Jumat, 29 Mei 2009

I. Menyimpulkan Isi Drama Melalui Pembacaan Teks Drama
Setelah mempelajari bagian ini, kemampuan yang seharusnya dapat kalian kuasai adalah mengenal bentuk teks drama, dapat mendengarkan pembacaan teks drama, mengenal unsur-unsur drama, dan menyimpulkan isi teks drama melalui diskusi.
Drama merupakan salah satu seni yang dapat memberikan hiburan yang menarik. Di samping itu, drama mempunyai nilai pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain menikmati drama, pada bagian ini kalian dapat belajar tentang kehidupan dari drama.
A. Mengenal Teks Drama
Teks drama berbeda dengan teks sastra pada umumnya. Teks drama mengandung unsur tokoh dan dialog. Dalam teks yang lengkap akan dilengkapi dengan petunjuk akting latar, dan juga properti yang digunakan. Biasanya, penulisan bagiain ini diapit dengan tanda kurung.
Pada mulanya, istilah “drama” berasal dari Yunani “draomai” yang berarti berbuat, bertindak, atau bereaksi. Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang diproyeksikan di atas pentas. Drama adalah bentuk karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan menyampaikan pertikaian dan emosi melalui lakuan atau dialog. Lakuan dan dialog dalam drama tidak jauh beda dengan lakuan serta dialog yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai karya seni yang harus ditonton, drama sangat mengutamakan unsur tingkah laku konkret para tokohnya dan lawan kata atau dialog. Dengan melihat drama, penonton seolah-olah melihat kahidupan dan kejadian dalam masyarakat. Hal ini karena drama merupakan potret kehidupan manusia, yang suka dan duka, konflik, dan aneka kehidupan lainnya yang memang penuh warna.
Drama, sebagai karya seni, barulah lengkap jika dimainkan atau dipentaskan. Maksudnya, cakapan tiap-tiap tokoh harus diucapkan oleh orang yang memerankannya (Disebut “aktor” untuk yang pria, “aktris” untuk wanita). Cakapan tidak sekedar diucapkan, tetapi disertai dengan gerak-gerik yang sesuai menurut tafsiran aktor atau aktrisnya. Didalam suatu pementasan drama, pengelola dan penanggung jawab seluruh kegiatan pementasan disebut “produser”, sedangkan yang bertanggung jawab atas nilai artistik pementasan disebut “sutradara”. Tugas utama sutradara adalah menata gerak para aktor dan aktris. Ia juga harus bekerja sama dengan berbagai pihak yagn terlibat, seperti penata panggung, penata cahaya (lampu), dan penata bunyi (musik).
Drama disebut juga sandiwara. Kata ini berasal dari bahasa Jawa, yaitu “sandi” yang berarti “tersembunyi” dan warah yang berarti “ajaran”. Di samping istilah tersebut, masih dikenal pula beberapa istilah lain, yaitu “komedi bangsawan”, “komedi stambul” dan “teater”.
Komedi bangsawan adalah pementasan atau pertunujukkan yang semula khusus untuk hiburan kaum bangsawan atau kerabat keraton. Disebut komedi stambul karena semula yang paling banyak dipentaskan atau dipertunjukkan adalah cerita-cerita dari negara Istamul. Sedangkan istilah teater berasal dari bahasa Yunani “theatron” yang diturunkan dari kata “theomai” yang berarti “dengan takjub melihat atau memandang”. Di negara asalnya kata tersebut mewakili tiga macam pengertian, yaitu: gedung pertunjukkan atau panggung, publik, auditorium, dan karangan tonil.
Istilah yang sampai sekarang lazim digunakan di Indoesia untuk menyebut cerita yang dipentaskan atau dipertunjukkan adalah drama atau teater. Sedangkan istilah tambul, atau komedi bangsawan tidak pernah dipakai orang lagi.
Nah, agar kalian lebih menmahami apa yang disebut drama, perhatikan naskah draa di bawah ini, kemudian kerjakanlah latihan yang mentertainya!
Pentas menggambarkan sebuah ruangan kamar tamu. Ada beberapa meja dan kursi. Ada sebuah pintu di sebelah kira untuk keluar masuk. Di atas meja ada beberapa buku. Saat itu sore hari, kira-kira pukul 18.00, lampu belum dinyalakan.
Aleks : (Masuk, menjatuhkan buku-bukunya di meja dan duduk dengan kesal). Bing, Bing (Berhenti) Bing, Bing (berhenti) Bong, Bong (Berhenti) Bong, Boooooong. Huh, Bongkrek.
Irna : He, sudah lama?
Aleks : Baru saja, Kau?
Irna : Lebih baru dari kau. Mana Bing?
Aleks : Tahu. Keluar kali.
Irna : Jadi, nggak jadi?
Aleks : Sejauh info samar-samar, tafsiran masih bebas kau boleh bilang jadi, boleh bilang tidak jadi. Boleh bilang ditunda, boleh bilang dimulai, tetapi terlambat, dan apa saja.
Irna : Kalau tahu begini, aku mestinya....
Aleks : Nggak kemari, dan ke Rahayu bersama Agus, nonton, dan jajan, dan minum-minum, dan rileks, dan putar-putar kota, dan cuci mata, dan ....
Irna : Cukup. Kau tak usah memperolok-olok. Agus begitu. Memang dia tak sehebat kau, tak sebrilyan kau, tak sepopuler kau, tak serajin kau, dan tak sekaya kau...
Aleks : Cukup. Tak usah kau mengejek begitu. Berkata menyanjung-nyanjung, tetapi menjatuhkan, menghina, meremehkan, memandang rendang, me...
Irna : Cukup, tak u..
Aleks : Cukup. Kau...
Irna : Sudah.
Dawud : (Tiba-tiba masuk) sudah. Setiap kali bertemu begini. Di sekolah, di kantin, di sini, di rumah Amroq, di rumah Pak Juweh, di rumah...
Irna : Sudah. Kau juga sama saja. Marah selalu. Di sini, di sana, dan....
Aleks : Kau juga mulai lagi. Masalahnya itu apa? Dipecahkan. Tidak asal ngomong, asal...
Dawud : Diam
Semuanya diam sejenak dan beberapa jenak.
Aleks : Ini jadi...
Irna : Diam. Dawud bilang apa? Masak nggak dengar bahwa da....
Dawud : Diam Irna. Kalau kau terus-terus begitu, berkeringat tanpa guna. Padahal...
Aleks : Kau juga ngomong melulu. Nggak konsekuen itu namanya. Absurd. Buat larangan dilanggar sendiri. Huh... dasar......
Irna : Kau mulai lagi. Komentar itu secukupnya. Tidak ngelantur ke sana ke sini....
Aleks : Diam, Irna, diaaam!
Dawud : Kau juga diam dulu, jangan menyuruh, melulu, nggak memberi contoh....
Irna : Kau sendiri mesti diam dulu, baru yang lain itu, Wud.
Diam semua. Tiba-tiba meledak tawa mereka bersama-sama.
Tunjukkanlah unsur-unsur naskah drama berikut : pelaku, dialog, dan petunjuk akting yang terdapat pada penggalan teks drama di atas!

B. Mendengarkan Pembacaan Teks Drama
Sebelum kalian mendengarkan pembacaan teks drama, perhatikanlah langkah-langkah dalam mementaskan drama, berikut:
a. Menyusun naskah-naskah. Idenya bisa merupakan ide asli atau saduran dari kisah- kisah yang telah ada.
b. Lakukan pembedahan secara bersama-sama terhadap isi naskah yang akan dipentaskan. Tujuannya agar semua calon pemain memahami isi naskah yang akan dimainkan.
c. Reading. Calon pemain membaca keseluruhan naskah sehingga dapat mengenal masing-masing peran.
d. Casting. Melakukan pemilihan peran. Tujuannya agar peran yang akan dimainkan sesuai dengan kemampuan akting pemain.
e. Mendalami peran yang akan dimainkan. Pendalaman peran dilakukan dengan mengadakan pengamatan di lapangan. Misalnya, kalau peran itu sebagai seorang tukang jamu, maka lakukanlah pengamatan terhadap kebiasaan dan cara kehidupan para tukang jamu.
f. Blocking. Sutradara mengatur teknis pentas, yakni dengan cara mengarahkan dan mengatur pemain. Misalnya, dari mana seorang pemain itu harus muncul dan dari mana mereka berada ketika dialog dimainkan.
g. Running. Pemain menjalani latihan secara lengkap, mulai dari dialog sampai pengaturan pentas.
h. Gladiresik, atau latihan terakhir sebelum pentas. Semua bermain dari awal sampai akhir pementasan tanpa ada kesalahan lagi.
i. Pementasan. Semua pemain pemain sudah siap dengan kostumnya. Dekorasi panggung sudah lengkap.
Selain hal di atas, sebelum mementaskan sebuah drama, kalian tentu harus mengerti dulu, bagaimana teknik-teknik dalam memerankan drama. Drama adalah karangan yang berupa dialog sebagai bentuk alurnya. Dialog dalam drama tidak jauh beda dengan percakapan dalam kehidupan sehari-hari. Bedanya, dialog dalam drama sudah diatur sebelumnya oleh penulis skenario ataupun oleh sutradara. Walaupun demikian, kita harus membaca atau menyampaikannya sewajar dan sealamiah mungkin. Untuk itu, harus diperhatikan hal-hal berikut:
a. Penggunaan bahasa, baik cara pelafalan maupun intonasi, harus relevan. Logat yang diucapkan hendaknya disesuaikan dengan asal suku atau daerah, usia, dan status sosial tokoh yang diperankan. Umpamanya, melalui lafal dan logatnya, seorang pemeran tokoh seniman harus memerankan dirinya secara total sebagai seniman dan jangan mengesankan seorang pemain.
b. Ekspresi tubuh dan mimik muka harus disesuaikan dengan dialog. Bila dialog menyatakan kemarahan, misalnya ekspresi tubuh dan mimik muka harus menunjukkan rasa marah.
c. Untuk lebih menghidupkan suasana dan menjadikan dialog lebih wajar dan alamiah, para pemain harus dapat berimprovisasi di luar naskah.
Membaca dengan baik tiap kalimat yang diucapkan tokoh drama, dapat menggambarkan karakter tokoh serta konflik yang timbul di dalamnya. Untuk itu kita perlu meresapi isi dan jiwa ceritaya. Kita perlu memperhatikan petunjuk yang dituliskan pengarang (mengenai suasana, gerak tokoh) serta kalimat-kalimat yang diucapkannya. Kalimat yang diucapkan harus sesuai dengan suasana yang dimaksud. Begitu juga dengan gerak yang dilakukan.
Untuk dapat memainkan sebuah drama, diperlukan beberapa hal. Pemain haru dapat meresapi dengan benar isi dan jiwa cerita. Untuk itu perlu diperhatikan bukan saja petunjuk yang ditulis pengarang (mengenai suasana dan gerak tokoh) tetapi juga kalimat yang diucapkan tokoh cerita. Kalimat-kalimat yang diucapkan tokoh harus diekspresikan dengan disertai lafal, intonasi, serta nada yang menggambarkan karakter tokoh yang dimainkan. Dalam hal inilah perlunya kemampuan meniru-niru tingkah laku tokoh. Seorang pemain drama yang baik adalah orang yang dapat meniruka tokoh yang diperankannya dengan wajar, apa adanya.
Untuk menirukan seorang tokoh, tentu saja harus mengamati tokoh dengan secermat-cermatnya, serta mengamati cara berpakaian, cara bicara, dan kebiasaan-kebiasaannya yang lain dari tokoh yang diperankan. Misalnya, kita akan menirukan tokoh dokter. Di samping melalui naskahnya, kita pun perlu memahami tokoh dokter dalam kenyataan sesungguhnya. Cobalah perhatikan apabila seorang dokter sedang berbicara dengan pasiennya, bagaimana mukanya, gerak tangannya, dan ucapannya. Memperhatikan kehidupan manusia sehari-hari, akan banyak membantu dalam memainkan suatu peranan.
Setelah kalian memahami tentang langkah-langkah pementasan drama, dan teknik yang digunakan dalam mementaskan drama, lakukanlah kegiatan berikut!
1. Berkelompoklah empat-empat! Bapak atau ibu guru akan memperdengarkan rekaman drama
2. Simaklah dengan seksama, kemudian kerjakan perintah selanjutnya!
3. Jika bahan belum tersedia, bacalah skenario drama di bawah ini! Jika memungkinkan tunjuk salah satu kelmpok untuk memerankannya!
Judul : Saatnya belajar
Penulis : (Karta Mujianto)
Para pelaku : 1. Pak Maman : 40 tahun
2. Bu Maman : 34 tahun
3. Minah : 8 tahun
4. Mamat : 6 tahun
5. Udin : 2 tahun
6. Bu RT : 40 tahun
7. Tukang Loak : 8-12 tahun
8. Anak-anak jalanan : 6-12 tahun


PAGI DI JALAN DESA
Kovoi sepeda anak-anak SD berangkat sekolah. Sebagian berjalan kaki muncul dari gag-gang. Kadang mereka saling mendahului, berjajar dua-dua, mengauh sepeda dengan penuh keceriaan.
Minah : (Tampak punggung dengan sebakul kue bertengger di atas kepalanya. Seolah-olah terkesima melihat anak-anak sebaya dia beramai-ramai berangkat ke sekolah)
Flash back : Kehidupan keluarga Pak Maman pada kesibukan di suatu pagi buta. Pak Maman mempersiapkan peralatan kuli pasir. Bu Maman sibuk menggoreng kue-kue, dan Minah mencoba menenangkan adiknya yang bangun dan menangis. Mamat adik Minah, membasuh muka dan berwudu.
Udin : (Bangun langsug menangis)
Minah : Adik! Cup, ya ...........cup.....cup...! Yuk, ... ikut... Mbak Minah, ... yuk!
Udin : (Tambah keras menangis)
Pak Maman : Minahhh .......! (Dengan suara yang tinggi)
Minah : Ya, ... Pak! (Sambil menggendong Udin) udah, kok, Pak! (Sementara tangis Udin masih belum juga terhenti) Nah, gini ..... gini .... Udin pinter .... adik pinter .. adik pinter! Cup, ya!
Pak Maman : Ya, gitu, ya! Mumpung masih pagi, Bapak berangkat, ya! Ya,... Din! Bu, ... saya berangkat!
Minah : (Tersadar dari lamunannya) Ya...!! (Mukanya sedikit muram seperti menyembunyikan perasaan sedih, lalu berjalan meniti pematang) rumah Pak RT yang terletak di tepi jalan desa nyaris membuat teras rumahnya menjorok ke jalan. Demikian pula rumah-rumah kiri kanannya tampak berderet serupa. Dari pintu-pintu dan teras-teras rumah tapak para penghuni pada berangkat menuju kerja.
Suara kicau burung liar menyemarakkan kecerahan pagi yang mulai terguyur panasnya sinar matahari.
Bu RT : (Kepada Tukang Loak) Pak,...ini kertas-kertas dan buku-buku bekas.
Tukang Loak : Koran nggak ada ya,bu?
Bu RT : Mana ada koran! Di sini nanya koran! (Seperti ada yang di kesalkan)
Tukang loak : Ya,...kali ada! Siapa tahu!
Bu RT : ( Ketika Minah hampir di depan rumahnya Bu RT. Eeee,....Minah? Pisang goreng bawa ya?
Minah : Bawa,bu! Masih anget, Bu! (Tanpa sengaja mata minah menatap buku-buku dan kertas berserakan yang dipilah-pilih tukang loak)
Bu RT : Pisang goreng....lima, Min! Eeee... tempe goreng......(Terputus ketika melihat Minah sedang ikut memilih buku-buku bekas)
Minah : (Tanpa disadari ia ikut memilih buku-buku bekas bersama tukang loak)
Bu RT : (Mendekati Minah) Mau? Ambil saja! (Sambil menunjuk buku) Minaah...! Mau buku-buku ini ya?
Minah : (Setengah terperanjat) Ya...ya...ya, Bu!
Bu RT : Kamu mau!? (Agak heran) Untuk apa? Kamu sekolah dimana?
Minah : Nggak sekolah Bu!
Bu RT : Adikmu? Si Mamat nggak sekolah juga?
Minah : Ya, Bu! Nggak sekolah....Ee.... (Ragu-ragu)
Bu RT : Waduh....waduh...Gimana itu nanti? Wah,.. kalau nggak sekolah kalian mau jadi apa?
Minah : Maunya......ya...ya sekolah, Bu(Tersipu-sipu).
Bu RT : Itu... Mamat adikmu itu, kalau nggak sekolah, berbahaya itu! Bisa jadi berandalan, itu.Mamat kan yang sering ambil mangga depan itu,kan!?
Minah : Mamat itu memang nakal, Bu! Kemarin Emak samapi nangis nasihatin dia! Tapi, kadang juga baik,k ok, Bu! Mau kerja!
Bu RT : Ya, karena itulah dia harus sekolah! Agar bakatnya yang baik itu terpupuk! Bukan bakat jahatnya yang semakin merajalela! Kalau kamu mau, belajar dengan buku-buku ini? (Sambil menawarkan setumpuk buku yang di sediakan di loakan)
Minah : Boleh ya, Bu? (Seperti tidak mendengarkan pertanyaan Bu RT) Untuk Minah ya bu?
Bu RT : (Mengangguk sambil tesenyum) Untuk belajar di rumah .... ya! (Sambil memberikan buku-buku yang telah dipilih Minah)
DI WARUNG KECIL RUMAH PAK MAMAN
Pagi sekitar pukul 09.00, warung bu Maman sudah kelihatan rapi dan tertata khas warung kampung tampak sempit. Krupuk yang bergantung dan kue gorengan menghiasi tampilan warug bu Maman. Sementara itu Bu Maman masih tampak sibuk membenahi piring-piring dan gelas-gelas sambil menggendong Udin yang makan pisang goreng. Anak-anak tertangga mulai berangkat kerja lewat depan warung Bu Maman.
Bu Maman : (Sambil membenahi gendongan) Turun,...ya? Emak capek! Enak, ...Ya? Makan aja,ya?! (Sambil mengambil beberapa sendok nasi dan separo telur rebus ke piring kecil)
Minah : (Tampak dari kejauhan berlari menuju warung) Mak .... Mak... ini, Mak! (Mengacungkan bebrapa buku yang dipeganya)
Bu Maman : Eeee .... ee .... eee ..... (Heran dan curiga) Dapat dari mana? Beli, ya? (Mendesak)
Minah : Nggak ....! (Kegirangan dan menolak tuduhan ibunya) Emagnya inah boleh beli buku, Mak?
Bu Maman : Ya, boleh kalau ada uang! Memangnya Emak melarang? Emak juga sangat ingin kalau punya uang .... belikan buku Minah ... Mamat ..... dan mainan buat Udin.
Mamat : (Yang sejak tadi asyik bermains enidir. Ia punya kebiasaan buruk, selalu memukulkan apa yang dipegangnya atau merusaknya) Untuk apa, Mak? (sedikit acuh dan seperti mengejek)
Minah : Eeee, ... Mat! (Pamer buku-buku yang didapat)
Bu Maman : He, ... ini? (Ikut memegangi buku-buku yang diperoleh Minah) dari mana ...? (Heran)
Mamat : Buku ... buku ... nggak kenyang dimakan! Makan tuh buku! (Mengejek dengan cara yang khas dan menjengkelkan)
Minah : Emang kamu tahunya cuma makan! (Lalu ia tak peduli tingkah Mamat) Gini Mak, kue Minah tadi kan ... dibeli Bu RT!
Bu Maman : Haaah...! jadi, dibayar buku-buku ini? 9Terkejut dan menuduh)
Minah : Emaaak ..!! (Berterik menenangkan) Gini, lho ... Mak! Ini uang kuenya utuh! (Menyodorkan uang)
Bu Maman : Lalu ...? (Mendesak)
Minah : Ini tidak beli, Mak! Ini dikasih. Tadi maunya Bu RT ditolak. Nah, kebetulan Minah di sina.
Bu Maman : Lalu kamu minta? (Menuduh dan khawatir)
Minah : Enggak! (Menolak tapi manja)
Mamat : Eee, ... jangan nyuri, lo! (Menggoda)
Minah : Enak aja!! ngawur ...!! (Marah) aku dikasih ... hee! (Ngejek) Emangnya kayak kamu, suka nyuri mangganya Bu RT!
Mamat : Enggak, enggak nyuri! Cuma ngambil!! Lha au minta orangnya nggak ada, tuh! Kalau ada orangnya, aku minta, kok!
Minah : Makanya kalau nggak sekolah tuh, sore ke surau! Dengar pengajiannya Pak Haji Sohib! Nggak mau sekolah, biarin! Asal nggak suka nyuri!
Mamat : Emangnya kenapa? (Menyela)
Minah : Emangnya kenapa? Orang ...... kalau nggak sekolah, kagak ngaji, gede jadi pencuri!
Mamat : Enak aja! Emangnya semua jadi pencuri karena nggak sekolah! He ... di TV aku lihat, yang nyuri itu sekolahnya ... ada yang apa itu .... sarjana!
Minah : Dasar , tuh! Dasar,.... pinter ngomong!
Mamat : Siapa, dong! Mamat!! (Berbangga diri) Biar kagak sekolah, kagak ngaji, kalau ngomong .... eee ... pinter! “Semir Pak .... semir .. Pak, buat ongkos sekolah ” Sekolah Es Satu ..... Semir Sepatu!
Minah : Es Satu ... semir sepatu ... apa itu!
Bu Maman : Minah .... Mamat ....! sana berangkat sana! Mak memang pengin kalian pada saatnya bisa sekolah!
C. Mengenal Unsur-Unsur Drama
Agar dapat mengenali drama secara luas, kalian harus mengenali unsur-unsur dari teks drama. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Yang termasuk unsur intrinsik seperti, peristiwa, cerita atau lakon, plot atau alur, tokoh tokoh, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain. Yang termasuk unsur intrinsik drama, antara lain tokoh, pemain, dialog, latar, alur atau plot, dan penonton atau publik.
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Atau, secara lebih khusus ia dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun tidak ikut menjadi bagian di dalamnya. Walau demikian, unsur ekstrinsik cukup berpengaruh terhadap totalitas cerita yang dihasilkan. Unsur yang dimaksud adalah sosial budaya, politik, dan hankam.
Berikut diuraikan unsur-unsur intrinsik drama, yang meliputi tokoh, dialog, latar, alur, dan penonton.
1. Tokoh
Tokoh adalah orang yang beperan dalam suatu drama. Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita. Berdasarkan perannya terhadap jalan cerita, tokoh bisa dibedakan menjadi:
a. Tokoh protagonis, yaitu tokoh tokoh yang mendukung cerita. Biasanya ada satu atau dua figur tokoh protagonis utama yang dibantu oleh tokoh-tokoh lainnya yang ikut terlibat sebagai pendukung cerita. Tokoh ini salah satu jenisnya secara populer disebut hero-tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita (Altenbernd dan Lewis, 1966:59).
b. Tokoh antagonis, yaitu tokoh penentang cerita, tokoh penyebab terjadinya konflik. Biasanya ada seorang tokoh utama yang menentang cerita dan beberapa figur pembantu yang ikut menentang cerita.
c. Tokoh tritagonis, yaitu tokoh pembantu, baik untuk tokoh protagonis maupun antagonis.
Watak tokoh dalam drama dapat dilihat dari ucapan-ucapannya. Seorang tokoh dapat diketahui oleh kalian, melalui latar belakang sosial, moral, suasana kejiwaan, agama yang dianut, dan bahkan aliran politik dan idiologinya. Selain itu, watak seorang tokoh dapat pula dari gerak dan tingkah lakunya, cara berpakaian, jalan pikiran, atau ketika tokoh itu berhubungan dengan tokoh-tokoh lainnya.
2. Dialog
Dalam percakapan atau dialog haruslah memenuhi dua tuntutan, yaitu:
a. Dialog harus turut menunjang gerak laku tokohnya. Dialog haruslah dipergunakan untuk mencerminkan apa yang telah terjadi sebelum cerita itu, apa yang sedang terjadi di luar panggung selama cerita itu berlangsung, dan harus pula dapat mengungkapkan pikiran-pikiran serta perasaan-perasaan para tokoh yang turut berperan di atas pentas.
b. Dialog yang diucapkan di atas pentas lebh tajam dan tertib daripada ujaran sehari-hari. Tidak ada kata yang harus tergabung begitu saja, para tokoh harus berbicara jelas dan tepat sasaran. Dialog itu disampakan secara wajar dan alamiah.
3. Latar
Latar atau setting disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams, 1981:175). Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Latar adalah keterangan mengenai tempat, ruang, dan waktu di dalam naskah drama.
Latar dapat dibagi menjadi:
a. Latar tempat, yaitu penggambaran tempat kejadian di dalam naskah drama, seperti di Semarang, di Jakarta, dan sebagainya.
b. Latar waktu, yaiitu penggambaran waktu kejadian di dalam naskah drama, seperti pagi hari pada tanggal 17 Agustus 1945.
c. Latar budaya, yaitu penggambaran budaya yang melatarbelakangi terjadinya adegan atau peristiwa dalam drama. Misalnya dala budaya masyarakat Betawi, Melayu, Sunda.
4. Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa dan konflik yang dijalin dengan seksama dan menggerakkan jalan cerita melalui rumitan ke arah klimaks dan selesaian. Alur atau plot menurut Forster (1970: 23) adalah peristiwa-peristiwa cerita yang mempunyai penekanan pada adanya hubungan kausalitas. Stanton (1965:14) menyebutkan plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab-akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.
Jenis-jenis alur adalah sebagai berikut:
a. Alur maju adalah penceritaan rangkaian peristiwa dari peristiwa yang paling awal sampai peritiwa terakhir.
b. Alur mundur adalah penceritaan rangkaian peristiwa dari peristiwa yang paling akhir kemudian berbalik ke peristiwa yang paling awal.
c. Alur campuran adalah perpaduan antara alur maju dan alur mundur di dalam suatu cerita.
Sebuah cerita drama bergerak dari suatu permulaan, melalui suatu bagia tengah, menuju suatu akhir. Dalam drama, bagian-bagian ini dikenal sebagai eksposisi, komplikasi, dan resolusi.
a. Eksposisi sesuatu cerita menentukan aksi dalam waktu da temapt, memperkenalkan para tokoh, menyatakan situasi sesuatu cerita, mengajukan konflik yang akan dikembangkan dalam bagian utama cerita tersebut, dan adakalanya membayangkan resolusi yang akan dibuat dalam cerita itu.
b. Komplikasi atau bagian tengah cerita, mengembangkan konflik. Pelaku utama menemukann rintangan-rintangan antara dia dan tujuannya, dia mengalami aneka kesalahpahaman dalam perjuangan untuk menanggulangi rintangan-rintangan ini. Pengarang dapat menggunakan teknik flash-back atau sorot balik untuk memperkenalkan penonton dnegan masa lalu sang pelaku utama, menjelaskan suatu situasi, atau untuk memberikan motivasi bagi aksi-aksinya.
c. Resolusi atau denouement hendaklah muncul secara logis dari apa-apa yang telah mendahuluinya di dalam komplikasi. Titik batas yang memisahkan komplikasi dan resolusi biasanya disebut klimaks. Pada klimaks terjadi perubahan penting mengenai nasib sang tokoh. Kepuasan para penonton terhadap suatu cerita tergatung pada sesuai tidaknya perubahan itu dengan yang mereka harapkan.
Dalam drama konflik dapat ditemukan dalam dialog-dialog para tokohnya. Dengan memahami maksud dan tindak tutur dari tokoh-tokohnya itulah dapat mengetahui bentuk dan intensitas konflik yang terdapat dalam adegan demi adegannya.
Konfliklah yang menggerakkan alur sebuah drama. Dalam rangkaian konflik itu pula tersimpan amanat atau pesan pengarang. Amanat tersebut tersimpan secara tersirat dalam seluruh rangkaian konflik ataupun dalam dialog-dialog para tokohnya. Amanat tersebut ada yang berupa harapan, pesan atau kritik. Untuk menemukannya kita perlu memahami drama secara tuntas.
Jadi dapat disimpulkan, bahwa plot meliputi bagian-bagian berikut:
a. Pemaparan atau eksposisi, babak yang mengantarkan situasi awal.
b. Penggawatan atau komplikasi, babak mulai munculnya pertikaian (konflik).
c. Klimaks, babak sebagai puncak krisis.
d. Peleraian atau anti klimaks, babak adanya peleraian.
e. Penyelesaian, babak akhir.
5. Penonton
Drama, seperti halnya karya seni yang lain, hakikatnya merupakan alat berdialog pengarangnya. Dengan demikian kehadiran penonton dalam sebuah pementasan atau pertunjukkan merupakan bagian integral dengan lakon itu sendiri, sebab tanpa penonton tidak pernah akan ada yang disebut drama dalam arti yang sesungguhnya.
Dengan penonton inilah sebenarnya pengarang drama ingin berdialog, ingin meyampaikan gagasan-gagasan atau ide-idenya. Dan kepada penonton ini pula pengarang drama ingin bercerita mengenai hidup dan kehidupan yang ditangkap mata batinnya.
Penonton yang dimaksudkan di sini ialah penonton yang aktif, yang dengan kesungguhan hati berusaha menyambut ajakan berdialog pengarang drama yang disalurkan lewat para pelaku. Dengan menempatkan penonton pada kedudukan seperti itu, maka sebuah drama atau pementasan baru dapat diharapkan berhasil apabila terdapat tiga hal, yaitu lakon atau cerita yang baik, para pelaku yang pandai, dan para penoton yang mengerti. Tidak dipenuhinya salah satu dari ketiga hal di atas, tidak pernah akan kita dapatkan pementasan drama yang dapat dikatakan berhasil atau baik.
Latihan!!
1. Siapa pelaku drama Saatnya Belajar?
2. Siapakah tokoh utama dalam drama tersebut?
3. Di masyarakat macam apa peristiwa dalam drama itu terjadi?
4. Bagaimanakah alur dalam drama tersebut?
5. Mengapa Minah dan Mamat tidak bersekolah?

D. Mendiskusikan dan Menyimpulkan Isi Teks Drama
Dari sebuah drama yang berjudul saatnya belajar, kamu akan mendapatkan hal-hal penting sebagai informasi mengenai isi drama, dan isi drama tersebut dapat kalian ambil hikmahnya dalam kehidupan kalian sehari-hari.
Dalam kegiatan ini, kalian akan menyimpulkan isi teks drama Saatnya Belajar, tetapi sebelumnya, perhatikanlah cara-cara dalam menyimpulkan teks drama berikut:
a. Mambaca naskah asli secara berulang-ulang
b. Mencatat isi drama yang dianggap penting
c. Menyimpulkan Isi Drama
Bentuklah kelompok diskusi Setiap kelompok terdiri atas lima orang! Kerjakanlah tugas berikut!
1. Buktikan bahwa tema skenario itu adalah “semua anak harus bersekolah”!
2. Manakah di antara pesan berikut yang hendak disampaikan penulis?
a. Tanpa sekolah anak-anak tak akan emnjadi manusia yang berguna.
b. Jangan biarkan anak-anak emnjadi sumber petaka karena tidak berkesempatan untuk sekolah.
c. Pendidikan anak-anak yang kurang bruntung adalah tanggung jawab kita semua.
d. Dalam kondisi apa pun setiap anak harus dapat memperoleh kesemapatan pendidikan.
3. Simpulkanlah isi drama Saatnya Belajar!
4. Sampaikanlah hasil diskusi kelompokmu di depan teman-teman!
5. Berikanlah tanggapan terhadap isi pembicaraan hasil diskusi!











Latihan Uji Blok
1. Apa yang dimaksud dengan drama?
2. Bagaimana langkah-langkah pementasan drama?
3. Apa sajakah, unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam drama?
4. Perhatikanlah drama berikut!
Judul : “Suluh Muda”
Penulis : Om Atong Bae
Pemain : 1. Agus
2. Budi
Hingga petang ini hujan masih mengucur deras. Agus dan Budi belum beranjak pergi. Mereka masih duduk-duduk di ps ronda, menunggu hujan reda.
Agus : Wah, sial! Hujan terus-terusan begini! (Agus coba berdiri dengan gelisah.)
Budi : Tenang, Gus ... sebentar lagi akan reda. Tak usah cemas begitulah. Atau ... Ada tugas penting rupanya? Penampilanmu keren amat!
Agus : Ya, gitulah. Tugas baru. Malam ini aku ditugasi pak kepala dusun untuk berceramah.
Budi : (Menatap Agus dengan tajam) Berceramah? Ceramah apaan, Gus?
Agus : Itu, tentang petani pasang surut dan jenis padi tahan banting. (Wajah Agus agak cerah)
Budi : Apa kamu bisa ceramah Gus?
Agus : Bisa (Sambil mengangguk)
Budi : Belajar dari mana? Apalagi tetang pertanian. Berat, Gus!
Agus : Lo, kamu ketinggalan informasi. Bulan yang lalu kan ada kursus bagi petani muda di kecamatan.
Budi : Wah, hebat. Sayang, aku tidak tahu. Tapi mengapa kamu yang ditunjuk untuk berceramah?
Agus : Sebenarnya bukan berceramah, tapi penyuluhan, gitu. Aku beruntung. Sewaktu kursusu dulu, aku menjadi petani muda yang paling punya potensi. Itu kata panitia.
Budi : Syukurlah
Agus : O, ya, Bud! Kamu kan punya sawah dan lahan pasang surut. Jangan biarkan menganggur gituan, Bud. Optimalkan!
Budi : Apa bisa? Caranya?
Agus : Mudah, Bud. Sawah kan tergantung irigasi, umayan kalau musim hujan begii. Tapi lahan pasang surut kepunyaanmu kan masih nganggur. Tanami saja!
Budi : Lo, apa tidak mati nantinya tanaman padi itu? Kan terendam sewaktu air pasang.
Agus : Jangan khawatir, Bud. Sekarang ada dua varietas padi tahan banting, sanggup terendam air. Namanya padi air tenggulang dan siak raya, di sampig padi lambur, lebak, dan mendawak. Hasil panenan sangat menjajikan, Bud. Tahan lama lagi!
Budi : Ide bagus, Gus. Besok aku mau belajar padamu. Yah daripada pengangguran begini.
Hujan tinggal rintik-rintik. Keduanya berjalan meninggalkan pos ronda. Sesampai di pertigaan ujug kampung, mereka berpisah. Budi pulang ke rumah, dan Agus menuju rumah kepala dusun.
Berdasarkan naskah drama di atas, simpulkanlah isi drama tersebut!








Daftar Pustaka


Cipta Waluyo, Herman. 2001. Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita.
Dwi Lestari, Endang, Y. Budi Artati, Wendi Widya R.D. 2005. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas IX. Klaten: Intan Pariwara.
http://nandorotten.multiply.com/journal/item/1
Keraf, Gorys. 1973. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah
Kosasih, E. 2003. Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesusastraan Cermat Berbahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya.

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Roekhan, Aminuddin. 2003. Apresiasi Drama. Depdiknas.

Suharianto, S. 2005. Dasar-dasar Teori Sastra. Semarang: Rumah Indonesia.

Welek, Rene, dan Austin Warre diterjemahkan Melani Budianta. Teori Kesusastraan. 1995. Jakarta: Gramedia.
Wiyanto, Asul. 2002. Terampil Bermain Drama. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
WS, Hasanuddin. 1996. Drama Karya Dalam Dua dimensi Kajian Teori, Sejarah dan Analisis. Bandung: Angkasa.
Zainuddin. 1991. Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar