Jumat, 29 Mei 2009

BAB I
Kajian Teori

1.1 Bahasa
Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 1993:21). Bahasa merupakan suatu alat komunikasi bagi manusia. Tanpa bahasa pada hakikatnya kita tidak dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan. Segala macam pengertian, ide, konsep, pikiran, dan perasaaan kita lahirkan dengan bahasa. Ketidakmampuan berbahasa, berarti sesorang tidak mampu menyatakan pikiran dan perasaaan pada orang lain (Burhan, 1995:9).
Pemerolehan bahasa adalah suatu proses yang dipergunakan oleh kanak-kanak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis yang makin bertambah rumit, atau pun teori-teori yang masih terpendam atau tersembunyi yang mungkin sekali terjadi, dengan ucapan-ucapan rangtuanya sampai dia memilih, berdasarkan suatu ukuran atau tataran penilaian, tata bahasa yang paling baik serta yang paling sederhana dari bahasa tersebut (Kiparsky, 1968:194). Pemerolehan bahasa pada seseorang anak diperoleh sejak dini, agar komunikasi bisa berjalan lancar maka anak harus menggunakan bentuk bahasa yang bermakna bagi orang yang diajaknya dalam berkomunikasi. Sebaliknya anak juga harus dapat meningkatkan pemahaman bahasa yang digunakan oleh orang lain.
Seorang siswa SMP pada permulaan sekali dalam belajar bahasa akan mengikuti panah-panah ganda secara agak langsung. Anak-anak telah mempelajari satu sarana linguistik, yang mana akan bertindak menolong mereka melakukan tiga hal: memahami ujaran sekelilig mereka, menghasilkan ucapan-ucapan yang dapat dimengerti, dan mempelajari saraana-sarana ketatabahasaan lainnnya dalam bahasa itu. Dengan adanya hal tersebut, bahasa seorang anak dapat berkembang.
Perkembangan bahasa sebagai aspek universal berlangsung dalam suatu pola yang bertahap, meliputi:
a. Tahap Pralinguistik atau Meraban (0,3 sampai 1,0 tahun)
Tahap ini merupakan permulaan perkembangan bahasa, yang dimulai pada usia sekitar tiga bulan. Pada tahapan ini anak mengeluarkan bunyi ujaran dalam bentuk ocehan yang mempunyai fungsi komunikatif, anak mengeluarkan berbagai bunyi ujaran sebagai reaksi terhadap orang lain (orang dewasa) yang mencari kontak verbal dengan anak tersebut atau sebaliknyua (Monks, 1983:137)
b. Tahap Holofrastik atau Kalimat Satu Kata (1,0 smpaia 1,8 tahun)
Pada usia sekitar setahun, anak mulai mengucapkan kata-katanya yang pertama. Satu kata yang diucapkan oleh anak-anak ini harus dipandang sebagai satu kalimat penuh, mencakup aspek psikologis (intelektuaal, emosional), dan visional untuk menyatakan mau tidaknya terhadap sesuatu (Monks, 1989: 138)
c. Tahap Kalimat Dua Kata (1,6 samapai 2,0)
Pada tahapan ini anak mulai lebih banyak kemungkinan untuk menyatakan maksud dan berkomunikasi dengan menggunakan kalimat dua kata (Monks, 1989:139), dengan dua holofrase yang dirangkai cepat (Tarigan, 1986:266).
d. Tahap Perkembangan Tata Bahasa (2,0 sampai 5,0)
Pada tahapan ini mulai mengembangkan sejumlah sarana tata bahasa, panjang kalimat bertambah (walau bukan gejala utama), ucapan-ucapan yang dihasilkan semakin kompleks, dan mulai menggunakan kata jaak dan tugas (Tarigan, 1989: 267).
e. Tahap Perkembangan Tata Bahasa Menjelang Dewasa (5,0 sampai 10,0)
Tahap ini, anak mulai mengembangkan struktur tata bahasa yang lebih rumit, melibatkan gabungan kalimat sederhana dengan komplementasi, relativasi, dan konjungsi (Tarigan, 1986:267). Perbaikan dan penghalusan oleh anak-anak pada periode ini mencakup belajar mengenai berbagai pengecualian dari keteraturan-keteraturan tata bahasa (sintaksis) dan fonologi dalam bahasa terkait.

f. Tahap Kompetensi Lengkap (11,0 sampai dewasa)
Pada masa akhir kanak-kanak perbendaharaan kata terus meningkat, gaya bahasa seseorang mengalami perubaan, dan seseorang semakin lancar dan fasih dalam berkomunikasi dengan bahasa. Keterapilan dan performansi tata bahasa (sintaksis) terus berkembang ke arah tercapainya kompetensi berbahasa secara lengkap sebagai kompetensi komunikasi.
Agar dapat menemukan tata bahasa sesuatu bahasa maka kadah-kaidah bagi semua kalimatnya haruslah disusun berdasarkan sejumlah ucapan yang terbatas saja. Perangkat kalimat yang diturunkan oleh suatu sistem kaidah itu ditentukan secara unik. Satu tata bahasa tidak dapat menurunkan dua bahasa.
Secara linguistik, kalimat mengacu pada kesatuan ujaran yang mampu berdiri sendiri sehingga ucapan itu tidak berkontruksi lagi dengan ujaran lainnya. Jenis kalimat yang dikuasai oleh siswa SMP kelas VIII adalah kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal berdasarkan bentuknya terbagi menjadi kalimat nomina, verbal ajektiva, dan numerial. Berdasarkan intonasinya, kalimat dibedakan atas kalimat berita, kalimat tanya, kalimat perintah, kalimat seruan, dan kalimat emfatik. Kalimat majemuk dibedakan menjadi kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
Karya sastra yang harus dikuasai oleh siswa SMP kelas VIII antara lain adalah cerpen, novel, dan puisi. Bahasa yang digunakan dalam karya sastra merupakan bahsa umum seperti yang dimiliki oleh masyarakat pada umumnya. Bahasa umum lebih menonjolkan sifat pemebirtahuannya. Jadi kejelasannyalah yang dipentingkan, atau dengan kata lain bahasa umum lebih bersifat pikiran. Sering dikatakan juga, bahwa bahasa sastra bersifat konotatif sedangkan bahasa umum bersifat denotatif. Dapat disimpulkan bahwa titik berat perbedaan antara bahasa sastra dengan bahasa umum terletak pada efek yag ditimbulkannya dan bukan pada kelaian wujudnya.
Cerpen merupakan cerita yang disebabkan oleh ruang lingkup permasalahan yang ingin disampaikan oleh bentuk karya sastra. Jadi sebuah cerita pendek belum tentu dapat digolongkan ke dalam jenis cerpen, jika ruang lingkup permasalahan yang iungkapkannya tidak memenuhi persyaratan yang dituntut oleh cerpen.
Novel cakupan ruang lingkupnya lebih luas daripada cerpen. Novel dapat mengungkapkan seluruh episode perjalanan hidup tokoh ceritanya. Bahkan dapat pula menyinggung masalah-masalah yang kaitannya sudah agak renggang.
Karya sastra berbentuk puisi bersifat konsentrif dan intensif. Pengarang hanya mengutarakan apa yang menurut perasaan atau pendapatnya merupakan bagian yang pokok atau penting saja. Konsentrasi dan intensifikasi tersebut dilakukan pengarang bukan hanya terbatas pada masalah yang akan disampaikannya melainkan juga pada cara menyampaikannya.
Penguasaan kosakata pada siswa SMP harus dikembangkan berdasarkan materi yang ada di semester tersebut. Karena dengan adanya penguasaan kosakata tersebut, bahasa dapat berkembang secara terus menreus pada siswa SMP kelas VIII.

1.2 Psikologi
Menurut asal katanya, psikologi berasal dari dua kata Yunani psyche yang berarti jiwa, dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa. Ada beberapa ahli yang mendefinisikan arti dari psikologi. Menurut Clifford T. Margon, psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan. Sedangkan menurut Garden Murphy mengatakan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari respons yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya. Karena manusia harus dipelajari dalam kaitannya dengan perkembangan, maka psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia (Sarwono, 1992:16-17)
Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari perilaku individu dalam perkembangannya yang mencakup periode pada masa kanak-kanak, remaja, dewasa sampai usia lanjut.
Hurlock (1980:14) membagi rentang kehidupan manusia (fase-fase perkembangan), sebagai berikut:

a. Periode Pranatal
Merupakan metode yang paling singkat dari seluruh periode perkembangan, namun dalam hal periode ini penting atau bahkan yang terpenting dari semua periode. Ciri-ciri periode prenatal, yaitu:
 Pembawaan lahir, berfungsi sebagai dasar bagi perkembangan selanjutnnya, ditentukan pada saat ini. Hal ini bukan saja pada bawaan fisik dan mental melainkan juga pada jenis kelamin individu.
 Pertumbuhan dan perkembangan yang cepat.. Pertumbuhan dan perkembangan yang proporsional lebih cepat terjadi pada waktu ini daripada waktu lainnya sepanjang hidup.
 Kondisi dan lingkungan pralahir. Kondisi tubuh ibu yang baik memepertinggi perkembangan potensi bawaan sedangkan kondisi yang buruk dapat menghambat perkembangan atau mengganggu pola perkembangan berikutnya.
 Sikap orang-orang yang berarti dalam kehidupan anak, terutama anggota keluarga terbentuk pada waktu ini dan mempunyai pengaruh yang nyata terhadap perlakuan mereka terhadap anak tersebut selama awal tahun pembentukan kehidupan. Kalau sikap ini bersifat emosional, maka dapat merusak keseimbangan ibu dan mengganggu kondisi tubuh ibu yang sangat penting bagi perkemabangan normal dari individu yang baru terbentuk.
b. Bayi Neonatal
Sikap periode rentang kehidupan ditandai oleh gejala perkembangan tertentu yang membedakannya dari periode-periode yang mendahului atau yang mengikutinya. Ciri penting dalam bayi neonatal adalah
 Periode tersingkat dari semua masa perkembangan. Periode ini adalah saat di mana janin harus menyesuaikan dengan kehidupan di luar rahim ibu, di mana ia telah hidup selama kurang lebih sembilan bulan. Menurut kriteria psikologis penyesuaian ini berakhir pada saat bayi mulai menunjukan tanda-tanda kemajuan perkembangan perilaku. Pada umumnya untuk penyesuaian ini diperlukan waktu dua minggu atau lebih cepat, tetapi bagi yang sulit lahir atau yang lahir sebelum waktunya memerlukan waktu penyesuain lebih lama.
 Masa terjadinya penyesuaian yang radikal. Kelahiran merupakan suatu peralihan dari lingkungan dalam (rahim ibu) ke lingkungan luar sehingga bayi perlu menyesuaikan diri. Beberapa bayi mudah melakukan penyesuian, namun bagi bayi lain ada yang kesulitan dan mengalami kegagalan.
 Masa terhentinya perkembangan. Terhentinya perkembangan dan pertumbuhan merupakan hal yang normal, disebabkan karena bayi melakukan penyesuaian yang radikal pada lingkungan pascanatal. Setelah itu perkembangan dan pertumbuhan bayi kembali berlanjut.
 Pendahuluan dari perkembangan selanjutnya. Perkembangan bayi yang tampak pada waktu dilahirkan tidak dapat digunakan untuk meramalkan secara tepat bagaimana perkembangan individu di masa depan, tetapi perkembangan bayi yang baru lahir dapat memberi petunjuk tentang apa yang diharapkan akan terjadi pada perkembangan selanjutnya.
 Periode yang berbahaya. Secara fisik masa bayi neonatal berbahaya karena sulitnya mengadakan penyesuaian diri secara radikal yang penting pada lingkungan yang sangat baru dan sangat berbeda. Hal ini terbukti dengan tingginya tingkat kematian. Secara psikologis, masa bayi neonatal merupakan saat terbentuknya sikap dari orang-orang yang berarti bagi bayi.
c. Masa Bayi
Ciri-ciri penting masa bayi yang membedakannya dari periode-periode sebelum dan sesudahnya adalah sebagai berikut:
 Dasar yang sesungguhnya. Seluruh masa anak-anak terutama tahun-tahun awal dianggap sebagi masa dasar namun masa bayi merupakan periodE kehidupan yang sesungguhnya karena pada masa ini banyak pola perilaku, sikap, dan pola ekspresi emosi terbentuk.
 Pertumbuhan dan perubahan berjalan cepat. Perubahan dalam perbandingan tubuh disertai dengan pertumbuhan tinggi dan berta badan. Perkembangan intelek berjalan sejajar dengan pertumbuhan dan perubahan fisik.
 Berkurangnya keergantungan. Berkurangnya ketergantungan memungkinkan bayi duduk, berdiri, berjalan, dan menggerak-gerakkan benda-benda.
 Meningkatnya individualitas. Dengan meningkatnya individualitas maka setiap bayi harus diperlakukan sebagai individu. Tidak dapat lagi semua bayi diharapkan tumbuh berdasarkan makanan yang sama atau adanya jadwal makan dan tidu yang sama.
 Permulaan sosialisasi. Bayi menunjukkan keingina untuk menjadi bagian dari kelompok sosial dengan memprotes kalau dibiarkan sendiri selama beberapa waktu dan mencoba memperoleh perhatian dari orang lain dengan berbagai cara.
 Permulaan berkembangnya penggolongan peran seks. Ini dimulai sejak bayi dilahirkan.
 Permulaan Kreativitas. Pada bulan-bulan pertama bayi belajar mengembangkan minat dan sikap yag merupakan dasar bagi kreativitasnya kelak dan sebagian besar ditentukan oleh perlakuan-perlakuan orang lain terutama orang tua.
d. Awal Masa Kanak-kanak
Ciri-ciri yang terdapat pada masa kanak-kanak, yaitu
 Sebutan yang digunakan orang tua. Sebagian besar orang tua menganggap awal masa kanak-kanak sebagai usia yang mengandung masalah atau usia sulit dan usia mainan karena anak menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermain dengan mainan.
 Sebutan yang digunakan para pendidik. Para pendidik menyebut tahun-tahun awal masa kanak-kanak sebagai usia prasekolah yang merupakan masa persiapan anak baik secara fisik atau mental untuk menghadapi tugas-tugas pada saat mereka mulai bersekolah.
 Sebutan yang digunakan para ahli psikologi. Berdasarkan cir-ciri yang menonjol dalam perkembangan awal masa kanak-kanak sebutan yang digunakan adalah:
1. Usia kelompok, dimana anak belajar dasar-dasar perilaku sosial untuk penyesuaian diri pada waktu mereka masuk kelas satu.
2. Usia menjajah karena anak-anak ingin mengetahui keadaan lingkungannya, bagaimana mekanismenya, perasaanya, dan bagaimana ia bisa menjadi bagian dari lingkungan.
3. Usia bertanya. Salah satu cara dalam menjelajah lingkungan adalah dengan berrtanya
4. Usia meniru. Yang paling menonjol dalam periode ini adalah meniru pembicaraan dan tindakan orang lain.
5. Usia kreatif . Anak lebih menunjukkn kreatifitas dalam bermain selama masa kanak-kanak dibandingkan masa-masa lain.
e. Masa Kanak-kanak
Ciri-ciri dalam masa ini, yaitu
 Label yang digunakan orang tua:
1. Usia yang menyulitkan, masa di mana anak tidak lagi menuruti perintah, lebih banyak dipengaruhi teman sebaya daripada orang tua atau anggota keluarga yang lain.
2. Usia tindak rapi, masa dimana anak cenderung tidak mempedulikan ceroboh dalam penampilan dan kamarnya berantakan.
3. Usia bertengkar, masa dimana banyak terjadi pertengkaran antar keluarga dan suasana rumah tidak menyenangkan bagi semua anggota keluarga.
 Label yang digunakan para pendidik:
1. Usia sekolah dasar. Anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan penting tertentu.
2. Periode kritis dalam dorongan berprestasi. Masa dimana anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses atau sangat sukses. Perilaku berprestasi pada masa kanak-kanak mempunyai korelasi yang tinggi dengan perilaku berprestasi pada masa dewasa.

 Label yang digunakan ahli psikologi:
1. Usia berkelompok. Masa dimana perhatian utama tertuju pada keinginan diterima teman sebaya sebagai anggota kelompok terutama kelompok yang bergemgsi dalam pandangan teman-temannya.
2. Usia penyesuain diri. Anak menyesuaikan diri dengan standar yang disetujui kelompok.
f. Masa Puber
Ciri-ciri pada masa puber, yaitu
 Periode tumpang tindih karena kedudukan remaja berada di antara akhir masa kanak-kanak dan awal masa remaja.
 Periode yang sehat, berlangsung sekitar dua samapi empat tahun
 Adanya tahap prapuber (bukan lagi seorang anak tetapi juga belum remaja), tahap puber (kematangan seksual muncul), tahap pascapuber (ciri-ciri seks sekunder sudah berkembang dan organ-organ seks berfungsi secara matang).
 Pertumbuhan dan perubahan yang pesat meliputi perubahan dalam tubuh, perubahan dalam status termasuk penampilan, pakaian, sikap terhadap seks dan lawan jenis. Perubahan ini sering menimbulkan keraguan, perasaan mampu dan tidak aman, serta menimbulkan perilaku yang kurang baik.
 Fase negative, fase dimana individu mengambil sikap “anti” terhadap kehidupan atau kelihatannya kehilangan sifat-sifat baik yang sebelumnya sudah berkembang. Pada fase ini perilaku remaja mendadak menjadi sulit diduga dan seringkali agak melawan norma sosial yang berlaku.
g. Masa Remaja
Ciri-ciri pada masa remaja, yaitu
 Periode yang penting. Ada beberapa periode yang dianggap lebih penting daripada beberapa periode lainnya karena berakibat langsung terhadap sikap dan perilaku, dan ada yang dianggap penting karena berakibat jangka panjang.
 Periode peralihan. Dalam setiap periode peralihan, status individu tidak jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan.
 Periode perubahan, ada lima perunbahan pada masa remaja. Pertama, meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Kedua, perubahan-perubahan yang menyertai kematangan seksual membuat remaja tidak yakin akan dirinya, kemampuan-kemampuannya serta minatnya. Ketiga, perubahan tubuh, minat, dan peran yang diharapkan oleh lingkungan menimbulkan masalah baru bagi remaja. Keempat, perubahan dalam minat dan perilaku disertai pula perubahan dalam nilai-nilai. Kelima, sebagian remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan.
 Usia bermasalah. Masalah remaja sering sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun pemepuan. Ini disebabkan pada masa kanak-kanak masalahnya sebagian besar diselesaikan oleh orang tua atau guru sehingga remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah, dan remaja merasa mandiri sehingga ingin mengatasi masalahnya sendiri dan menolak banutan orang tua dan guru.
 Mencari identitas. Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih penting, kemudian lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-temannya dalam segala hal
 Usia yang menimbulkan ketakutan. Adanya anggapan bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak membuat orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja menjadi takut bertanggungjawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal. Ini menyebabkan peralihan ke masa dewasa menjadi sulit.
 Masa yang tidak realistik. Remaja melihat dirinya dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagiamana adanya, terlebih dalam hal cita-cita.
 Ambang masa dewasa. Remaja mulai bertindak dan berperilaku seperti orang dewasa, yaitu merokok, minum-minuman keras, dan menggunakan obat-obatan.



h. Masa Dewasa Dini
Merupakan periode penyesuian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Ciri-ciri yang menonjol pada masa ini yaitu,
 Masa pengaturan. Jika anak laki-laki dan anak perempuan mencapai usia dewasa berarti sudah saatnya untuk meneirma tanggungjawab sebagai orang dewasa.
 Usia Produktif. Menjadi orang tua merupakan salah satu peran yang paling penting dalam hidup orang dewasa. Bagi orang yang cepat mempunyai anak dan mempunyai keluarga besar pada awal masa dewasa atau bahkan pada tahun-tahun terakhir masa remaja kemungkinan seluruh masa dewasa dini merupakan masa sebaliknya.
 Masa bermasalah. Masalah-masalah masa dewasa dini yaitu masalah yang berhubungan dengan penyesuian diri dalam kehidupan perkawinan, peran sebagai orang tua, dan pekerjaan atau krarier.
 Ketegangan emosional. Ketegangan emosi umumnya nampak dalam bentuk keresahan. Apabila mereka tidak mampu mengatasi masalah-masalah mereka, mereka akan terganggu secara emosional.
 Keterasingan sosial. Masuknya seseorang dalam pola kehidupan orang dewasa, yaitu karier, perkawinan dan rumah tangga, membuat hubungan dengan teman-teman kelompok masa remaja menjadi renggang dan bersamaan dengan itu keterlibatan dalam kegiatan kelompok di luar rumah akan terus berkurang. Akibatnya orang akan mengalami keterpencilan sosial atau Erikson menyebutnya sebagai krisis keterasingan.
 Masa komitmen.
 Masa ketergantungan
 Perubahan nilai
 Penyesuaian diri dengan cara hidup baru
 Masa kreatif



i. Masa Dewasa Madya
Adapun ciri-ciri pada masa ini, yaitu
 Periode yang sangat ditakuti. Penyebabnya adalah banyaknya stereotip yang tidak menyenangkan tentang usia dewasa madya.
 Masa transisi. Transisi senatiasa berarti penyesuaian diri terhadap minat, nilai, dan pola perilaku yang baru.
 Masa stress. Penyesuaian secara radikal terhadap peran dan pola hidup yang berubah khususnya bila disertai dengan berbagai perubahan fisik dan psikologis seseorang dan menimbulkan stress.
 Usia yang berbahaya. Sebutan usia berbahaya ini berasal dari kalangan pria yang ingin melakukan pelampiasan untuk kemudian yang berakhir sebelum memasuki usia lanjut.
 Usia canggung. Pria dan wanita berusia madya bukan muda tetapi bukan juga tua. Meraka merasa bahwa keberadaan mereka tidak dianggap, oleh karena itu orang yang berusia madya sedapat mungkin berusaha untuk tidak dikenal orang lain.
 Masa nerprestasi. Masa evaluasi pada umumnya usia madya merupakan saat pria dan wanita mencapai puncak prestasinya, maka wajar apabila masa ini juga merupakan saat mengevaluasa prestasi tersebut berasdarkan aspirasi mereka semula dan harapan-harapan orang lain khususnya anggota keluarga dan teman.
 Usia madya dievaluasi dengan standar ganda. Satu standar bagi pria dan satu lagi bagi wanita walaupun cenderung mengarah ke persamaan peran antara pria dan wanita baik di rumah, perusahaan, peindustrian, profesi maupun dalam kehidupan nyata.
 Masa sepi. Masa ketika anakaak tidak lama tinggal bersama orang tua.
 Masa jenuh. Hampir semua pria dan wanita mengalami kejenuhan pada masa akhir tiga puluhan dan empat puluhan.



j. Masa Lanjut Usia
Ciri-ciri pada masa ini, yaitu
 Periode kemunduran. Kemunduran sebagian datang dari faktor fisik dan sebagian lagi dari faktor psikologis. Akibatnya orang menurun secara fisik dan mental dan mungkin akan segera mati.
 Perbedaan individual pada efek menua. Orang menjadi tua secara berbeda karena mempunyai sifat bawaan, sosio ekonomi dan latar belakang pendidikan, serta pola hidup yang berbeda. Bila perbedaan-perbedaan tersebut bertambah sesuai dengan usia, perbedaan-perbedaan tersebut akan membuat orang bereaksi secara berbeda terhadap situasi yang sama.
 Usia tua dinilai dengan kriteria yang berbeda
 Stereotype orang lanjut usia
 Sikap sosial terhadap usia lanjut. Karena kebayakan pendapat klise di atas tidak menyenagkan maka sikap sosial terhadap usia lanjut cenderung menjadi tidak menyenangkan dan mempengaruhi cara mereka memperlakukan orang usia lanjut. Akibatnya orang usia lanjut cenderung tidak lagi bermanfaat bagi kelompok sosial dan lebih banyak menyusahkan daripada sikap yang menyenangkan.
 Orang usia lanjut mempunyai status kelompok-minoritas. Status kelompok minoritas ini terutama terjadi akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap usia lanjut dan diperkuat oleh pendapat klise yang tidak menyenangkan tentang mereka.
 Menua membutuhkan perubahan peran. Perubahan peran ini sebaiknya dilakukan atas dasar keinginanan seseorang, bukan atas dasar tekanan yang datang dari kelompok sosial tetapi pada kenyataannya perubahan peran ini banyak terjadi karena tekanan sosial.
 Penyesuaian yang buruk. Karena sikap sosial yang tidak menyenangkan bagi orang usia lanjut maka banyak orang usia lanjut mengembangkan konsep ini yang tidak menyenangkan.
 Keinginan menjadi muda kembali sangat kuat. Status kelompok minoritas yang dikenakan pada orang berusia lanjut secara alami membangkitkan keinginan untuk tetap muda selama mungkin dan ingin dipermudah apabila tanda-tanda menua tampak.
Pendidik yang tidak mengetahui psikologi perkembangan tentunya akan mendapatkan kesulitan dalam mendidik anak. Dengan demikian psikologi perkembangan mempunyai kedudukan sentral dalam pendidikan karena masalah perkembangan pada dasarnya tidak terlepas dari masalah belajar dan pendidikan. Psikologi perkembangan berfungsi dalam membantu mendiagnosis masalah-masalah yang mungkin terjadi dalam perkembangan seseorang.
Perkembangan kepribadian peserta didik antara yang satu dengan yang lain berbeda-beda. Kepribadian merupakan susunan sistem psikofisik yang dinamis dalam diri suatu individu, yang menentukan penyesuaian individu yang unik terhaap lingkungan. Sistem psikofisik merupakan kekuatan motivasi yang menentukan jenis penyesuaian yang akan dilakukan tiap anak, karena tiap anak mempunyai pengalaman belajar yang berbeda, jenis penyesuaian anak adalah unik, dalam arti tidak seorang anak pun, bahkan juga kembar identik pun, akan bereaksi dengan cara yang persis sama. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian seorang anak khususnya siswa SMP antara lain sebagai berikut:
 Faktor bawaan
 Pengalaman awal
 Keluarga
 Sekolah
 Budaya
 Kondisi fisik
 Daya tarik
 Keberhasilan dan kegagalan

1.3 Sosial Budaya
Kebudayaan Indonesia termasuk dalam kebudayaan timur. System nilai budaya ini merupakan suatu rangkaian dari konsep abstrak yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga suatu masyarakat mengenai apa yang harus dianggap penting dan berharga dalam hidupnya. Dengan demikian suatu system nilai budaya itu biasanya merupakan bagian dari kebudayaan yang berfungsi sebagai pengarah dan pendorong kelakuan manusia. karena system nilai budaya itu hanya merupakan konsep-konsep yang abstrak, tanpa perumusan yang tegas, maka konsep-konsep itu biasanya hanya bisa dirasakan, tetapi sering tidak dapat dinyatakan dengan tegas oleh warga masyarakat yang bersangkutan.
Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari lingkungan sosialnya. Manusia terlibat dalam situasi sosial, dimana terdapat hubungan antar manusia yang satu dengan manusia yang lain yang dapat saling mempengaruhi (Walgito, 1978). Hubungan sosial individu telah dimulai sejak individu lahir dan berada di tengah-tengah keluarganya.
Etika pergaulan adalah ketentuan sopan santun yang dipakai oleh manusia untuk saling bergaul. Etika ini mempunyai hubungan yang sangat erat dengan tata susila dan adat istiadat. Ketentuan sopan santun ini meliputi berbagai segi dan bidang kehidupan kita sehari-hari dan kadang kadang suatu hal yang diangggap sopan disuatu daerah ternyata sangat tidak sopan di daerah lain. Hal ini disebabkan karena perbedaan dalam kehidupan sehari-hari serta latar belakang perkembangan dari kelompok masyarakat itu sendiri.
Dalam menentukan dan melaksanakan etika pergaulan baik di daerah dan negara sendiri sampai di-luar negeri sekalipun maka berikut ini ada beberapa saran yang memperluwes cara bergaul dan menambah rasa percaya diri.
1. Penampilan Diri
2. Kepribadian
3. Tata Busana
4. Tata Cara Pergaulan Umum
5. Cara Bertutur Kata
6. Tata Krama Andrawina
Kata etika, sering disebut pula dengan istilah etik, atau ethics (bahasa Inggris), mengandung banyak pengertian. Dari segi etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata Latin “ethicos” yang berarti kebiasaan. Dengan demikian menurut pengertian yang asli, yang dikatakan baik itu apabila sesuai dengan kebiasaan masyarakat. Kemudian lambat laun pengertian ini berubah, bahwa etika adalah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang dapat dinilai tidak baik etika juga disebut ilmu normatif, maka dengan sendirinya berisi ketentuan-ketentuan (norma-norma) dan nilai-nilai yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Etika merupakan cabang filsafat, yang mempelajari pandangan-pandangan dan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan, dan kadang-kadang orang memakai filsafat etika, filsafat moral, atau filasafat susila. Dengan demikian dapat dikatakan , etika ialah penyelidikan filosofis mengenai kewajiban-kewajiban manusia, dan hal-hal yang baik dan buruk. Etika adalah penyelidikan filsafat bidang moral. Etika tidak membahas keadaan manusia, melainkan membahas bagaimana manusia itu seharusnya bertingkah laku benar. Etika juga merupakan filsafat praktis manusia. Etika adalah cabang dari aksiologi, yaitu ilmu tentang nilai, yang menitikberatkan pada pencarian salah dan benar atau dalam pengertian lain tentang moral dan immoral.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbiatan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1988),etika dirumuskan dalam tiga arti, yaitu :
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Bertens mengemukakan bahwa urutan tiga arti tersebut kurang kena, sebaiknya arti ketiga ditempatkan di depan karena lebih mendasar daripada yang pertama dan rumusannya juga bisa dipertajam lagi. Pengertian etika juga dikemukakan oleh Sumaryono (1995), menurut beliau etika berasal dari istilah Yunani ethos yang mempunyai arti adat-istiadat atau kebiasaan yang baik. Bertolak dari pengertian tersebut etika berkembang menjadi studi tentang kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan manusia pada umumnya.selain itu, etika juga berkembang menjadi studi tentang kebenaran dan ketidakbenaran berdasarkan kodrat manusia yang diwujudkan melalui kehendak manusia. Berdasarkan perkembangana arti tadi, etika dapat dibedakan antara etika perangai dan etika moral.
1) Etika Perangai
Etika perangai adalah adat-istiadat atau kebiasaan yang menggambarkan perangai manusia dalam hidup bermasyarakat di daerah-daerah tertentu, pada waktu tertentu pula. etika perangai tersebut diakui dan berlaku karena disepakati masyarakat berdasarkan hasil penilain perilaku.Contoh etika perangai :
o Berbusana adat
o Pergaulan muda-mudi
o Perkawinan semenda
o Upacara adat
2) Etika Moral
Etika moral berkenaan dengan kebiasaan berperilaku yang baik dan benar berdasarkan kodrat manusia. Apabila etika ini dilanggar timbullah kejahatan, yaitu perbuatan yang tidak baik dan tidak benar. Kebiasaan ini berasal dari kodrat manusia yang disebut moral. Contoh etika moral :
 Berkata dan berbuat jujur
 Menghargai hak orang lain
 Menghormati orangtua dan guru
 Membela kebenaran dan keadilan
 Menyantuni anak yatim/yatim piatu.
Etika moral ini terwujud dalam bentuk kehendak manusia berdasarkan kesadaran dan kesadaran adalah suara hati nurani. Dalam kehidupan manusia selalu dikehendaki yang baik dan tidak baik, antara benar dan tidak benar. Dengan demikian, ia mempertanggungjawabkan pilihan yang telah dipilihnya itu. Kebebasan kehendak mengarahkan manusia untuk berbuat baik dan benar. Apabila manusia melakukan pelanggaran etika moral, berarti dia berkehendak melakukan kejahatan, dengan sendirinya pula berkehendak untuk dihukum. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara nilai moral dijadikan dasar hukum positif yang diciptakan oleh penguasa.
Seorang guru selalu memberitahu bagaimana etika yang harus dilakukan pada anak SMP. Dalam bersopan santun, seorang siswa harus menghormati semua warga sekolah, karena dengan lingkungan sekolahlah seorang siswa tersebut dapat bersosialisasi dengan baik. Dengan adanya peraturan atau tata tertib yang berlaku disekolah diharapkan semua siswa mempunyai tata cara atau kelakuan yang baik. Dalam hal berpakaian sebaiknya semua siswa menaati peraturannya. Karena apabila tidak mereka akan mendapat sanksi dari guru mereka. Dan sanksi tersebut dapat berakibat pada prestasi belajarnya.
Manfaat dari Etika adalah
1. Dapat membantu suatu pendirian dalam beragam pandangan dan moral
2. Dapat membantu membedakan mana yang tidak boleh dirubah dan mana yang boleh dirubah sehingga dalam melayani tamu kita tetap dapat yang layak diterima dan ditolak mengambil sikap yang dapat dipertanggungjawabkan.
3. Dapat membantu seseorang mampu menentukan pendapat.
4. Dapat menjembatani semua dimensi atau nilai-nilai yang dibawa tamu dan yang telah dianut oleh petugas.


BAB II
Teks Cerpen

Pertemuan Pertama
Itukah dia? Tubuhnya dibalut oblong biru murahan dipadu jins hitam dengan jahitan benang merah. Norak! Tinggi berkisar 165 cm dengan badan sedikit gempal, menyandar pada sisi etalase “Contempo” di pelataran pertokoan BIP (Bandung Indah Plaza). Kutinggalkan dengan tergesa Jalan Merdeka. Kupercepat jarum pada speedometer menunjuk angka 80. Bukan tanpa alasan kalau gas sepeda motor kutambah. Aku takut Herman memergokiku. T-shirt biru dan jins hitam yang melekat di tubuhku cukup untuk membuat Herman mengenaliku.
Belum aku melayang-layang ke alam mimpi, pintu kamarku ada yang mengetuk. Kata pembantuku, ada yang mencari aku. Siapa yang datang siang-siang gini? Ganggu acara tidur aja! Meski begitu, segera kubenahi dandananku. Kusisir rambutku. Kurapikan t-shirt biruku. Kulihat seorang pemuda duduk tertunduk di ruang tamu. Ternyata dia adalah Herman. Langkahku sempat terhenti. Bimbang. Kutemui atau tidak. Kalau kutemui, pasti akan menambah rasa kesal dan kecewa yang telah menumpuk di hati. Kalau tidak, kasihan dia sudah datang jauh-jauh dari Cianjur hanya untuk menemuiku.
Akhirnya ku mantapkan langkahku. Aku harus segera mengenalkan diri, akulah sahabat pena yang dia cari-cari. Dia langsung menyapaku dengan panggilan Evit. Dandanan Herman yang kampungan, tongkrongannya yang nggak level menjadi satu-satunya alasan untuk tidak mengenalinya lagi. Tangan Herman begitu dingin seperti tidak dialiri darah. Dia pasti grogi atau minder, setelah tahu sahabat penanya mirip cover girl. Memang wajahku lumayan. Semua orang mengakui itu. Ketertarikanku pada Herman kusimpan sendiri, tak pernah kuceritakan pada siapa pun. Dari surat-suratnya yang segar, lincah, aku berani taruhan, Herman orangnya supel, kece, wawasan berpikirnya luas sehingga layak menjadi cowokku. Herman yang kubayangkan bertubuh atletis, handsome, dan cukup menyenangkan. Dengan mimpi dan angan yang kurangkai sendiri, Herman memenuhi criteria cowokku. Tapi, ternyata mimpi dan anganku porak-poranda tatkala sosok Herman muncul di depanku.
Ternyata Herman tahu apa yang sedang saya pikirkan. Dia merasa kalau aku kecewa bertemu dengan dia. Dia datang dari jauh hanya untuk menemui janjinya. Di surat terakhirya aku meminta dia menemuiku langsung, dan dia menyanggupinya. Herman berkata bahwa, dia hari ini bolos. Dengan bus tadi pagi, dia tinggalkan Cianjur, hanya untuk memenuhi janji itu. Sebelum waktunya, dia sudah menungguku. Karena dia takut telat dan nantinya akan mengecewakanku. Tapi dia sedih. Ketika aku dan dia bertemu dan bertatapan, aku langsung pergi meninggalkan dia. Bibirnya yang gemetar, matanya yang sayu tapi dalam, nada suaranya yang datar dan dingin paparannya yang mampu menelanjangiku, telah membuat aku terpojok dengan rasa malu yang amat sangat. Tetapi, rasa aneh lebih mendominasi benakku. Kenapa dia tahu apa yang sedang ada dipikiranku. Apakah dia seorang paranormal yang dapat membaca pikiran orang? Herman berkata lagi, bahwa meskipun dia (Evit) tidak tahu warna jiwa Herman, Herman sudah menduga kalau dia tidak pantas untuk menjadi sahabat Evit lagi. Mulutku terkunci setelah mendengar kata-kata Herman yang begitu bijak dan dewasa dalam pemikirannnya. Aku tak mampu menatap wajahnya, bahkan untuk mengangkat kepala aku tak sanggup.
Kepergian Herman membuatku banyak merenungi kata yang terluncur dari mulutnya. Memang benar apa yang dikatakan Herman, aku hanya mengukur persahabatan dengan standar penampilan luarnya saja. Esok paginya setelah pulang sekolah dia berencana akan mengirimkan surat untuk Herman yang telah ditulisanya semalam, yang isinya tentang pemintaan maaf dan rasa terima kasihuntuk segala cercaannya, dan akan kusimpan pada benak kepedulian. Akan kujadikan sebagai pelajaran hidup.
Ketika akan berangkat sekolah aku melirik Koran Pikiran Rakyat, dan langsung mencari berita yang menariik. Kupelototi mataku menyimak berita kecelakaan lalu lintas. Tak kutuntaskan berita itu.Hrmankah korban tabrak lari itu? Pukul tiga ia tertabrak dan tewas seketika. Padahal beberapa menit kemudian ia hadir diahadapanku. Bulu kudukku berdiri dan aku merasakan ketakutan yang sangat. Keringat dingin berleleran di sekujur muka. Pemandanganku kabur, terasa pijakan kaki labil. Lalu…. tiba-tiba semua gelap. Gelap!
BAB III
Paparan Kritik
3.1 Bahasa
Bahasa dalam cerpen tersebut menggunakan bahasa yang sehari-hari yang dapat dipahami siswa SMP, jadi bahasanya cocok untuk siswa SMP kelas VIII. Bahasanya juga mengandung kata-kata yang puitis, jadi dapat dikatakan bahwa cerpen tersebut telah sesuai dengan aturan bahasa dalam karya sastra. Dengan adanya kata handsome yang merupakan kata dalam bahasa Inggris, dapat memperkaya kosakata pada diri siswa. Kalimat dalam cerpen tersebut padat dan ringkas, sehingga cerpen ini dapat dinikmati secara santai.

3.2 Psikologi
Cerpen yang berjudul “Pertemuan Pertama” ini secara psikologis dapat dipahami isinya. Evit yang selalu menyimpan sendiri ketertarikanya pada Herman dapat ditegaskan bahwa Evit sudah mulai menginjak masa pubernya, yang ditandai dengan adanya sikap suka terhadap lawan jenis. Setelah Evit bertemu dengan Herman, dia merasa menyesal. Karena Herman yang dibayangkannya tidak seperti kenyataannya. Bayangan Evit tentang Herman adalah bertubuh atletis, handsome, dan cukup menyenangkan. Tetapi pada kenyataanya Herman sangatlah sederhana. Dari kejadian ini para pembaca khususnya siswa SMP dapat mengambil kesimpulan bahwa kita tidak boleh terlalu berlebih-lebian dalam membayangkan sesuatu. Begitu juga setelah Evit mendengarkan kata-kata Herman yang bijak dan dewasa dalam pikirannya, Evit mulai sadar bahwa dalam mengukur sesuatu tidak boleh dilihat dari luarnya saja.
Kejadian yang dialami Evit terpengaruh oleh faktor kepribadian yang berada di lingkungan sekolah. Sebab teman-teman Evit yang selalu berpenampilan menarik, tidak seperti Herman. Karena pengaruh pergaulan Herman di tempat tinggalnya, Herman ketika bertemu dengan Evit, dia merasa minder. Jadi dapat disimpulkan bahwa penampilan seseorang itu dipengaruhi oleh faktor-faktor kepribadian. Setelah Herman tahu apa yang ada di pikirannya Evit, Evit mulai bingung, dia menduga bahwa Herman adalah paranormal. Adanya pikiran Evit yang seperti itu dapat ditegaskan bahwa siswa SMP memang suka berkhayal dan menebak sesuatu secara tidak logis. Bagi pembaca yang tertarik dengan kehidupan ini akan dapat mengambil banyak manfaat. Karena adanya sikap kekanak-kanakan yang masih dimilik siswa SMP, cara bepikir mereka secara perlahan-lahan akan berpikir ke arah yang lebih dewasa.

3.3 Sosial Budaya
Kehidupan Evit yang selalu terpengaruh dengan lingkungan sekolahnya, di mana teman-teman dia selalu berpenampilan modis, membuat dia tidak tertarik lagi pada Herman, karena ketika dia sudah melihat Herman, dia pun dengan cepat pergi meninggalkan Herman yag berpenampilan kampungan. Namun selang berapa lama kemudian, Herman datang ke rumah Evit. Dan disambut dengan perasaan yang tidak senang. Sesuai dengan sopan santun atau etika, seharusnya Evit ketika melihat Herman, dia langsung menemuinya .dan ketika bertamu ke rumahnya, Evit menyambutnya dengan senang hati.
Dari kejaadian ini Eviak dapat menghormati seseorang yang telah datag jauh0jauh hanya untuk menemui Evit.kehdupan teman-temannya yang selalu berpenampilan modis dan emnggunakan aksesoris yang lagi in tidaklah pantas untuk anak SMP. Jadi menurut sosial dan budaya, cerpen ini tidak pantas. Tetapi dari sisi lain, biarpun kedatangan Herman tidak disukai oleh Evit, Herman tetap menghormati Evit sebagai temannya.










BAB IV
SIMPULAN

4.1 Aspek Bahasa
Cerpen yang berjudul “Pertemuan Pertama” ini sesuai untuk siswa SMP kelas VIII. Karena bahasa yang digunakan adalah bahasa dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat dipahami. Dan dengan adanya kosakata dari bahasa Inggris, dapat menambah penguasaan kosakata pada siswa.

4.2 Aspek Psikologis
Adanya masa puber yang dialami oleh para tokoh cerpen ini adalah bacaan yang sesuai dberikan pada siswa SMP khususnya siswa kelas VIII. Dan dengan beberapa kejadian yang ada, dapat membuat para siswa untuk berpikir ke arah yang dewasa.

4.3 Aspek Sosial dan Budaya
Dilihat dari segi aspek sosial budaya cerpen ini terdapat sisi positif dan sisi negatifnya. Sisi positifnya adalah adanya sikap Herman yang masih menghormati sebagai sahabatnya, meskipun Evit tidak menerima kedatangannya dengan senang hati. Sedangkan sisi negatifnya adalah Evit yang tidak menghormati kedatangan Herman, karena penampilannya yang kampungan. Selain itu, juga adanya teman-teman Evit yang selalu berpenampilan modis dan menggunakan aksesoris yang sedang in. Dan hal tersebut tidaklah pantas bagi anak SMP.








DAFTAR PUSTAKA

http://fkip.uns.ac.id/~pspe/BAB II.etika. (16 Juni 2007, jam 08.19)

Koentjaraningrat. 2004. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.

Kentjono, Djoko. 1990. Dasar-dasar Linguistik Umum. Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Nurhadi, Dawud dan Yuni Pratiwi. 2002. Bahasa dan Sastra Indonesia Jilid 2 untuk SMP VIII. Jakarta: Erlangga.

Poerwadarminta, W.J.S. 1985. KBBI. Jakarta: Balai Pustaka.

Soeparwoto, dkk. 2004. Psikologi Perkembangan. Semarang: UPT UNNES Press.

Suharianto, S. 2005. Dasar-dasar Teori Sastra. Semarang: Rumah Indonesia.

Sutanto, Sunaryati. 1998. Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Tarigan, Henry Guntur. 1983. Psikolinguistik. Bandung: Angkasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar