ada di Cipinang, hal 69. Setelah mendaftar di bagian penjagaan rumah tahanan, kami menyerahkan roti untuk diperiksa. Mungkin itu demi keamanan. Setelah itu, penjaga mempersilahkan aku menunggu untuk dipanggilkan narapidana yang bernama Kusumo, hal 78).
 Kios Koran anak rembulan, Pasar Ancol: Tempat Boing dan teman-temannya berjulan Koran. (sudah dua bulan kami membuka kios Koran Anak Rembulan di Pasar Ancol, hal 77).
 Rumah Pak Hartono: Tempat tinggal Boing setelah diangkat sebagai anak oleh keluarga Pak Hartono (Sekarang aku tinggal di rumah Pak Hartono dan resmi menjadi anak angkat Pak Hartono, hal 103).
 SD Negeri I: Tempat Boing sekolah ketika setelah diangkat anak oleh keluarga Pak Hartono (Tiba saatnya aku akan memasuki hari pertama sekolah di SD Negeri I, yang tidak jauh dari rumah Pak Hartono, hal 105).
 Rumah ibu Widyastuti: Tempat tinggal eyang Boing Widyastuti, Boing, dan Bapaknya. (Kami dipersilahkan duduk di ruang tamu rumah ibu Widyastuti, sambil menunggu Ibu Widyastuti yang sedang dipanggilkan lelali tua itu, hal 121. Sampailah kami di Yogya, di rumah Eyang Widyastuti, aku dan bapakku akan tinggal, hal 145).
 RS Dr Cipto, Jakarta: Tempat bapak Boing dirawat karena menderita hepatitis. (“Bu, saya tahu banyak tentang putra ibu. Saat ini sia membutuhkan pertolongan karena sedang drawat di RS Dr Cipto Jakarta akibat hepatitis…,” kata Pak Hartono, hal 122).
KONTEKS EPISTEMIS
Kehidupan Boing yang lahir tanpa seorang Bapak, kemudian tinggal di Dusun Semin, dusun yang miskin. Setelah berumur 9 tahun Boing diculik oleh Kusumo yang ternyata adalah bapaknya sendiri. Di Jakarta dia hidup bersama bapaknya, tetapi setelah dia berpisah dnegan bapaknya karena melakukan tindak kejahatan, Boing akhirnya bertemu dengan Dodo. Dengan Dodo dan teman-temannya, dia mencari uang denagn cara berjualan Koran, dan membawakan barang-barnag belanjaan ibu-ibu di pasar Tanjung priuk.
Setelah dua tahun berpisah dengan bapaknya, dia mendapat informasi di mana bapaknya berada. Kini bapaknya berada di penjara Cipinang. Kemudian Boing dan Dodo menjenguknya. karena Boing pernah menggagalkan niat pencuri untuk mencuri tape recorder yang ada di mobil seorang ibu ketika sedang belanja di pasar Atanjung Priok, Boing akhirna diangkat menjadi anak dari keluarga ibu tersebut. Pak Hartono, suami ibu tersebut. Karena terbukti tidak bersalah, akhirna bapaknya Boing dibebaskan. Pak Hartono, menyekolahkan Boing dan membantu menyatukan keluarga Boing. Setelah menjenguk Kusumo, ayah Boing di rumah sakit Dr. Cipto, Pak Hartono dan boing pergi ke Yogyakarta, untuk memberitahu ibunya Kusumo, Widyastuti, tentang peristiwa yang dialami Kusumo, dan menjenguk ibu dan nenek Boing yang tinggal di Semin, dan ternyata Ibu Boing, Suminten akan pergi ke Arab Saudi. Setelah satu hari di yogya, Boing, Pak Hartono, dan Ibu Widyastuti pergi ke Jakarta.
Di Jakarta, Boing berpisah dengan teman-temannya, dan keluarga pak Hartono. Boing, bapak Boing, dan eyang Widyastuti akhirnya pulang ke Jogja. Sesampai tiba di rumah eyang Widyastuti, di Jogja sakit bapak Boing semakin menjadi-jadi, dan akhirnya meninggal ketika sedang perjalanan menuju rumah sakit Panti Rapih. Tak berapa lama kemudian, Boing mendapat kabar, kalau ibunya juga meninggal secara misterius di Arab Saudi. Setelah ditinggal orang tuanya Boing tetap tegar dalam emnjalani hidupnya, ini disebabkan oleh Boing yang biasa hidup mandiri.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa konteks epistemis novel ini adalah awal kehidupan Boing yang sangat memilukan dan berakhir dengan kebahagiaan meskipun telah ditinggal orang tuanya, tetapi dia cukup tegar dalam menghadapinya, karena telah terbiasa hidup sendiri.

KONTEKS SOSIAL
Konteks sosial ini dapat dilihat dari tuturan-tuturan yang diungkapkan oleh penutur. Konteks sosial yang terdapat dalam novel ini adalah sebagai berikut.
 Setelah Suminten dinodai oleh Kusumo, akhirnya dia pulang ke kampung. Suminten tidak cerita kepada siapa-siapa tentang peristiwa yang telah dialaminya. Dalam kegiatan sosial ini pristiwa tersebut adalah hal yang memalukan, karena secara tidak langsung akan berpengaruh buruk pada relasi sosial dengan orang-orang di sekitarnya. Di sini Suminten tetap berkeinginan untuk menjaga relasi sosial dengan orang di sekitarnya. (Suminten tidak cerita kepada siapa-siapa mengenai peristiwa yang dialaminya, termasuk kepada majikannya. Sampai akhirnya majikan yang baik hati itu kaget tiba-tiba Suminten minta pulang kampung, hal 8)
 Boing lahir dari rahim Suminten tanpa seorang bapak, karena Suminten dulunya dinodai oleh Kusumo (Suminten ternyata tidak pulang sendirian. Dalam tubuhnya ada benih kehidupan. Suminten tahu persis laki-laki yang menodai dirinya, hal 9). Tetapi pada waktu itu keluarga Kusumo terutama ayahnya menentang apabila Kusumo mengawini Suminten, karena menurut ayah Kusumo, hal ini akan membuat malu keluarganya, apalagi Suminten hanyalah seorang pembantu (Bahkan Kusumo saat minta orang taunya mendatangi rumah Suminten di Dusun Semin untuk minta maaf dan dia bersedia mengawini wanita itu. Namun hal itu ditolak ayah Kusumo. “Kamu mau mengawini pembantu? Jangan begitu Kusumo. Kita ni keluarga terhormat dan berpengaruh, masak punya menantu pembantu?” tegas Ayah Kusumo, hal 16). Dalam kegiatan sosial ini adalah satu hal yang cukup memalukan, karena secara tidak langsung akan berpengaruh buruk pada relasi sosial dengan orang-orang di sekitarnya, terutama ayah Kusumo. Di sini ayah Kusumo tidak berkinginan agar Kusumo mengawini Suminten karena agar relasi sosial tetap terjaga.
 Boing yang suka bergaul dengan siapa saja, membuat orang-orang yang mengenalnya sangat menyukai dia. Selain itu Boing adalah anak yang baik. Dalam kegiatan sosial ini, adalah hal yang menyenangkan bagi Boing, meskipun dengan latar belakang kehidupannya yang tragis, banyak orang-orang yang mau bergaul dengannya. Di sini Boing ingin menjadi anak yang selalu baik agar relasi sosial dengan orang-orang disekitarnya tetap terjaga.
 Kusumo meskipun dia penjahat kelas kakap (bahkan aku tidak tau bahwa ayahku penjahat kelas kakap, hal 38), ketika bergaul dengan warga di sekitar rumahnya dia bersikap baik (bapakku juga banyak teman, baik tetangga maupun yang sering pergi bersama. Sikap bapakku terhadap tetangga sangat baik. Dia sering mengikuti pertemuan warga, juga rajin membayar iuran, dan membantu kalau ada yang kesusahan. hal 39). Kegiatan sosial ini adalah untuk menjaga privasi kehidupan Kusumo sebagai penjahat agar tidak diketahui oleh warga di sekitarnya. Jadi, di sini Kusumo menginginkan agar dia tetap menjaga hubungan baik dengan para tetangganya.
 Sigit teman lama Kusumo menyesal saat mempertemukan Boing dengan Kusumo. Karena waktu itu Sigit hanya ingin menolong temannya. Tetapi ternyata Boing diculik oleh Kusumo. Dengan peristiwa tersebut, kegiatan sosial ini adalah adaya relasi sosial yang ingin tetap terjaga dengan baik. (Sigit pun tidak curiga bahwa Kusumo berniat menculik Boing dan membawanya ke Jakarta. Merasa ingin menolong teman dan mungkin ada harapan kalau Suminten bisa dijadikan istri Kusumo, Sigit pun pergi juga ke rumah Suminten, hal 30).
 Dado adalah seorang anak jalanan. Ketika dia bertemu dengan Boing, dia mengajak Boing untuk mencari uang bersama, dengan mencari kertas di tong sampah, berjualan koran, dan menjual jasa dengan membawakan tas-tas belanja ibu-ibu yang baru belanja di pasar. Karena merasa senasib denagn Boing, dia berteman baik dengan Boing. Bahkan dia suka menolong Boing apabila mendapat kesusahan. Tidak hanya boing saja yang ditolongnya, teman-temannya pun sering ditolongnya (Dado mau menolongku karena dai merasa hidup sendirian di Jakarta, hal 54). Kegiatan sosial ini adalah untuk menjaga hubungan baik dengan orang-orang yang di sekitarnya. Dalam hal ini Dado ingin menjadi orang yang selalu baik, yang dapat menolong teman-temannya. (“Alhamdulillah … aku diberi Allah SWT teman yang sangat baik… sangat baik. Jika aku tidak mengenal Dado, mugkin aku akan mewarisi pekerjaan ayahku sebagai preman,” pikirku dalam hati, hal 56).
 Pak Hartono dan Bu Hartono adalah orang tua angkat Boing. Mereka menyekolahkan Boing dan mempertemukan Boing untuk bertemu dengan keluarganya (“Mbak Suminten, kedatangan kami ke Semin pertama silaturahmi, kedua saya ingin mempertemukan Boing dan ibunya terutama memintakan maaf Pak Kusumo atas perbuatan-perbuatannya pada masa lampau, termasuk ketika awalnya membuat Mbak Suminten marah, kemudia menculik Boing. Dia sedang sakit keras di Jakarta” kata Pak Hartono. Hal 130). Mereka juga menjadi GNOTA untuk membantu anak-anak jalanan agar sekolah. Dalam kehidupan sosial ini adalah suatu hal yang sangat baik, karena akan berpengaruh terhadap hubungan sosial dengan orang-orang yang di sekitarnya. Di sini Pak Hartono dan Bu Hartono sangat berkeinginan untuk menolong orang-orang, khususnya orang yang tidak mampu karena agar hubungan sosial tetap terjaga. (Sulit mencari orang sebaik kelurga Pak Hartono. Di Jakarta. Yang serba individualis jarang ada yang mau memikirkan nasib orang lain. Apalagi ada orang yang ingin menyekolahkan anak jalanan. Padahal pemerintah sudah menganjurkan agar keluarga-keluarga mampu dapat membentu anak miskin agar menikmati pendidiakn melalui Gerakan Nasional Orang Tua Asuh/GNOTA, hal 104).
 Ibu Widyastuti (ibu kandung Kusumo) dahulunya menginkan Kusumo untuk tetap menikahi Suminten (Namun di balik semua itu, ada yang tak bisa dilupakan begitu saja. Raden Ayu Widyastuti, Ibu Kusumo, adalah wanita yang sangat peduli pada semua itu. Dia tidak setuju suaminya melupakan begitu saja perbuatan anaknya terhadap Suminten, hal 16). Tetapi karena suaminya yang bersikap keras, dia mengikuti kemauan suaminya. Tetapi setelah bertemu dengan Boing, cucunya dia sangat sayang pada Boing. Dalam hal ini Ibu Widyastuti ingin tetap menjaga hubungan baik dengan Boing.

SIMPULAN
Novel Boing Anak Rembulan adalah novel karya Thobari HR. Novel ini merupakan rangkaian awal dibukukannya kumpulan cerita pilihan yang pernah dimuat di tabloid Yunior. Dengan pemakaian bahasa yang lugas, membuat orang mudah memahami isi novel tersebut. Analisis konteks novel ini mencakup konteks fisik, konteks epistemis, dan konteks sosial.
Konteks fisik ini meliputi tampat terjadinya pristiwa, topik, dan tindakan pelaku. Tempat terjadinya peristiwa yang terdapat di dalam novel ini adalah di Dusun Semin, Jogja, Wonosari, Wonogiri, Jl Pramuka Kampung Rawasari, Jakarta, Tepi pantai pelabuhan Tanjung Priok, Pasar, Musola dekat pasar, Halaman pasar dekat musola, Penjara Cipinang, Kios koran anak rembulan, Pasar Ancol, Rumah Pak Hartono, SD Negeri I, Rumah ibu Widyastuti, dan RS Dr Cipto Jakarta.
Topik novel ini adalah kisah tentang perjalanan hidup seorang anak yang diijalaninya dengan penuh kesabaran dan ketabahan, meskipun dengan berbagai macam cobaan.
Tindakan pelaku dalam novel ini adalah tindakan dari tokoh-tokoh lain yang mempengaruhi tokoh aku (Boing). Konteks epistemis novel ini adalah awal kehidupan Boing yang sangat memilukan dan berakhir dengan kebahagiaan meskipun telah ditinggal orang tuanya, karena dia telah terbiasa hidup sendiri. Di dalam novel ini terdapat enam konteks sosial.







DAFTAR PUSTAKA

Baryadi, I. Praptomo. 2003. Dasar-dasar Analisis Wacana dalam Ilmu Bahasa. Jakarta: Pustaka Gondho Suli.

Depdiknas. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 3. Jakarta: Balai Pustaka.

Hartono, Bambang. 2000. Hand Out Kajian Wacana Bahasa Indonesia. FBS UNNES.

HR, Thobari. 2002. Boing Anak Rembulan. Semarang: Pustaka Yunior.

http://elsani.wordpress.com/2007/09/25/analisis-wacana/ 4 Juni 2008, jam 09.34 wib.

http://massofa.wordpress.com/2008/01/14/kajian-wacana-bahasa-indonesia/ 4 Juni 2008, jam 09.48 wib.

http://www.apfi-pppsi.com/cadence19/pedagog19-2.html 4 Juni 2008, jam 10.08 wib.

Jassin, H.B. 1965. Tifa Penyair dan Daerahnya. Jakarta: Gunung Agung.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.1994. Jakarta.

Kridalaksana, Harimurti. 1983. Kamus Linguistik. Jakarta: Penerbit PT Gramedia.
Poerwadarminta. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Siminto, dkk. 2004. Analisis Wacana. Surakarta: Pakar Raya.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Sumardjo, Yakob. 1982. Masyarakat dan Sastra Indonesia. Yogya: Nur Cahaya.

Tarigan, H.G. 1985. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
__________ . 1993. Pengajaran wacana. Bandung: Angkasa.

Wellek, Rene dan Warren, Austin. 1990. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT. Gramedia.

LAMPIRAN
Sinopsis novel Boing Anak Rembulan karya Thobari HR.

Boing Anak Rembulan

Namaku Boing. Konon aku diberi nama itu karena lahir pada hari Rebo Pahing. Aku bersekolah di sebuah SLTP di Jogja. Aku ingin menceritakan hidupku yang sulit dipahami oleh orang lain, bahkan oleh diriku sendiri. Kisah bermula dari Dusun Semin, di kabupaten Gunungkidul, bagian timur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Di sanalah aku dilahirkan.
Suminten adalah nama ibuku, karena tidak sempat menamatkan SD, Suminten memberanikan diri menjadi rumah tangga di Jogja. Setelah satu tahun menjadi pembantu, ketika sedang belanja di pasar, dia dicegat pemuda kemudian dibawa ke sebuah tempat dan dinodai oleh pemuda tersebut. Suminten tidak cerita kepada siapa-siapa tentang peristiwa yang dialaminya. Setelah kejadian tersebut, majikan Suminten yang baik hati itu kaget karena tiba-tiba Suminten minta pulang ke kampung. Suminten tahu persis laki-laki yang telah menodainya, dia adalah Kusumo. Ketika kandungan Suminten menginjak usia delapan bulan, ibu Suminten baru mengetahuinya.
Rabu pahing malam ketika bulan bersinar penuh lahir bayi laki-laki di dusun sunyi itu. Suminten dan ibunya memberi nama aku Boing. Aku harus lahir dari suasana yang memilukan, karena aku lahir tanpa seorang bapak.
Kusumo adalah anak tunggal pejabat penting di Jogja, tetapi di telah diusir dari rumah oleh orang tuanya karena banyak perbuatannya yang memalukan keluarga, termasuk menodai Suminten. Ayah Kusumo, tidak mengijinkan Kusumo untuk mengawini Suminten yang seorang pembantu, karena hal ini dianggap akan membuat malu keluarganya. Tetapi ibu Kusumo menginginkan kalau Kusumo menikahi Suminten, karena menurutnya suatu saat kejahatan anaknya akan terungkap juga walaupun ditutup-tutupi. Meskipun begitu, ibu Kusumo akhirnya menuruti suaminya.

Suatu hari Kusumo terserang gejala tifus. Oleh anggota geng, dia ditawari berobat ke rumah sakit, tetapi dia menolaknya. Ketika sakit Kusumo teus mengingau ingin dimintakan maaf kepada Suminten, dia juga minta dipertemukan dengan anaknya. Kusumo memang terbiasa mengambil jalan pintas. Akhirnya dia dan Anton, mendatangi rumah Sigit, teman lamanya untuk dipertemukan dengan aku, dengan alasan ingin mengajak Boing untuk jalan-jalan. Ketika jalan-jalan Kusumo dan Anton membawa aku ke sebuah toko baju, dan Sigit ditinggal di mobil. Karena sudah lama di toko, akhirnya Sigit menyusul mereka, tetapi mereka telah kabur dengan membawa aku.
Di Jakarta aku dipaksa menjalani hdup yang jauh berbeda di Semin. Pada usia hampir sembilan tahun, aku harus bergabung dengan kehidupan keras sebuh geng. Waktu itu aku tidak tahu tentang geng, dan tentang bapakku, Kusumo yang ternyata penjahat kelas kakap. Kini usiaku sudah menginjak sepuluh tahun. Selama di Jakarta aku sudah pindah tempat tinggal sebanyak lima kali. Bapakku memang belum pernah berterus terang kepadaku tentang pekerjaannya. Anak buahnya juga dilarang memberi tahu kepadaku mengenai pekerjaan itu. Bapak sangat sayang sama aku.
Suatu ketika bapakku diminta untuk mengambil tas yang tertinggal di sebuah kapal Pelabuhan Tanjung Priok dengan imbalan lima juta. Esok harinya pekerjaan itu dilaksanakan, tiga orang mengawasi perahu kecil, dua orang mengawasi dari darat, satu orang masuk kaapl lewat pintu resmi, dan aku berdiri di tepi pantai, untuk menunggu lemparan tas, kemudian membawanya ke sebuah gudang. Setelah aku tunggu berjam-jam Bapak tidak juga datang. Akhirnya aku tertidur di pinggiran kios dekat pelabuhan. Sampai matahari bersinar, bapak belum mencariku. Akhirnya aku bertemu dengan Dado anak jalanan. Ketika itu aku dan Dado sedang mencari kertas untuk ditukar denagn uang untuk membeli makan, Dado menemukan sebuah koran Pos Kota. Kemudian dia membaca keras berita tentang tertangkapnya penjahat kelas kakap yang dipimpin oleh Kusumo, anehnya barang yang telah dijarahnya hilang. Aku berkipir, kalau yang tertangkap adalah bapakku.

Selama bersama Dado, aku dapat merasakan arti sebuah hidup, karena aku, Dado bersama teman-teman lainnya mencari uang sendiri untuk makan. Uang tersebut dicari dengan cara berjualan koran, dan menjual jasa dengan membawakan tas-tas belanja ibu-ibu yang baru belanja dari pasar, dan akhirnya kami membuat kios koran dengan nama anak rembulan. Kami juga mengaji di musola dekat pasar. Setelah aku ceritakan tentang latar belakangku kepada Dado dan teman-teamn yang lain, aku dan Dado mencari informasi tentang di mana bapakku di penjara. Ternyata bapakku di penjara di rumah tahanan Cipinang. Aku dan Dado menengok bapakku. Aku ceritakan kepada bapakku tentang tas yang dulu diberikan kepada aku, bahwa tas itu masih aku simpan di gudang.
Di penjara bapakku terserang sakit hepatitis. Tiga hari setelah menengok bapak, ada mobil polisi yang berhenti di dekat kios kami. Polisi tersebut mencariku. Mereka memintaku untuk mengambil tas yang ternyata berisi berlian. Akhirnya bapakku dibebaskan, tetapi masih dirawat di rumah sakit karena penyakitnya.
Pada suatu hari aku menjual jasa untuk membawakan barang hasil belanja ibu-ibu di pasar. Ketika aku sedang membawakan tas belanja seorang ibu-ibu, beliau menyapaku. Beliau kenal aku, karena pada waktu aku membawakan tas belanjanya dulu, aku pernah menolongnya. Waktu itu mobil yang dikendarai beliau diparkir dekat pasar, dan diincar oleh pencuri. Tetapi niat pencuri tersebut aku gagalkan. Ternyata pencuri tersebut mengincar tape recorder yang ada di mobil. Karena kejadian itu, akhirnya aku diangkat sebagai anak oleh keluarga Bu. Hartono. Aku disekolahkan oleh Pak Hartono. Setelah aku ceritakan tentang latar belakang aku, mereka membantu aku untuk mempertemukan aku dengan keluargaku. Berkat kebaikan Pak Hartono dan Bu hartono, aku dapat bertemu ibu, nenek, Eyang Widyastutu (ibu Kusumo).
Akhirnya setelah berpisah dengan teman-temanku, dan keluarga Pak Hartono, aku pulang ke Jogja bersama Eyang Widyastuti dan bapak. Sayang pada waktu itu, ibuku tidak bisa berkumpul, karena telah menjadi TKW di Arab Saudi. Di Jogja penyakit bapakku semakin parah, dan akhirnya meninggal ketika perjalanan menuju rumah sakit. Setelah itu aku diminta oleh eyang Widyastuti untuk menandatangani surat penyerahan seluruh warisan Eyang Kakung dan Eyang Putri.
Akhir cerita ini, setelah satu tahun hidup di Jogja, aku menerima kabar bahwa ibuku juga meninggal di Arab Saudi. Kematiannya misterius, karena tidak dijelaskan oleh pengirim tenaga kerja. Bahkan jenazahnya tidak bisa dikirim ke Indonesia, dan akhirnya dimakamkan di Arab Saudi. Setelah selesai shalat aku selalu berdoa untuk kedua orang tuaku. Kini aku menjalani hidup dengan Eyang Widyastuti.