Jumat, 29 Mei 2009

Hujan

Meilan kini harus bangun lebih pagi dari biasanya. Ya... saat itu guru matematikanya yang terkenal kiler buanget, memberikan jam pelajaran tambahan di pagi hari, yaitu satu jam sebelum bel sekolah berdentang. Apabila ada siswa yang telat, tanpa ba-bi-bu Pak Beny langsung memberikan hukuman, ya meskipun hanya telat lima menit.
Sesampainya di sekolah dengan nafas yang masih tersengal-sengal, Meilan dikagetkan dengan sapaan Galang, yang juga hampir telat beberapa menit. Kemudian mereka berdua langsung masuk kelas dengan langkah yang cepat. Untunglah... Pak Beny belum masuk kelas.
“Hampir aja ya, kita telat. Kira-kira kalau kita telat dapat hukuman apa ya?” Kata Galang kepada Meilan setelah Pak Beny selesai mengajar.
“Yah.... pengin dihukum ya? Tadi aja udah deg-degan banget. Nek pengin dihukum, minggu depan berangkatnya telat aja!!! He....” Kata Meilan sambil merapikan bukunya.
Obrolan mereka terhenti setelah Bu Ida, guru bahasa Indonesia Meilan masuk kelas. Kemudian Bu Ida memberikan tugas untuk menganalisis laporan dan tugas dikerjakan secara berkelompok. Setelah Bu Ida membagi kelompok, Meilan satu kelompok dengan Galang.
Dari situlah awal kedekatan Meilan dengan Galang. Galang sering mengajak Meilan ke kantin bareng, pulang bareng, juga belajar bareng. Kedekatan diantara mereka telah membuat Galang jatuh hati pada Meilan. Tetapi perasaan itu masih Galang pendam. Bagi teman-temannya, kedekatan diantara Meilan dan Galang merupakan hal yang biasa, tapi bagi Indra yang juga teman sekelas Meilan, ini sangat menyebalkan. Karena ternyata, Indra juga suka pada Meilan.
“Lan, kamu udah jadian sama Galang ya?” Tanya indra kepada Meilan dengan nada meledek ketika Indra main ke rumah Meilan.
“Ha??? Jadian? Kata sapa?? “ Tanya Meilan dengan kaget. “Aku ma dia cuma temenan kok.” Lanjut Meilan.
Indra pun langsung menarik nafas lega atas jawaba Meilan tadi. Seiring berjalannya waktu, Indra dan Meilan semakin akrab. Perhatian yang diberikan indra ke Meilan mulai dirasakan Meilan, dan Meilan mulai simpati pada Indra, apalagi ditambah dengan penampilan Indra yang selalu rapi dan kelihatan berwibawa. Gara-gara kekraban yang terjadi antara Meilan dengan Indra, Galang mulai menjauh dari Meilan.
Suatu ketika tanpa ada angin apapun, tiba-tiba Galang mengajak Meilan menengok Hendri teman sekelasnya yang sedang dirawat di rumah sakit. Meilan pun kaget setengah mati dengan ajakan Galang tersebut. Akhirnya Meilan pun menerima ajakan Galang tanpa berpikir panjang.
Sepulang sekolah mereka langsung menuju rumah sakit. Dalam perjalanan mereka hanya diam seribu bahasa.
Sesampainya di rumah sakit ledekan teman-teman mulai terdengar di telinga Meilan, karena mereka tahu kalau Hendri suka sama Meilan. Apalagi ditambah dengan obrolan yang akrab antara Meilan dengan ayah Hendri.
“Kamu kok kelihatannya akrab banget dengan ayah Hendri sih?? Apa jangan-jangan.....” Tanya Galang setelah keluar dari ruangan Hendri dirawat.
“Jangan-jangan apa?” Tanya Meilan sambil melihat ke arah Galang.
“Jangan-jangan kamu suka sama dia ya?? He...” kata Galang tertawa.
”Yee...nggak kok.” Jawab Meilan santai. “Yah gerimis deh.” Lanjut Meilan sambil melihat awan yang mendung.
“Iya nih. Ya udah pake jas hujan ya.” Usul Galang.
“Nggak usah ah, lagian gerimisnya masih kecil kok.”
Akhirnya mereka pulang, tanpa menggunakan jas hujan, padahal hujan mulai turun dengan deras. Kemudian mereka berhenti di warung bakso langganan Galang. Sambil menunggu hujan reda mereka ngobrol. Akhirnya sikap dingin diantara mereka, kini sudah mulai mencair. Dalam obrolan mereka, Galang selalu menyebut-nyebut nama Ajeng, yang kata Galang, sosok Ajeng mirip banget dengan Meilan. Tetapi Galang tidak memberitahukan pada Meilan siapa ajeng itu.
Hujan semakin besar, tetapi waktu hampir maghrib. Walaupun mereka ragu untuk pulang, tapi akhirnya mereka memutuskan untuk pulang karena takut kemalaman. Diperjalanan guyuran air hujan menusuk kulit dan dinginnya air hujan menembus sampai tulang mereka. Tiba-tiba di tengah jalan Galang menghentikan motornya. Sambil melepaskan sweater kesayangannya yang berwarna biru doker itu.
“ Lan, pakai sweater ini, aku khawatir nanti kamu sakit!” Kata Galang terlihat gugup.
“Tidak usah Lang makasih banget, aku biasa hujan-hujanan kok! Kamu aja yang pakai OK!!” Ucap Meilan dengan keadaannya yang sedang kedinginan.
“Nggak Lan, aku tahu kamu kedinginan, wajahmu pucat sekali, ayo pakai sweater ini kalau tidak aku marah lho!” Pinta Galang.
Akhirnya Meilan mau memakai swater kesayangan Galang, dan Meilan merasa nyaman memakai sweaternya. Perjalanan mereka teruskan karena mereka masih cukup jauh dari rumah Meilan.
Keesokan harinya Meilan tidak berangkat sekolah, Galang pun resah dan mencoba mencari tahu, kenapa Meilan tidak masuk? Begitu juga dengan Indra.
Sepulang sekolah Galang langsung menuju rumah Meilan. Saat itu juga Indra datang ke rumah Meilan, tapi sayangnya Galang sudah berada di sana lebih awal dari Indra. Dengan perasaan kecewa, Indra segera pamit untuk segera pulang, dengan alasan akan mengantar adiknya les.
“Sori ya Lan, gara-gara aku kemarin kamu malah jadi sakit.” Ucap Galang dengan ekpresi wajah yang sedih.
“Hih... PD banget ya bilang kayak gitu? Aku sakit bukan gara-gara kamu kok.” Kata Meilan tertawa.
”Lha terus gara-gara sapa?” Tanya Galang penasaran.
“Kemarin tu aku dah nggak enak badan, jadi ya gini deh. Tapi sekarang dah mendingan kok.”
Hari demi hari kedekatan Meilan dengan Galang, yang dulu sempat menghilang kini telah muncul lagi. Malahan teman-teman mengira kalau mereka udah jadian, padahal kenyataannya tidak. Gara-gara itu Meilan dengan Indra mulai tidak akrab. Kini rasa simpati Meilan yang dulu dia berikan pada Indra, telah dia berikan pada Galang.
Ketika malam datang, Meilan mencurahkan isi hatinya melalui sebuah puisi. Sebait demi sebait tercipta seakan-akan Meilan adalah seorang sastrawan terkenal seperti Chairil Anwar. Sebait puisi yang berjudul “Hujan” telah ia selesaikan dan esok harinya, puisi itu dia tempel di mading sekolahnya.
“Lan, tahu nggak, tadi Galang baca puisi kamu. Terus dia bilang ke aku, kenapa sih kamu bikin puisi itu, kata dia sih puisinya nyebelin gitu.” Kata Mita teman sekelas Meilan yang datang dengan tergopoh-gopoh.
“Apa?? Puisi aku nyebelin??? Emangnya apa hubungane ma dia??” Tanya Meilan dengan wajah kesal.
“Katanya puisi itu mengingatkan dia pada Ajeng, mantan pacarnya yang udah meninggal satu tahun yang lalu gara-gara kanker otak.” Jawab Mita serius.
”Ajeng???”
“Iya, mantan dia namanya Ajeng.”
Kini Meilan akhirnya tahu siapa Ajeng sebenarnya. Mengingat perkataan Mita tadi siang, Meilan merasa bersalah pada Galang. Tapi ini juga salah Galang dong, kenapa waktu dia cerita tentang Ajeng, dia nggak ngasih tahu siapa Ajeng, pikir Meilan.
Gara-gara puisi itu, Galang dan Meilan jarang bertegur sapa lagi. Apalagi ditambah dengan gosip kalau mereka pacaran.
Ketika sore hari terdengar suara ketokan pintu di rumah Meilan, yang menandakan kalau ada orang yang datang. Meilan pun bergegas untuk membukakan pintu.
“Galang...??” Kata Meilan kaget.
“Boleh kan, kalau aku masuk?” Tanya Galang kepada Meilan yang masih kaget dengan kedatangan Galang.
“Ehm.... boleh kok.” Jawab Meilan gugup.
Kedatangan Galang membuat Meilan lega, karena dengan kedatangan dia, Meilan berharap keakraban di antara mereka dapat tercipta kembali. Tetapi tiba-tiba muncul Indra. Meilan berpikir, kenapa ya disaat Galng main ke rumah, Indra datang?
Perasaan Meilan pun benar-benar tidak menentu, rasa gelisah dan takut telah bercampur menjadi satu. Dan obrolan diantara mereka pun terasa canggung. Untunglah selang beberapa menit, Indra pamit pulang.
“Lan, maafin aku ya.” Kata Galang lirih.
“Memang kenapa?” Tanya Meilan basa-basi.
“Gara-gara puisi kamu aku jadi sebel sama kamu. Padahal kamu nggak salah.” Jawab Galang menunduk.
“Udahlah, nggak apa-apa kok. Aku dah tahu semuanya dari Mita. Aku juga minta maaf banget ya. Tapi kenapa sih, kamu nggak ngasih tahuku siapa Ajeng?”
“Kamu nggak salah kok. Bagi aku, siapa Ajeng itu nggak penting bagi kamu. Udahlah sekarang lupain aja tu masalah, dan nggak usah dibahas lagi. OK??” Kata Galang tersenyum.
“Lho kok??” Tanya Meilan dengan heran.
“Ya, aku cuma nggak ingin gara-gara itu, kita jadi jauh lagi.” Jawab Galang santai.
Meilan hanya tersenyum mendengar perkataan Galang tadi dan perasaan Meilan kini telah lega.
“Lan, besok jalan-jalan yuk, mau nggak?” Ajak Galang yang masih betah di rumah Meilan.
“Ke mana?” Tanya Meilan.
“Ya... ke mana aja lah. Penginnya kamu ke mana?”
“Ehm... gimana kalau ke kebun strawberry aja?” Jawab Meilan setelah berpikir sejenak
“Ya udah, kalau gitu besok jam sepeluh tet aku ke rumah kamu.” Kata Galang.
Hari minggu pun datang, Meilan dan Galang langsung menuju kebun strawberry.
Di kebun strawberry suasana ceria selalu tampak di wajah mereka berdua. Apalagi ditambah dengan perkataan Galang yang selalu membuat Meilan tertawa.
“Lan, hari ini aku senang banget bisa jalan-jalan bareng kamu.” Kata Galang sambil memetik strawberry.
“Aku juga senang banget kok.” Jawab Meilan tersenyum.
“Lan, Ehm.... sebenarnya... “ Kata Galang berhenti sejenak.
“Sebenarnya apa? Sebenarnya cinta? He...” Tanya Meilan.
“Jujur Lan, aku dah lama banget sayang sama kamu. Aku ingin kamu menjadi bagian dalam hidupku. Kamu mau kan??”
“Apa...???” Tanya Meilan spontan.
“Iya Lan, aku merasa kalau kamu adalah cewek idaman aku. Kamu mau kan jadi pacarku, aku sayang banget sama kamu Lan?” DesakGalang serius.
“Ehm... gimana ya??” Kata Meilan sambil berpikir. “Sorry Lang aku nggak bisa...” Lanjut Meilan.
“Bener Lan kamu nggak bisa...? Ya, mungkin aku memang nggak pantas buat kamu. Kamu terlalu baik dan indah bagiku. Tetapi kamu perlu tahu kalau aku sayang banget sama kamu Lan.” Kata Galang dengan nada penuh kecewa.
“Tapi Lang, maksud aku, aku nggak bisa jauh dari kamu. Sebenarnya aku juga mempunyai perasaan yang sama seperti kamu. Aku juga sayang banget sama kamu Lang.” Kata Meilan sambil melirik ke mata Galang.
Galang terkejut, perasaanya tidak karuan tapi yang jelas dia seneng banget setelah mendengar jawaban Meilan. Apalagi Meilan ternyata juga sangat sayang pada Galang dan ini membuat Galang semakin bahagia. Cinta yang telah lama Galang impikan bareng Meilan kini telah terwujud.
Di sekolah mereka menjadi pasangan yang terlihat sangat serasi, tatapan mata mereka menunjukan kalau mereka saling menyayangi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar