Jumat, 29 Mei 2009

PENGARUH PSIKOLINGUISTIK PADA INTERAKSI
GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA

Psikolinguistik merupakan suatu pendekatan gabungan melalui psikologi dan linguistik bagi telaah atau studi pengetahuan bahasa, bahasa dalam pemakaian, perubahan bahasa, dan hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut yang tidak begitu mudah dicapai atau didekati melalui salah satu dari kedua ilmu psikologi dan linguistik secara terpisah atau sendiri-sendiri. Aspek keterampilan berbahasa yang terdiri dari menulis, membaca, berbicara, dan mendengarkan merupakan sesuatu yang harus diajarkan pada siswa. Karena dengan aspek tersebut dapat meningkatkan keterampilan siswa, dan pengetahuan atau pengalaman siswa baik dalam hal menulis, membaca, berbicara, dan menyimak. Selain itu juga dapat mengetahui bagaimana karakteristik siswa dalam penguasaan aspek tersebut.
Psikolinguistik apabila dihubungkan dengan berbicara mempunyai pengaruh yang sangat besar, karena psikolinguistik juga merupakan suatu ilmu yang menguraikan proses-proses psikologi pada saat berkomunikasi. Komunikasi antara dua pembicara dapat dikarakterisasikan sebagai pertukaran gagasan, pikiran, atau ide. Seperti halnya komunikasi yang terjadi antara guru dan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar mempunyai pengaruh yang penting dalam pembelajaran aspek berbicara. Dengan adanya komunikasi tersebut khususnya bagi guru, guru dapat mengetahui lancar atau tidaknya anak didiknya dalam berbicara serta dapat meningkatkan kepercayaan pada diri siswa dengan memperhatikan faktor psikologinya.
Komunikasi antara guru dan siswa ketika dalam keadaaan santai dapat dimungkinkan proses berbicaranya yang terjadi diantara mereka lancar, tetapi pada saat keadaan atau situasi yang resmi mungkin ada guru atau anak didiknya yang tidak dapat berbicara dengan lancar. Lancar atau tidaknya guru dalam berbicara sangat berpengaruh bagi siswa. Ketidaklancaran berbicara dapat disebabkan oleh faktor bawaan sejak lahir, atau karena rusaknya otak sehingga otak tidak dapat berperan, atau dapat dikatakan otak tersebut telah lumpuh sehingga cara berpikirnya lambat. Selain hal tersebut dapat disebabkan karena pengaruh lingkungan. Lingkungan yang tidak menunjang perkembangan linguistik dapat disebabkan lingkungan tempat tinggalnya yang kurang adanya kegiatan linguistik. Selain itu juga karena dialog antara seorang anak dan anggota keluarganya sangat kurang, serta tidak ada kesempatan untuk belajar berbahasa, sehingga membuat anak tidak berkembang.
Aspek berbicara yang merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa mempunyai peran yang penting dalam kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu, pembelajaran berbicara diajarkan dalam kehidupan sekolah. Kegiatan pembelajaran berbicara hendaknya dilaksanakan secara perlahan-lahan, karena setiap siswa mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Dalam kaitannya dengan psikoliguistik, guru hendaknya memperhatikan tingkat kemampuan siswanya dan memberikan teori yang relevan. Sehingga dengan hal ini guru mudah dalam menyampaikan materi apa yang harus diberikan pada siswa, dan siswa juga mudah dalam menerima materi. Cara belajar berbahasa termasuk berbicara harus berkembang terus-menerus yaitu dengan memanfaatkan metode pengajaran bahasa. Banyak para ahli yang berpendapat bahwa pengajaran bahasa harus didasarkan pada analisis bahasa secara ilmiah dengan bantuan disiplin ilmu, misalnya psikologi. Dengan bantuan ilmu psikologi, seorang guru akan lebih mudah untuk mengetahui karakteristik anak didiknya.
Guru yang lancar dalam berbicara dan dapat menyampaikan materi dengan baik akan memudahkan siswa untuk menangkap materi yang telah disampaikannya. Begitu juga, apabila siswa lancar berbicara, akan memudahkan guru dalam menyampaikan materi. Tetapi dengan syarat antara siswa dan guru harus menjiwai seperangkat kaidah yang sama dari suatu bahasa tertentu. Seperangkat kaidah yang serupa itu disebut tata bahasa yang merupakan teori bagaimana caranya suatu bahasa tertentu menghubungkan bunyi dan arti serta merupakan teori mengenai bahasa tersebut. Pemberian pengetahun tata bahasa seseorang tidak mencakup bagaimana sebenarnya dia mempergunakan pengetahuan tersebut dalam produksi dan komprehensi dalam pembentukan dan pemahaman kalimat-kalimat. Tata bahassa tidak menentukan proses informasi kemampuan-kemampuan otak manusia yang dibutuhkan pada saat berbicara.
Pembelajaran berbicara yang biasa diajarkan oleh guru terhadap siswanya di sekolah antara lain adalah berpidato, menceritakan kembali isi bacaan, diskusi, wawancara, bercerita, melaporkan sesuatu, menjawab pertanyaan, dan percakapan. Dengan materi tersebut, guru dapat mengetahui siswa mana yang malu dalam berbicara, yang sulit dalam proses berbicara, dan yang lancar dalam berbicara.
Siswa yang tidak dapat berbicara dengan lancar, walaupun dalam situasi santai dapat berbicara dengan lancar guru harus mengambil langkah yang cepat untuk mengatasi hal tersebut. Dengan dikuasainya ilmu tentang psikolinguistik pada diri guru, guru akan mudah dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh siswanya. Misalnya untuk siswa yang malu atau yang susah berbicara, dapat dipancing dengan berbicara dengan menjawab sejumlah pertanyaan mengenai dirinya, misalnya tentang nama, usia, dan tempat tinggal. Contoh lain adalah ketika guru menyuruh siswanya untuk berpidato dengan menggunakan teks, walaupun siswa tersebut dapat membaca dengan lancar, tetapi dalam pengucapannya sulit, guru harus dengan cepat mengatasi masalah tersebut. Karena apabila dibiarkan saja, hal ini dapat berlangsung secara terus-menerus. Oleh sebab itu, guru harus memberikan latihan kepada siswa secara terus-menerus, mulai dari latihan yang bersifat ringan sampai materi yang berat sampai anak tersebut lancar berbicara. Dalam hal ini, peran guru hanyalah membimbing siswanya agar lancar berbicara, dan siswa diberi kesempatan seluas-luasnya dalam memperlancar proses berbicaranya. Tetapi hal ini kembali lagi pada diri siswa, apakah siswa dapat menerima metode atau teknik yang diberikan oleh guru untuk memperbaiki proses berbicaranya atau tidak. Karena itu, dalam memperbaiki keterampilan berbicara pada siswa, guru harus memperhatikan faktor psikologi dan faltor eksternal, misalnya faktor lingkungan tempat tinggal siswa.
Siswa yang lancar dalam berbicara, dapat disebabkan karena berperannya otak, sehingga dapat berpikir secara cepat. Dengan adanya siswa yang lancar dalam berbicara, seorang guru dapat mengembangkan keterampilan siswanya dengan memperhatikan dari sisi psikologi yang terdapat dalam diri siswa. Hal tersebut dapat dilatih dengan menggunakan teknik atau metode yang tepat bagi siswa, sehingga dapat mencapai hasil yang memuaskan, yang mana hasil tersebut dapat berfungsi bagi dirinya, dan juga masyarakat sekitar. Guru dapat memberikan latihan tersebut dengan cara memberi tahu kepada siswa, bagaimana cara berbicara pada saat keadaan resmi dan tidak resmi, dan dengan siapa siswa berbicara. Karena gaya bicaranya seseorang menggambarkan tingkah laku seseorang. Lancarnya berbicara, dapat membuat siswa untuk tampil lebih percaya diri di hadapan umum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar